Budidaya Cacing Sutera

     Cacing sutra atau cacing rambut termasuk kedalam kelompok cacing-cacingan (Tubifex sp). Dalam taksonomi hewan, cacing sutra digolongkan ke dalam kelompok nematode.
Filum : Annelida
Kelas : Oligochaeta
Ordo : Haplotaxida
Family : Tubifisidae
Genus : Tubifex
Spesies : Tubifex sp
     Cacing sutra disebut juga cacing rambut sebab mempunyai tubuh yang sangat lembut dan lunak menyerupai sutra. Tubifex gampang untuk dikenali dari bentuk tubuhnya yang menyerupai benang sutra dan berwarna merah kecoklatan sebab banyak mengandung haemoglobin.
     Cacing sutra mempunyai warna tubuh yang lebih banyak didominasi kemerah-merahan. Ukuran tubuhnya sangat ramping dan halus dengan panjang 1-2 cm. cacing ini sangat bahagia hidup berkelompok atau bergerombol sebab masing-masing individu berkumpul menjadi koloni yang sulit diurai dan saling berkaitan satu sama lainnya. Cacing ini hidup dengan membentuk koloni di perairan jernih yang kaya materi organic. Cacing ini mempunyai 57% protein dan 13% lemak dalam 
Habitat dan Perkembangbiakan Cacing Sutera
     Cacing sutra biasanya banyak ditemukan pada dasar perairan yang mengalir dan banyak mengandung materi organic. Cacing sutra merupakan binatang hermaprodit yang berkembang biak lewat telur secara eksternal. Telur yang dibuahi oleh jantan akan membelah menjadi dua sebelum menetas. 
     Membenamkan kepala merupakan kebiasaan cacing ini untuk mencari makanan,sementara itu ekornya yang mengarah ke permukaan air berfungsi untuk bernafas. 
     Telur cacing sutra terjadi di dalam kokon, yaitu suatu bangunan berbentuk bundar telur, panjang 1,0 mm, dan garis tengahnya 0,7 mm. kokon dibuat oleh kelenjar epidermis dari salah satu segmen tubuhnya yang disebut klitelum. Telur yang berada dalam kokon akan mengalami pembelahan menjadi morula. Selanjutnya embrio akan berkembang (pertama kali) menjadi tiga segmen, kemudian bermetamorfosis beberapa segmen. Setelah beberapa hari embrio akan keluar melalui ujung kokon secara enzymatic. 
     Perkembangan embrio pada suhu 24 0C dari telur hingga meninggalkan kokon lamanya 10-12 hari (Puslitbangkan, 1990). Setelah meninggalkan kokon, cacing sutra pertama kali menghasilkan kokon sesudah berumur 40-45 hari. Makara daur hidup cacing sutra dari telur hingga menetas membutuhkan waktu 50-57 hari. 
     Lingkungan habitat cacing sutra biasanya  berkonduktivitas  tinggi, kedalaman air  rendah, sedimen  liat -berpasir  atau  liat berlumpur,   kecepatan   arus   rendah,   dan  jumlah bahan-bahan   organik   yang berubah-ubah. 

MANFAAT CACING SUTERA
     Salah  satu  jenis  pakan  alami  yang  paling disukai oleh benih ikan, khususnya benih ikan-ikan catfish ialah cacing sutra yang juga disebut „sludge worms ‟ atau cacing rambut atau cacing oligochaeta (Tubifex  sp.) sebab mempunyai kandungan protein yang tinggi.
Pakan alami merupakan faktor penting dalam budidaya ikan terutama pada fase pembenihan.  
     Benih  yang  berkualitas  sangat  tergantung  kepada  manajemen pakan yang sempurna di mana produksi pakan alami untuk pemeliharaan larva ikan di pusat-pusat  pembenihan ikan ialah  sangat  penting  cacing sutra mengandung 65% protein, 15% lemak dan 14% karbohidrat. Cacing  sutra  di  alam,  umumnya  diperoleh  dari  proses  penangkapan  di  sungai,     parit   dan     selokan.    
PEDOMAN BUDIDAYA
KULTUR PEMBUDIDAYAAN 
     Sebelum membudidayakan cacing ini. Pertama, menyiapkan kolam untuk budidaya. 
Luas kolam bisa diubahsuaikan dengan luas areal yang ada. Namun, ukuran idealnya sekitar 1 m x 2 m.
     Setiap kolam harus mempunyai banyak endapan lumpur halus dan dilengkapi susukan pemasukan dan pengeluaran air, salah satu pebudidaya, menyarankan semoga setiap kubangan lumpur dibuat petakan kecil ukuran 20 cm x 20 cm dengan tinggi badengan sekitar 10 cm.
     Pastikan juga kolam steril dari binatang yang menjadi hama cacing sutra,Selanjutnya, taburkan indukan cacing sutra sebanyak 10 gelas (2-3 liter) ke dalam kolam dan diisi air 5 cm – 7 cm.

