Cabang ilmu pengetahuan ihwal cahaya yang mempelajari sifat-sifat perambatan cahaya, ibarat pemantulan, pembiasan, serta prinsip jalannya sinar-sinar disebut optika geometri. Dalam optika geometri, cahaya sanggup digambarkan dengan sinar berupa garis yan tegak lurus dengan muka gelombang dan tidak sepenuhnya memeperhitungkan sinar sifat gelombang dari cahaya tersebut. Penggambaran cahaya sebagai sinar berupa garis lurus tidak sanggup diterapkan dalam optika fisis. Pada optika fisis, cahaya harus sepenuhnya dipandang sebagai gelombang lantaran efek-efek interferensi dan difraksinya sangat dominan.
Pemantulan Baur dan Pemantulan Teratur
Pada umumnya, setiap permukaan benda sanggup memantulkan cahaya yang jatuh pada permukaan tersebut. Permukaan benda sanggup berupa permukaan berangasan atau halus. Seberkas cahaya yang jatuh pada benda dengan permukaan berangasan akan dipantulkan dengan arah sinar pantul yang tak teratur. Pemantulan ini disebut dengan pemantulan baur, ibarat gambar di bawah ini.
Contoh dalam kehidupan sehari-hari penerapan konsep pemantulan baur ialah kejadian pemantulan cahaya matahari yang mengenai permukaan bumi, di mana permukaan bumi mempunyai permukaan yang berangasan (tidak teratur). Pematulan baur inilah yang menimbulkan sinar matahari atau cahaya matahari sanggup hingga ke dalam ruangan rumah-rumah, walaupun rumah tersebut berisi atap yang menghalangi cahaya matahari masuk ke dalam ruangan.
Berbeda dengan pemantulan baur yang disebabkan lantaran cahaya mengenai benda yang permukaan kasar, adapun seberkas cahaya yang jatuh pada permukaan halus, akan dipantulkan dengan arah yang teratur. Pemantulan dengan arah yang teratur disebut dengan pemantulan teratur, seperti gambar di bawah ini. Pemantulan cahaya pada permukaan banda tidak sembarang, melainkan mempunyai keteraturan sesuai dengan hukum-hukum pemantulan. Contoh pemantulan jenis ini ialah pemantulan pada cermin.
Pada umumnya, setiap permukaan benda sanggup memantulkan cahaya yang jatuh pada permukaan tersebut. Permukaan benda sanggup berupa permukaan berangasan atau halus. Seberkas cahaya yang jatuh pada benda dengan permukaan berangasan akan dipantulkan dengan arah sinar pantul yang tak teratur. Pemantulan ini disebut dengan pemantulan baur, ibarat gambar di bawah ini.

Berbeda dengan pemantulan baur yang disebabkan lantaran cahaya mengenai benda yang permukaan kasar, adapun seberkas cahaya yang jatuh pada permukaan halus, akan dipantulkan dengan arah yang teratur. Pemantulan dengan arah yang teratur disebut dengan pemantulan teratur, seperti gambar di bawah ini. Pemantulan cahaya pada permukaan banda tidak sembarang, melainkan mempunyai keteraturan sesuai dengan hukum-hukum pemantulan. Contoh pemantulan jenis ini ialah pemantulan pada cermin.

Hukum Pemantulan Cahaya
Bagaimana pemantulan terjadi? Ketika kau menyalakan lampu senter yang telah ditutupi dengan kertas karton yang diberi lubang, kau sanggup melihat cahaya merambat dalam bentuk garis lurus. Bayangan cahaya ini pun terlihat pada cermin. Jika sudut tiba dan sudut pantul diukur, akan diperoleh besarnya sudut pantul (θr) dan sudut tiba (θi) ialah sama.
Percobaan lain yang sanggup mengambarkan aturan pemantulan ialah dengan memakai pointer inframerah. Pointer inframerah tersebut ditembakan pada sebuah cermin yang dialasi dengan karton. Jika sudut tiba (θi) dan sudut pantul (θr) diukur, akan diperoleh besarnya sudut pantul dan sudut tiba ialah sama, ibarat gambar di bawah ini.
Jika kau menciptakan sebuah garis lurus yang tegak lurus dengan cermin, kau akan mendapat sebuah garis yang dinamakan garis normal. Ternyata, sinar datang, sinar pantul, dan garis normal terletak pada bidang yang sama. Untuk percobaan dengan sudut-sudut yang lain pun, ternyata sifat-sifatnya pun sama. Kegiatan yang telah kau lakukan ialah untuk mengambarkan aturan yang disebut aturan pemantulan. Secara lengkap aturan pemantulan cahaya ialah sebagai berikut.
Dalam aturan pemantulan anda akan mengenal istilah garis normal, sudut tiba dan sudut pantul. Garis normal merupakan garis hayal yang dibuat oleh sinar tiba dengan bidang pantul yang tegak lurus dengan bidang pantul tersebut. Sudut datang (θi) merupakan sudut yang dibuat oleh sinar tiba dengan garis normal, sedangkan sudut pantul (θr) merupakan sudut yang dibuat oleh sinar pantul dengan garis normal. Untuk lebih terang ihwal garis normal, sinar tiba dan sinar pantul, silahkan perhatikan gambar di bawah ini.
Bagaimana pemantulan terjadi? Ketika kau menyalakan lampu senter yang telah ditutupi dengan kertas karton yang diberi lubang, kau sanggup melihat cahaya merambat dalam bentuk garis lurus. Bayangan cahaya ini pun terlihat pada cermin. Jika sudut tiba dan sudut pantul diukur, akan diperoleh besarnya sudut pantul (θr) dan sudut tiba (θi) ialah sama.
Percobaan lain yang sanggup mengambarkan aturan pemantulan ialah dengan memakai pointer inframerah. Pointer inframerah tersebut ditembakan pada sebuah cermin yang dialasi dengan karton. Jika sudut tiba (θi) dan sudut pantul (θr) diukur, akan diperoleh besarnya sudut pantul dan sudut tiba ialah sama, ibarat gambar di bawah ini.

- Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal terletak pada atu bidang datar.
- Sudut tiba (θi) sama dengan sudut pantul (θr).
Dalam aturan pemantulan anda akan mengenal istilah garis normal, sudut tiba dan sudut pantul. Garis normal merupakan garis hayal yang dibuat oleh sinar tiba dengan bidang pantul yang tegak lurus dengan bidang pantul tersebut. Sudut datang (θi) merupakan sudut yang dibuat oleh sinar tiba dengan garis normal, sedangkan sudut pantul (θr) merupakan sudut yang dibuat oleh sinar pantul dengan garis normal. Untuk lebih terang ihwal garis normal, sinar tiba dan sinar pantul, silahkan perhatikan gambar di bawah ini.
Contoh Soal Tentang Hukum Pemantulan
Dua buah cermin disusun ibarat gambar berikut. Jika sinar tiba pada cermin A mempunyai sudut tiba 40°, tentukan tempat sinar pantul (sudut pantul) oleh cermin B!
Dua buah cermin disusun ibarat gambar berikut. Jika sinar tiba pada cermin A mempunyai sudut tiba 40°, tentukan tempat sinar pantul (sudut pantul) oleh cermin B!
Penyelesain:
Di titik A, i merupakan sudut tiba = 40°. Berdasarkan aturan pemantulan, i = r maka r = 40°.
∠P = ∠BAO = ∠NAO – (r)
∠BAO = 90° – 40°
∠BAO = 50°
besar sudut r’ sanggup dicari dari
∠r’ + ∠P + ∠BAO = 180°
∠r’ + 50° + 90° = 180°
∠r’ = 50°
besar sudut i1 sanggup dicari dari
∠r’ + ∠ i1 = 90°
40° + ∠ i1 = 90°
∠ i1 = 50°
∠ i1 merupakan sudut tiba terhadap cermin B, maka menurut aturan pemantulan cahaya, di titik B akan berlaku
∠ i1 = ∠ r1
∠ r1 = 50°
Jadi, arah sinar pantul oleh cermin B membentuk sudut 50° terhadap garis normal.
Sumber http://mafia.mafiaol.com
Mari berteman dengan saya
Follow my Instagram _yudha58Related Posts :
Penyebab Dan Menanggulangi Cacat Mata Miopi Atau Rabun Jauh Mata mempunyai kemampuan untuk mengubah jarak fokus pada lensanya atau yang dikenal dengan nama daya akomodasi, sehingga bayangan benda a… Read More...
Pengertian Titik Erat Dan Titik Jauh Mata Apa yang terjadi bila kita membaca buku terlalu bersahabat atau dengan jarak kurang dari 1 cm di depan mata kita? Tentu kita tidak akan me… Read More...
Pembesaran Lup Mata Berakomodasi Maksimum Mungkin kau tidak absurd dengan benda yang namanya “lup”. Lup atau beling pembesar merupakan alat optik berupa lensa cembung. Lup dipakai… Read More...
Penyebab Dan Menanggulangi Cacat Mata Presbiopi (Mata Tua) Jika cacat mata miopi (rabun jauh) dan hipermetropi (rabun dekat) sanggup ditolong dengan memakai kacamata yang mempunyai lensa cekung (l… Read More...
Penyebab Dan Menanggulangi Cacat Mata Hipermetropi (Rabun Dekat) Cacat mata hipermetropi atau sering dikenal dengan nama rabun dekat, merupakan kebalikan dari cacat mata miopi (rabun jauh). Kita ketahui… Read More...
0 Response to "Pemantulan Baur, Pemantulan Teratur Dan Teori Pemantulan Cahaya"
Posting Komentar