Hama Dan Penyakit Flora Kelapa [Bagian 1]

1.   Hama Perusak Pucuk
 a. Kumbang nyiur (Oryctes Rhinoceros)
Ciri: bentuk kumbang dengan ukuran 20-40 mm warna hitam dengan bentuk cula pada kepala
Gejala: (1) hama ini merusak tumbuhan yang berumur 1-2 tahun; 
            (2) tumbuhan berumur 0-1 tahun, lubang pada pangkal batang sanggup menjadikan kematian titik tumbuh atau terpuntirnya pelepah daun yang dirusak; 
            (3) pada tumbuhan remaja terjadi lubang pada pelepah termuda yang belum terbuka; 
            (4) ciri khas yang ditimbulkan yaitu janur mirip digunting berbentuk segi tiga; 
            (5) stadium yang berbahaya yaitu stadium imago (dewasa) yang berupa kumbang; Pengendalian: 
            (1) sanitasi kebun terhadap sisa-sisa tebangan batang kelapa; 
            (2) memakai virus Bacullovirus oryctes dan Mettarrizium arrisophiae;
            (3) menawarkan carbofura (furadan 3G) atau carbaryl (sevin 5G) 10/pohon dengan interval 2 bulan sekali.

b. Kumbang sagu (Rhynchophorus ferruginous)
Ciri: imago, berbentuk kumbang dengan masa perkembangan 11-18 hari. Ciri khas nya yaitu tinggal di kokon hingga keras. 
Gejala: merusak akar tumbuhan muda, batang dan tajuk, pada tumbuhan remaja merusak tajuk, gerekan pada pucuk mengakibatkan patah pucuk, liang gerekan keluar lendir berwarna merah coklat. 
Pengendalian: 
              (1) hindari perlukaan, bila luka dilumuri ter;
              (2) potong dan bakar tumbuhan yang terserang; 
              (3) sanitasi kebun; 
              (4) secara kemis dengan insektisida Thiodan 35 EC 2-3 cc/liter larutan, Basudin 10 G dan sevin 85 SP pada luka dan diperkirakan ada serangan Kumbang sagu

