√ Pentingkah Plb (Personal Locator Beacon) Bagi Seorang Traveller?

PLB atau Personal Locator Beacon merupakan salah satu bab dari radio beacon pada sistem cospas-sarsat yang dipakai selain pada sektor penerbangan dan pelayaran.


Salah satu media untuk mendeteksi suatu informasi petaka ialah melalui sistem satelit Cospas-Sarsat. Dengan sistem ini, maka setiap sinyal yang dipancarkan oleh beacon 121.5/406 MHz yang terpasang di kapal atau pesawat terbang yang mengalami keadaan darurat, akan sanggup ditangkap oleh satelit. Selanjutnya oleh satelit akan dipancar ulang dan diterima oleh Local User Terminal (LUT). Signal yang diterima LUT akan diproses untuk memilih posisi dan data informasi lain dari beacon. Selanjutnya MCC akan mengumpulkan, menyimpan dan mensortir data berasal dari LUT yang ada dalam satu wilayah SRR. Data tersebut selanjutnya akan didistribusikan ke pos-pos siaga menyerupai Kantor SAR yang bertanggung jawab dalam wilayah tersebut. Bila lokasi beacon di luar wilayah SRR-nya maka data akan dikirim ke nodalnya untuk diteruskan ke otoritas yang bertanggung jawab pada SRR yang bersangkutan.


Cospas-Sarsat ialah kependekan dari Cosmicheskaya Sistyema Poiska Avariynich Sudov – Search and Rescue Satellite Aided Tracking. Satelit ini merupakan bab dari proyek kolaborasi teknologi antariksa antara Amerika Serikat, Perancis, Kanada dan Uni Soviet (sekarang Rusia) yang dikhususkan untuk kepentingan penanganan keadaan darurat. Tujuan dikembangkannya sistem Cospas-Sarsat ialah untuk mendeteksi secepat mungkin distress alert yang disampaikan yang mencakup penentuan lokasi distress dan sumber yang memancarkannya. Sistim satelit ini mensyaratkan tersedianya beacon dan ground segment untuk memproses hasil pendeteksian sinyal distress. Frekuensi kerja beacon ialah 121.5 MHz dan 406 MHz.


System ini pada awalnya dikembangkan dibawah sebuah Memorandum of Understanding antara Negara Rusia, USA, Canada dan Perancis pada tahun 1979. System ini kemudian di declare operasional pada tahun 1985. Pada tanggal 1 Juli 1988 empat Negara menyediakan satellite yang ditandai dengan International Cospas-Sarsat Programme Agreement yang menjamin terus- menerus system ini menyediakan untuk semua negara tanpa diskriminasi. International Maritime Orgaization (IMO) dan International Civil Aviation Organization (ICAO) merekomendasikan bahwa pesawat dan kapal-kapal biar membawa ELTs (Emergency Locator Transmitters) dan EPIRBs (Emergency positioning Indicator Radio Beacons).


Ground segment terdiri dari Local User Terminal dan Mission Control Centre. LUT dipakai untuk memproses signal dari satelit untuk membangkitkan distress alert dan perhitungan posisi beacon. Mission Control Centre (MCC) merupakan sentra pengontrolan semua LUT yang berada dalam satu wilayah Search and Rescue Region (SRR). Semua LUT yang berada dalam satu SRR akan mengirim data ke MCC-nya, dan selanjutnya MCC tersebut yang akan mendistribusikannya ke pos-pos siaga


Ilustrasi dibawah ini ialah citra umum mengenai sistem pada cospas-sarsat.


 


PLB atau Personal Locator Beacon merupakan salah satu bab dari radio beacon pada sistem √ Pentingkah PLB (Personal Locator beacon) Bagi Seorang Traveller?


