Ketika Hasselblad meluncurkan kamera mirrorless X1D-50c ini pada tahun lalu, bukanlah hanya arah gres yang radikal bagi produsen kamera, namun juga untuk keseluruhan sektor kamera bersensor medium format.
Kamera Hasselblad X1D ini rasanya merupakan perwakilan atas evolusi modernisasi dari kamera besar dan kompleks menuju kamera yang portabel dan ramping. X1D ini telah menghasilkan banyak membangun minat yang tinggi melampaui khalayak secara umum terhadap kamera bersensor medium format.
High Tech dan Handmade
Kamera Hasselblad X1D dari Swedia ini merupakan hasil produksi handmade yang jikalau kita melihatnya dari foto di iklannya saja, kita akan terkagum melihat bentuknya.
Setelah mencoba memakai beberapa waktu dengan X1D, saya pun jatuh cinta dengan desainnya. Tergenggam dengan sangat baik oleh cukup satu tangan saja yang tidak menyerupai kamera-kamera medium format lainnya.
Di balik logo H di samping kamera, kita akan menemukan slot dual kartu memori SD dan terdapat juga baterai yang tersimpan dengan unik tanpa tampak adanya lubang atau pintu untuk menyimpan baterai. Terdapat tombol kecil di penggalan bawah kamera untuk melepaskan baterai dan kita cukup memberikannya tekanan lembut pada tombol itu untuk membukanya dan melepaskannya.
Body kamera ini terasa mempunyai bobot yang seimbang dan tepat bila dipasangkan dengan salah satu lensa utamanya, yaitu lensa 45mm f/3.5 dan 90mm f/3.2. Sepertinya Hasselblad memang menaruh perhatian secara signifikan untuk mengakibatkan X1D merasa nyaman digenggam walau terasa agak berat, sesuatu yang tidak selalu menjadi perhatian prioritas untuk kamera medium format lainnya.
LCD touchscreen berukuran 3 inci terlihat indah dengan interface sangat terang dan sederhana mengakibatkan kamera ini sangat gampang dipakai berkat LCD touchscreen yang mempunyai tata letak kontrol minimalis, namun meskipun begitu tetap saja saya menginginkan beberapa aksesori tombol fisik lagi semoga lebih efisien dikala kita memakai X1D ini.
Secara khusus, pemilihan titik fokus cukup sanggup diterima dan Hasselblad pun telah merilis sebuah update firmware yang berfungsi untuk menambahkan fungsionalitas touchpad AF, sehingga memungkinkan kita cukup hanya menggeser jari di touchscreen sambil melihat melalui viewfinder untuk memindahkan titik fokus.
Dari sudut pandang kegunaan, ukuran yang compact dan touchscreen yang gampang dipakai mengakibatkan kamera ini sebagai media format medium yang paling gampang dipakai namun terhambat oleh kecepatan startup yang lambat dan sistem autofocus yang mengandalkan deteksi kontras nan lambat namun akurat. Dalam kondisi banyak cahaya, kecepatan fokus tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan dari kamera modern ini. Untungnya saja ada jalan keluarnya yaitu dengan memfokuskan secara manual,
Kesan awal saya dikala memakai sistem AF, saya tidak sanggup mengubah ukurannya, sehingga sulit untuk menentukan titik fokus dengan tepat. Namun, lagi-lagi Hasselblad telah merilis sebuah update firmware yang mengaktifkan resize titik AF sehingga kini kita sanggup menentukan ukuran titik, 4mm, 2.8mm, atau 2mm. Setiap pilihan mempunyai perubahan yang sesuai dalam jumlah total titik yang tersedia, 35 pada 4mm, 63 pada 2.8mm, dan 117 pada 2mm.
Saya pun sangat menyukai electronic viewfinder-nya, namun viewfinder ini mempunyai refresh rate yang lambat.
Terdapat juga beberapa bug sesekali, menyerupai tampilan ISO “over-animating” yang seperti sedang menggeser beberapa stops dikala kita hanya memutar rodanya satu klik. Namun secara keseluruhan, ini persoalan kecil dan terjadi hanya sesekali saja.
Dengan memakai aplikasi Hasselblad Phocus Mobile yang dikala ini hanya diperuntukan bagi iOS, memungkinkan kita untuk mengontrol X1D dari iPhone atau iPad. Aplikasi ini bekerja baik melalui komputer dengan kamera yang terpasang atau ke X1D secara eksklusif melalui Wifi built-in. Kita sanggup mengontrol hampir semua aspek kamera, bahkan fokus secara manual serta melihat dan me-review-nya, menilai dan menyebarkan foto melalui aplikasi ini.
