Puji Syukur Kehadirat Allah SWT, yang telah memperlihatkan rahmat dan inayahnya sehingga saya sanggup menulis artikel ini dengan sehat wal afiat.. yang kedua terimah kasih kepada pengunjung setia saya.. semoga anda diberi kesehatan dan juga ilmu yang bermanfaat.. yang ketiga, gag perlu panjang lebar pribadi saja ke TKP :
1. Pertempuran Surabaya
Pada tanggal 25 oktober 1945 Brigade 49 dibawah pimpinan Brigadir Jenderal A W.S Mallaby mendarat dipelabuhan tanjung perak Surabaya. Brigade ini merupakan pecahan dari devisi India ke-2, dibawah pimpinan Jenderal D.C. Hawthorn. Mereka menerima kiprah melucuti tentara jepang dan menyelamatkan tawanan sekutu. Pasukan ini berkekuatan 6000 personil dimana perwira-perwiranya kebanyakan orang-orang inggrisdan prajuritnya orang-orang Gurkha dari Nepal yang telah berpengalaman perang. Rakyat dan pemerintahan Jawa Timur di bawah pimpinan gubernur R.M.T.A Suryo semula enggan mendapatkan kedatangan Sekutu. Kemudian antara wakil-wakil pemerintahan RI dan Brigjen AW.S Mallaby mengadakan pertemuan yang menghasilkan kesepakatan sebagai berikut.
1) Inggris berjanji mengikut sertakan Angkatan Perang Belanda
2) Disetujui kerjasama kedua belah pihak untuk menjamin keamanan dan ketentraman
3) Akan dibuat kontak distributor semoga kolaborasi berjalan lancar
4) Inggris hanya akan melucuti senjata jepang
Pada tanggal 26 oktober 1945 pasukan sekutu melanggar kesepakatan terbukti melaksanakan penyergapan ke penjara Kalisosok. Mereka akan membebaskan para tawanan Belanda diantaranya yaitu Kolonel Huiyer. Tindakan ini dilanjutkan dengan penyebaran pamphlet-pamflet yang berisi perintah semoga rakyat Surabaya menyerahkan senjata-senjata mereka. Rakyat Surabaya dan TKR bertekad akan mengusir Sekutu dari bumi Indonesia dan tidak akan menyerahkansenjata mereka.
Kontak senjata antara rakyat Surabaya melawan Inggris terjadi pada tanggal 27 Oktober 1945. Para perjaka dengan usaha yang gigih sanggup melumpuhkan tank-tank Sekutu dan berhasil menguasai objek-objek vital. Strategi yang dipakai rakyat Surabaya dalah dengan mengepungdan menghancurkan pemusatan-pemusatan tentara Inggris kemudian melumpuhkan relasi logistiknya. Serangan tersebut mencapai kemenangan yang gemilang walaupun dipihak kita banyak jatuh korban. Pada tanggal 29 Oktober 1945 Bung Karno beserta Jenderal D.C Hawthorn tiba di Surabaya. Dalam negosiasi antara pemerintahan RI dengan Mallaby dicapai kesepakatan untuk menghentikan kontak senjata. Kesepakatan ini dilanggar oleh pihak sekutu. Dalam satu insiden, Jenderal Mallaby terbunuh.
Dengan terbunuhnya Mallaby, pihak Inggris menuntut pertanggung tanggapan kepada rakyat Surabaya. Pada tanggal 9 November 1945 Mayor Jenderal E.C Mansergh sebagai pengganti Mallaby mengeluarkan ultimatum kepada bangsa Indonesia di Surabaya. Ultimatum ini isinya semoga seluruh rakyat Surabaya beserta pemimpin-pemimpinnya menyerahkan diri dengan senjata, mengibarkan bendera putih, dan dengan tangan diatas kepala berbaris satu persatu, bila pada pukul 06.00 ultimatum ini tidak di indahkan maka inggris akan akan mengerahkan seluruh kekuatan darat, kekuatan bahari dan udara. Ultimatum ini dirasa menghina terhadap bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang cinta hening tetapi lebih cinta kemerdekaan. Oleh lantaran itu rakyat Surabaya menolak ultimatum tersebut secara resmi melalui pernyataan Gubernur Suryo.