 


Dalam catatannya di pilot web (18/9/2003), Michael Atkinson menuturkan bahwa dorongan bagi pembuatan sistem pemberitahuan darurat ini muncul tahun 1970 ketika pesawat yang ditumpangi dua anggota Kongres AS hilang di Alaska. Meskipun telah dilakukan upaya pencarian besar-besaran, tak ada jejak pesawat maupun penumpangnya yang ditemukan. Sebagai buntutnya, Kongres pun kemudian menuntut bahwa semua pesawat di AS membawa ELT. Alat ini dirancang untuk bisa aktif begitu terjadi crash dan memancarkan sinyal yang memberitahukan posisi diri (homing).


Frekuensi yang dipilih untuk operasi ELT ialah 121,5 megahertz (MHz) untuk darurat penerbangan sipil, dan 243 MHz untuk penerbangan militer, yang masuk sebagai frekuensi UHF darurat penerbangan.


Namun, sistem yang dimaksudkan murni untuk pewartaan keadaan darurat ini memperlihatkan keterbatasan: frekuensi sipil sesak dan dirancang pertama-tama untuk transmisi suara. Lalu, alasannya ialah suar berdaya rendah, sinyalnya pun acap terlindas transmisi bunyi yang berdaya tinggi. Lebih jauh lagi, ketika itu belum ada cara untuk mengenali dari arah mana datangnya sinyal tersebut (selain melalui cara homing) dan yang lebih penting lagi ada stasiun yang cukup erat dan siap mendengarkan sinyal tersebut.


Keterbatasan ini berlangsung selama beberapa tahun, menciptakan keuntungannya kurang bisa dirasakan. Dari sini muncul wangsit untuk memanfaatkan sistem berbasis satelit. Akhirnya frekuensi suar darurat pun dialokasikan untuk sistem ini, yakni 406 MHz. Sistem bercakupan global ini bisa secara unik mengenali setiap suar. Pada generasi berikut, Inmarsat atau International Maritime Satellite mengoperasikan suar berfrekuensi 1,6 GHz.


Sistem pencarian korban di tempat terpencil berbasis satelit untuk wilayah AS, Kanada, dan Perancis dikenal dengan nama SARSAT atau Search and Rescue Satellite-Aided Tracking, sementara Uni Soviet (saat itu) menyebarkan COSPAS atau Sistem Angkasa untuk Pencarian Kapal yang Mengalami Keadaan Darurat. Kedua sistem itu kemudian digabung tahun 1979.


Sistem SARSAT-COSPAS terdiri dari tiga elemen: elemen angkasa berupa satelit, elemen darat yang dinamai Local User Terminal (LUT) dan Mission Control Centre (MCC), dan elemen bergerak yang tidak lain ialah alat suar (beacon), yang antara lain dipasang pada pesawat. Dalam uji coba, sistem ini bisa mengarahkan regu penyelamat hingga ke jarak 22,5 kilometer dari tempat kecelakaan.


Setelah dioperasikan tahun 1985, anggota SARSAT-COSPAS pun bertambah dari empat menjadi lebih dari 30, dan sistem mengoperasikan lebih dari 50 stasiun Bumi dan 20 MCC di seluruh dunia.


Saat ini ada tiga jenis beacon yang dikenal oleh cospas-sarsat.



  1. ELT : Emergency Locator Transmitter, yang dipakai oleh sektor penerbangan

  2. EPIRB : Emergency Position Indicator Radio Beacon yang dipakai oleh sektor pelayaran

  3. PLB : Personal Locator Beacon, digunakan untuk sektor perorangan.


Cara kerja PLB ialah disaat kita mengaktifkan sinyal distress yang ada pada PLB dan kemudian PLB tersebut akan memancarkan sinyal distress yang kemudian ditangkap oleh satelite cospas-sarsat. Satelite cospas-sarsat meneruskan sinyal distress kepada stasiun bumi yang dalam cakupannya dan stasiun bumi melaksanakan kalkulasi data yang diterima dari satelite untuk memilih posisi tempat plb tersebut dipancarkan.


 


PLB atau Personal Locator Beacon merupakan salah satu bab dari radio beacon pada sistem √ Pentingkah PLB (Personal Locator beacon) Bagi Seorang Traveller?