 1.  Substrat Berupa Tanah
     Tanah atau lumpur yang dipakai sebagai substrat cacing sutra mempunyai ciri sangat halus yakni kalau diraba akan terasa kehalusannya dan tidak banyak mengandung sampah. Sedapat mungkin lumpur tidak bercampur dengan organism yang berpotensi menjadi hama bagi cacing sutra menyerupai siput, keong mas dan kijing
2 . Aliran Air
     Air yang mengalir berfungsi untuk meningkatkan kandungan oksigen (O2) terlarut yang diharapkan cacing untuk bernafas. Sumber oksigen terlarut sanggup berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfir (sekitar 35%) dan aktifitas fotosintesa oleh flora air dan fitoplankton 
     pH untuk habitat cacing sutra di alam yaitu 6,5. Pada pH itulah sanggup tumbuh baik.sehingga cacing masih sanggup hidup menyerupai habitat aslinya.sebagian besar biota akuatik sensitive terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7-8,5.
3. Bahan Organik Terlarut
     Bahan organik dalam media merupakan sumber kuliner bagi cacing tanah sama halnya dengan cacing sutra yang hidup di tanah dengan fatwa air yang kecil. 
Bahan organic tersebut sanggup berasal dari serasah, kotoran ternak, limbah rumah tangga yang gampang membusuk sehingga gampang dicerna oleh cacing 
EM4 (Efektifitas Mikroorganisme)
     Teknologi EM4 ialah teknologi fermentasi (penguraian) materi organic yang memakai mikroorganisme efektif pada suhu 40-50 0C. EM4 merupakan cairan yang berwarna kuning kecoklatan yang merupakan kultur mikroorganisme dalam keadaan dorman, berbau sedap dan rasa asam anggun dengan pH 3-4. 
     Di dalam EM4 terkandung 80 spesies mikroorganisme yang bermanfaat, terdiri dari 10 genus dan 5 famili atau 5 kelompok besar dari golongan (bakteri, jamur, dan ragi) yang berfungsi secara sinergis sesamanya. 
Ada 2 cara Pembuatan Fermentasi Media materi organik, diantaranya sebagai berikut ;
    a) Pembuatan Fermentasi Media 
     1.Larutkan 2,5 ml EM4 kedalam 700 ml air
     2.Masukkan materi yang telah ditimbang (ampas tahu, kotoran ayam, dedak halus) kedalam nampan kecuali lumpur 
     3.Tambahkan EM4 kedalam materi , aduk merata
     4.Setelah merata, masukkan kedalam plastic 5 kg . jangan hingga ada udara, ikat kuat
     5.Tunggu fermentasi selama 3 hari
   b) Pembuatan Fermentasi di Kolam
     Lahan daerah budidaya ini harus diberikan dedak halus dan pupuk sangkar yang sudah dijemur selama enam jam. Selain itu, harus juga disiapkan basil EM4 untuk fermentasi pupuk sangkar tersebut.
     Fermentasi penting sebab sanggup menaikkan kandungan N-organik dan C-organik sebanyak dua kali lipat. Hasil fermentasi yang sudah bercampur lumpur ini akan menjadi pakan cacing. Selama fermentasi, lahan direndam air setinggi 5 cm selama empat hari
     Selanjutnya penggalan atas endapan air dibuang atau diturunkan mencapai 5 cm– 10 cm dari permukaan lumpur Kemudian lumpur diratakan dengan serok kayu dan dibiarkan selama beberapa hari, hingga lumpur halus yang ada di kolam cukup banyak.
4.  Penebaran Bibit
     Sebelum dilakukan penebaran bibit terlebih dahulu fatwa air dijalankan sehingga terjadi sirkulasi air selama pemeliharaan berjalan.
Selanjutnya penebaran bibit cacing sutra dilakuakan dengan cara meletakkan cacing secara merata di seluruh permukaan media budidaya.
5.  Pemeliharaan
     Cacing sutra akan tumbuh sesudah usia 2 ahad dari penebaran biang cacing sutera. Tapi bila tanpa penebaran biang, cacing sutera akan tumbuh lebih dari 2 bulan. Panen pertama dilakukan sesudah umur cacing lebih dari 75 hari. Selanjutnya bisa dipanen tiap 15 hari sekali.Kolam budidaya cacing sutra yang sudah siap panen bisa diketahui dari lumpur yang sudah kental bila dipegang.