Spesifikasi utama Hasselblad X1D
Medium format sensor 44 x 33mm • Aspek rasio 4:3 • 50 Megapixel • ISO 100-25600 • 2.36 Electronic viewfinder • Autofokus contrast detect – tidak ada phase detection • Leaf shutter, 1/2000 flash sync speed • Dual slot memory card (SD) • Video PAL 1080/30p • GPS built-in • Touchscreen • Wifi built-in • Battery 3200 maH, untuk sekitar 3 jam pemakaian saja • Made in Sweden (handmade)
Di penggalan dalam, Hasselblad X1D-50c memakai sensor 51 megapiksel yang sama dengan H6D-50c. Hal ini tidak mengherankan sebab hampir setiap perusahaan kamera mencoba memakai sensor H6D-50c di beberapa modelnya, namun sementara H6D mulai dengan harga US$ 25,995 dan X1D hanya US$ 8,995 – body only. Perlu juga diketahui bahwa sensor yang sama atau serupa versinya, juga dipakai oleh produsen lain dengan kamera yang lebih terjangkau, menyerupai Pentax 645z seharga US$ 7,000 dan Fujifilm GFX-50s US$ 6,500.
Sensor X1D berukuran 70% lebih besar dari kamera full frame dan sedikit lebih kecil dari kamera medium format tradisional. Hal ini membantu mengumpulkan lebih banyak cahaya dan memperbaiki resolusi, kinerja ISO tinggi,dan jangkauan dinamis. Faktanya, Hasselblad mengklaim 14 stops of dynamic range secara total, menjadikannya sensor yang hebat untuk pekerjaan lansekap.
Selain sensornya, kecepatan pemotretan secara terus menerus (continuous shooting speed) mencapai 2,3 frame per detik (fps), kecepatan rana mekanis maksimum yaitu 1/2.000 per detik dan video dibatasi sampai 1080p pada standar PAL Eropa 25 fps. Mungkin ini yang mengakibatkan tidak ada yang membeli kamera ini untuk video, tapi tetap saja saya … 😆
Lambatnya shutter speed akan menjadi kabar jelek bagi siapa pun yang berasal dari dunia APS-C atau full frame, namun sebetulnya 1/2,000 per detik cukup manis untuk standar medium format. Hal tersebut sebab secara tradisional, sebuah kamera medium format semuanya memakai leaf shutters dan begitu pula X1D tidak berbeda.
Leaf shutters ini juga merupakan pembeda utama antara Hasselblad X1D dengan pesaing terdekatnya, Fujifilm GFX, yang pada beberapa pengguna memandang dari sudut selisih harga.
Dalam update firmware, Hasselblad memperkenalkan shutter elektronik dengan kecepatan shutter maksimal 1/10,000 detik. Hal ini membawa X1D menjadi setara dengan Fujifilm dan Phase One yang keduanya mengatakan electronic shutters pada GFX-50 dan XF IQ3 100, satu-satunya kamera medium format lainnya.
Keuntungan potensial lain dari electronic shutters X1D ini mengakibatkan X1D pun compatible dengan banyak sekali macam lensa lawas.
Sebagai kamera mirrorless kelas atas, maka secara alami kita akan memperbandingkan antara model Hasselblad X1D dengan kamera full frame mirrorless dari Sony, yaitu 42MP A7R Mark II dimana Sony melaksanakan perubahan yang fantastis pada sensor 35mm dengan seri A7-nya, namun X1D tidak mencoba melaksanakan hal yang sama. Harga pun tetap menjadi masalah, dimana US$ 9.000 mungkin “murah” untuk kamera format medium, tetapi dengan uang sejumlah itu kita sanggup membeli tiga kamera A7R Mark II.
Oleh sebab itu, X1D bukanlah kamera medium format untuk kita semua secara umum, namun merupakan kamera medium format bagi seorang fotografer format medium professional dan atau juga merupakan pilihan menarik bagi pengguna dan pecinta Hasselblad dengan kamera yang lebih bau tanah dan ingin di-upgrade.
Berminat? Baca dulu resume review di bawah ini dan semoga bermanfaat ..
Sumber aciknadzirah.blogspot.com
Mari berteman dengan saya
Follow my Instagram _yudha58
0 Response to "√ Review : Hasselblad X1d, Kamera Mirrorless Medium Format Pertama Di Dunia"
Posting Komentar