 


Ada dua jenis PLB, yaitu 



  1. PLB dengan data GPS (disediakan secara internal atau eksternal)

  2. PLB tanpa data GPS


Semua PLB mentransmisikan dalam mode digital pada 406 MHz namun ada PLB AIS yang mentransmisikan pada VHF 70.


Penggunaan PLB di Indonesia masih sangat jarang, ada beberapa alasan yaitu :



  1. ketidaktauan masyarakat mengenai alat ini dan manfaatnya.

  2. alat ini relatif mahal.


Keuntungan membawa PLB



  1. Jika dalam keadaan ancaman dan kita mempunyai PLB yang kemudian mengaktifkan PLB tersebut, maka kita akan dimonitor selama 24 jam terus menerus.

  2. Pancaran sinyal ancaman dari PLB sanggup memilih lokasi dari tempat kita berada sekarang.

  3. Mempermudah pencarian dan santunan terhadap korban.

  4. PLB memakai 15 Hex ID sebagai tanda pengenal dan setiap PLB yang ada mempunyai 15 Hex ID yang berbeda-beda. Jika 15 Hex ID tersebut diregistrasikan ke Badan SAR Nasional maka operator Badan SAR Nasional akan memberitahukan kepemiliknya bahwa PLBnya memancarkan sinyal bahaya.

  5. Kita hanya perlu membeli PLB dan tidak perlu membayar sistem cospas-sarsat dan perlu diingat bahwa setiap pancaran PLB akan dianggap sebagai distress, walaupun PLB tersebut memancar alasannya ialah malfunction.

  6. PLB kita dipantau oleh 7 Satelite yang berada diatas bumi (LEOSAT) yang dipakai untuk memilih lokasi anda.

  7. 1 satelite realtime (GEOSAT) yang akan terus-menerus memberitahukan kestasiun bumi hasil tangkapan satelite.

  8. Ukuran PLB yang kecil tidak mempersulit anda dalam membawanya.

  9. Stasiun Bumi dan operatornya bekerja selama 24 jam setiap hari, 7 hari seminggu


Kekurangannya PLB adalah keterbatasan baterai yang hanya bisa aktif terus menerus selama 48 Jam (maksimum)


Sebagai informasi, per tahun 2010, hanya 3 buah PLB milik orang indonesia yang terdaftar pada database yang ada di Basarnas. Dan ada beberapa di marketplace yang menjual PLB, contohnya di Lazada – klik disini.


Keterbatasan mahalnya PLB bisa disiasati dengan cara dibawah ini,



  1. jika kita berada dibawah organisasi pencinta gunung, maka anjurkan organisasi kita untuk membeli dua buah PLB. Karena PLB bersifat mobile, bisa berpindah tangan dan sanggup dipinjamkan.

  2. Di luar negeri, menyerupai di Australia, terdapat toko yang menyewakan PLB, maka kita sanggup menyewa PLB dari toko tersebut, dan ini bisa lebih murah.

  3. jika kita mempunyai sekelompok teman yang sering bahu-membahu naik gunung, maka jalan keluarnya ialah urunan untuk membeli 1 buah PLB dan bawalah ketika anda beraktifitas naik gunung.


Dari semua goresan pena di atas, maka saya menganggap sangat perlu kita mempunyai PLB, apalagi warga negara Indonesia dikenal bahagia melaksanakan aktifitas penjelajahan selain dari geografis negara kita yang masih banyak “pedalaman” dan kalau kita telah mempunyai PLB, maka jangan lupa untuk mendaftarkan di Basarnas, silahkan klik disini untuk meregistrasikan alat beacon anda di Basarnas.


Semoga bermanfaat ..SaveSaveSaveSaveSaveSaveSaveSaveSaveSaveSaveSave


SaveSave



Sumber aciknadzirah.blogspot.com

Mari berteman dengan saya

Follow my Instagram _yudha58

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "√ Pentingkah Plb (Personal Locator Beacon) Bagi Seorang Traveller?"

Posting Komentar