Karena penolakan ultimatum itu maka meletuslah pertempuran pada tanggal 10 November 1945. Melalui siaran radio yang dipancarkan dari Jl. Mawar No. 4 Bung Tomo memperabukan semangat juang arek-arek Surabaya. Kontak senjata pertama terjadi di Perak hingga pukul 18.00. pasukan sekutu dibawah pimpinan Jenderal Mansergh mengerahkan satu devisi infantry sebanyak 10.000-15.000 orang dibantu tembakan dari bahari oleh kapal perang penjelajah “Sussec” serta pesawat tempur “mosquito” dan “Thunderbolt”.
Dalam pertempuran di Surabaya ini seluruh unsur kekuatan rakyat pundak membahu, baik dari TKR, PRI, BPRI, Tentara Pelajar, Polisi Istimewa, BBI, PTKR, maupun TKR bahari dibawah komandan pertahanan Kota, Soengkono. Pertempuran yang berlangsung hingga selesai November 1945 ini rakyat Surabaya berhasil mempertahankan kota Surabaya dari gempuran Inggris walaupun jatuh korban yang banyak dari pihak Indonesia. Oleh lantaran itu setiap tanggal 10 November bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan. Hal ini sebagai penghargaan atas jasa para hero di Surabaya yang mempertahankan tanah air Indonesia dari kekuasaan asing.
2. Pertempuran Ambarawa
Kedatangan sekutu di Semarang tanggal 20 Oktober 1945 dibawah pimpinan Brigadir Jenderal Bethel semula diterima dengan baik oleh rakyatkarena akan mengurus tawanan perang. Akan tetapi, secara rahasia mereka bahu-membahu NICA dan mempersenjatai para bekas tawanan perang Ambarawa dan Magelang. Setelah terjadi insiden di Magelang antara TKR dengan tentara Sekutu maka tanggal 2 November 1945 Presiden Soekarno dan BrigJend Bethtel mengadakan Perundingan gencatan senjata.
Pada tanggal 21 November 1945 pasukan Sekutu mundur dari Magelang ke Ambarawa. Gerakan ini segera dikejar resimen Kedu Tengah dibawah pimpipinan Letnal Kolonel M. Sarbini dan meletuslah pertempuran Ambarawa . Pasukan Angkatan muda dibawah Pimpinan Sastrodihardjo yang diperkuat pasukan adonan dari Ambarawa, Suruh dan Surakarta menghadang sekutu didesa Lambu.
Dalam pertempuran di Ambarawa ini gugurlah Letnan Kolonel Isdiman, Komandan Resimen Banyumas. Dengan gugurnya Letnan Kolonel Isdiman, Komandan pasukan dipegang oleh kolonel Soedirman, Panglima Divisi di Purwokerto.
Kolonel Soedirman mengkoordinir komandan-komandan sektor untuk menyusun taktik penyerangan terhadap musuh. Pada tanggal 12 Desember 1945 pasukan TKR berhasil mengepung musuh yang bertahan dibenteng Willem, yang terletak ditengah-tengah kota Ambarawa. Selama 4 hari 4 malam kota Ambarawa di kepung. Kerena merasa terjepit maka pada tanggal 15 Desember 1945 pasukan Sekutu meninggalkan Ambarawa menuju ke Semarang.
3. Pertempuran Medan Area dan Sekitarnya
Berita Proklamasi Kemerdekaan gres hingga di medan pada tanggal 27 Agustus 1945. Hal ini disebabkan sulitnya komunikasi dan adanya sensor dari tentara Jepang. Berita tersebut dibawa oleh Mr. Teuku M. Hasan yang diangkat menjadi Gubernur Sumatra. Ia ditugaskan oelh pemerintah untuk menegakkan kedaulatan Republik Indonesia di Sumatra dengan membentuk Komite Nasional Indonesia di wilayah itu.
Pada tanggal 9 Oktober 1945 pasukan sekutu mendarat di Sumatra Utara di bawah pimpinan Brigadir Jenderal E.T.D. Kelly. Serdadu Belanda dan NICA ikut membonceng pasukan ini yang dipersiapkan mengambil alih pemerintahan. Pasukan Sekutu membebaskan para tawanan tatas persetujuan Gubernur Teuku M. Hasan. Para bekas tawanan ini bersikap congkak sehinggga menjadikan terjadinya insiden dibeberapa tempat.