FAKTOR-FAKTOR PENTING DALAM PEMBUDIDAYAAN 
     a). Kualitas Air
     b). Suhu
Suhu sangat berperan penting dalam mengendalikan ekosistem perairan. Organism akuatik mempunyai kisaran suhu tertentu untuk hidup (suhu maksimal dan suhu minimal) yang disukai bagi pertumbuhannya. Peningkatan suhu perairan sebesar 100C mengakibatkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen oleh organism akuatik sebesar 2-3 kali lipat. Namun peningkatan suhu ini disertai dengan penurunan kadar oksigen terlarut sehingga keberadaan oksigen sering kali tidak bisa memenuhi kebutuhan oksigen bagi organism akuatik untuk melaksanakan proses metabolism dan respirasi. Peningkatan suhu juga sanggup mengakibatkan terjadinya peningkatan dekomposisi materi organic oleh mikroba 
     c). Oksigen terlarut
Oksigen merupakan salah satu gas yang terlarut dalam perairan. Semakin besar suhu dan ketinggian serta semakin kecil tekanan udara, maka kadar oksigen terlarut akan semakin kecil. Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian baik siang maupun malam (diurnal) dan musiman, tergantung pada pencampuran dan pergerakan massa air, aktifitas fotosintesis, respirasi, dan limbah yang masuk ke tubuh air. Peningkatan suhu sebesar 10C akan meningkatkan konsumsi oksigen sebesar 10% 
Pada siang hari saat matahari bersinar terperinci pelepasan oksigen oleh proses fotosintesis yang berlangsung intensif pada lapisan eutrofik lebih besar daripada oksigen yang dikonsumsioleh proses respirasi. Pada malam hari fotosintesis berhenti tetapi respirasi terus berlangsung, sehingga kadar oksigen maksimum terjadi pada sore hari sedangkan kadar oksigen minimum terjadi pada pagi hari.
     d). pH
proses dekomposisi materi organic berlangsung lebih cepat pada kondisi pH netral dan alkalis. Sebagian biota akuatik sensitive terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7 – 8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan, contohnya proses nitrifikasi akan berakhir kalau pH rendah 
     e). Toksisitas / Amoniak
Amoniak (NH3) dan garam-garamnya gampang larut dalam air. Sumber ammonia di perairan ialah pemecahan nitrogen organic (protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat dalam tanah dan air, yang berasal dari dekomposisi materi organic (tumbuhan dan biota akuatik yang telah mati) oleh mikroba dan jamur.
Ammonia bebas yang tidak terinonisasi bersifat toksis terhadap organism akuatik. Toksisitas amoniak terhadap organism akuatik akan menigkat kalau terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, pH dan suhu. Avertebrata air lebih toleran daripada ikan. Kadar ammonia bebas yang tidak terionisasi (Nh3) sebaliknya tidak lebih dari 0,2 mg/L.

6.  Pemanenan
Lakukan pemanenan cacing sutera pada waktu pagi atau sore hari dengan cara terlebih dahulu menaikkan ketinggian air hingga 50-60 cm supaya cacing naik kepermukaan dan memudahkan proses pemanenan sesudah itu Matikan fatwa air dalam wadah pemeliharaan
Masukkan cacing yang masih bercampur lumpur ke dalam ember dengan pengeruk, selanjutnya masukkan dalam ember atau kolam yang berisi air dengan ketinggian lebih kurang 1 cm di atas media lumpur. Tutup ember supaya penggalan dalam menjadi gelap, biarkan selama 1-2 jam.
Dengan gampang cacing sanggup diambil memakai tangan sebab cacing bergerombol di atas media lumpur. Masukkan pada kolam daerah pemberokan selama 10-12 jam, selanjutnya cacing siap diberikan pada benih ikan atau sanggup dijual



Sumber http://equatornusantara.blogspot.com

Mari berteman dengan saya

Follow my Instagram _yudha58

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Budidaya Cacing Sutera"

Posting Komentar