Achmad Tahir, seorang bekas perwira tentara Sukarela memelopori terbentuknya TKR Sumatra Timur. Pada tanggal 10 Oktober 1945. Di samping TKR, di Sumatra Timur terbentuk Badan-badan perjuangandan laskar-laskar partai.
Pada tanggal 18 Oktober 1945 Brigadir Jenderal T.E.D Kelly memperlihatkan ultimatum kepada perjaka Medan semoga menyerahkan senjatnya. Aksi-aksi teror mulai dilakukan oleh Sekutu dan NICA. Pada tanggal1 Desember 1945 Sekutu memasang papan-papan bertuliskan Fixed Boundaries Medan Area di banyak sekali sudut pinggiran Kota Medan.
Bagaimana perilaku para perjaka kita ? mereka dengan gigih membalas setiap agresi yang dilakukan oleh pihak Sekutu dan NICA. Pada tanggal 10 Desember 1945 pasukan Sekutu melancarkan serangan militer secara besar-besaran dengan memakai pesawat-pesawat tempur. Pada bulan April 1946 pasukan inggris berhasil mendesak pemerintahan RI ke luar Medan. Gubernur, Markas Divisi TKR, Walikota RI pindah ke Pematang Siantar. Walaupun belum berhasil menghalau pasukan Sekutu, rakyat Medan terus berjuang dengan membentuk Lasykar Rakyat Medan Area.
Selain di kawasan Medan, di daerah-daerah sekitarnya juga terjadi perlawanan rakyat terhadap Jepang, Sekutu, dan Belanda. Di Padang dan BukitTinggi pertempuran berlangsung semenjak bulan November 1945. Sementara itu dalam waktu yang sama di Aceh terjadi pertempuran melawan Sekutu. Dalam pertempuran ini Sekutu memanfaatkan pasukan-pasukan Jepang untuk menghadapi perlawanan rakyat sehingga pecah pertempuran yang dikenal dengan insiden Krueng Panjol Bireuen. Pertempuran di sekitar Langsa/Kuala Simpang Aceh semakin sengit ketika pihak rakyat dipimpin pribadi oleh Residen Teuku Nyak Arief. Dalam pertempuran ini p0juang kita berhasil mengusir Jepang. Dengan demikian diseluruh Sumatra rakyat bersama pemerintah membela dan mempertahankan kemerdekaan.
4. Bandung Lautan Api
Pada tanggal 17 Oktober 1945 pasukan Sekutu mendarat di Bandung. Pada waktu itu para perjaka dan p0juang di kota Bandung sedang gencar-gencarnya merebut senjata dan kekuasaan dari tangan Jepang. Oleh Sekutu, senjata dari hasil pelucutan tentara Jepang supaya diserahkan padanya. Bahkan pada tanggal 21 November 1945, sekutu mengeluarkan ultimatum semoga Bandung pecahan utara dikosongkan oleh pihak Indonesia paling lambat tanggal 29 November 1945 dengan alasan untuk menjaga keamanan. Oleh para p0juang, ultimatum tersebut tidak diindahkan sehingga semenjak ketika itu sering terjadi insiden dengan pasukan-pasukan Sekutu.
Sekutu mengulangi ultimatumnya pada tanggal 23 Maret 1945 yakni semoga TRI meninggalkan kota Bandung. Dengan adanya ultimatum ini, pemerintahan RI di Jakarta menginstruksikan semoga TRI mengosongkan kota bandung, akan tetapi dari markas TRI Yogyakarta menginstruksikan semoga kota Bandung tidak dikosongkan. Akhirnya, para p0juang Bandung meninggalkan kota Bandung walaupun dengan berat hati. Sebelum meninggalkan kota Bandung terlebih dahulu para p0juang Republik Indonesia menyerang ke arah kedudukan-kedudukan Sekutu sambil membumihanguskan kota Bandung pecahan Selatan. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan Bandung Lautan Api
Mari berteman dengan saya
Follow my Instagram _yudha58
0 Response to "Peristiwa Surabaya, Medan Area, Ambarawa, Dan Bandung Lautan Api"
Posting Komentar