2.   Hama Perusak Daun
a. Sexava
Ciri: belalang tepat dengan ukuran 70-90 mm, berwarna hijau kadang kala coklat. Masa perkembangan 40 hari. 
Gejala: (1) merusak daun bau tanah dan dalam keadaan terpaksa juga merusak daun muda, kulit buah dan bunga-bunga;
            (2) merajalela pada animo kemarau; 
            (3) pada serangan yang mahir daun kelapa tinggal lidi-lidinya saja. 
Pengendalian: 
            (1) cara mekanis: menghancurkan telur dan nimfanya, menangkap belalang (di Sumatera dengan perekat dicampur Agrocide, Lidane atau HCH, yang dipasang sekeliling batang) untuk menghalangi betina bertelur di pangkal batang dan menangkap nimfa yang akan naik ke pohon; 
             (2) cara kultur teknis: menanam tumbuhan epilog tanah (LCC), contohnya Centrosema sp., Calopogonium sp., dan sebagainya;
             (3) cara kemis: menyemprot dengan salah satu atau lebih insektisida, mirip BHC atau Endrin 19,2 EC 2cc/liter air, menyemprotkan disekitar pangkal batang hingga tinggi 1 meter, tanah sekitar pangkal batang diameter 1,5 m 6 liter/pohon. 
Insektisida lain yang sanggup digunakan: Sumithion 50 EC, Surecide 25 EC, Basudin 90 SC atau Elsan 50 EC; (4) cara biologis: memakai benalu Leefmansia bicolor tapi hasilnya belum memuaskan.
b. Kutu Aspidiotus sp
 Ciri: kutu berperisai, jantan bersayap dengan ukuran 1,5-2 betina, jantan 0,5 mm. Imago jantan berwarna merah/merah jambu dan betina berwarna kuning hingga merah. 
Gejala: (1) bercak-bercak kuning pada permukaan belahan bawah daun; 
            (2) pada serangan berat daun berwarna merah keabu-abuan, tidak berkembang (tetap kecil), tidak tegak, kemudian tajuknya terkulai dan mati; 
            (3) jawaban serangan dalam waktu 2-5 tahun tidak mau berbuah. 
Pengendalian: memakai musuh alami yaitu predator Cryptognatha nodiceps Marshall atau benalu Comperiella unifasciata Ishii.
 c. Parasa lepida
Ciri: kupu-kupu berentang sayap 32-38 mm berwarna kuning emas muda, masa pertumbuhan ± 375 hari. Gejala: memakan bawah umur daun sebelah bawah setempat-setempat, tetapi tidak hingga tembus, meninggalkan bekas ketaman/gigitan yang melebar sehingga tinggal urat-uratnya serta  jaringan daun atas, ulat yang bau tanah merusak daun dari pinggir ke tengah hingga lidinya, serangan mahir tinggal lidinya dan nampak gundul. Pengendalian: 
               (1) memakai musuh alami benalu ulat Apanteles parasae; 
               (2) kepompong sanggup menggunakn lalat benalu Chaetexorista j4vana; 
               (3) perogolan pohon yang terjangkit pada masa stadium ulat atau dengan mengumpulkan kepompongnya; 
               (4) penyemprotan dengan insektisida Dimecron 50 EC. Suprecide 10 atau menyuntik batang dengan Ambush 2 EC 2-3 cc/liter air pada stadium larva konsentrasi.
 d. Darna sp
 Ciri: imago berbentuk kupu-kupu dengan rentang sayap 14-20 mm. Masa pertumbuhan 30-90 hari. 
Gejala: (1) pada animo kering, Meninggalkan bekas gigitan tidak teratur pada daun tua, pelepah daun terbawah terkulai; 
             (2) daun-daun yang rusak mahir menjadi merah-sauh, kecuali pucuknya dan beberapa daun yang termuda; 
             (3) tandan-tandan buah dan daun sebelah bawah terkulai bagaikan layu terutama kalau kering dan karenanya bergantung kebawah di sisi batangnya.
             (4) buahnya gugur; 
             (5) daun-daun mudak duduk mirip biasa, tetapi kadang kala mulai merah sauh. Hanya pucuknya dan daun-daun yang masih muda sekali yang utuh. 
Pengendalian: 
              (1) mengadakan pronggolan daun dan kemudian membakarnya; 
              (2) memakai benalu musuhnya yaitu benalu kepompong Chaetexorista j4vana, Ptycnomyaremota, Musca conducens; atau tabuhan-tabuhan benalu Chrysis dan Syntomosphyrum; 
              (3) menyuntikkan pestisida Ambush 2 EC 2-3 cc/liter air atau penyemprotan pada stadium larva. Atau dengan insektisida Agrothion 50 EC dengan konsentrasi 0,2-0.4%, Basudin 60 EC dengan konsentrasi 0,3%
e. Ulat Artona (Artona catoxantha)
 Gejala: (1) pada helaian daun terjadi kerusakan dengan adanya lubang mirip jendela kecil;     (2)  jika serangan berat, tajuk tumbuhan kelapa nampak layu dan mirip terbakar; 
             (3) pada belahan bawah anak daun terlihat beberapa /bekas serangan mirip tangga, dengan tulang daun arahnya melintang mirip anak tangga; 
              (4) stadium berbahaya yaitu larva. 
Pengendalian: 
             (1)  jika setiap dua pelepah terdapat 5 atau lebih stadium hidup maka perlu dilakukan penangkasan semua daun, dan ditinggalkan hanya 3-4 lembar daun termuda; 
             (2) memakai tawon kemit (Apanteles artonae) yang merusak ulat atau Ptircnomya dan Cardusia leefmansi; 
             (3) memakai insektisida Ambush 2 EC 5 gram/hektar melalui suntikan batang ataupun penyemprotan pada stadium larva.
3.   Hama Perusak Bunga
a. Ngengat bunga kelapa (Batrachedra sp.)
 Gejala: lubang pada seludang bunga yang belum membuka, kemudian masuk ke dalam bunga  jantan dan betina. Dalam waktu singkat bunga jantan menjadi kehitam-hitaman, bunga betina mengeluarkan getah dan karenanya rontok. 
Pengendalian: 
            (1) melabur lubang dengan Basudin 60 EC atau disemprot dengan BHC dengan konsentrasi 0,1%; 
             (2) secara biologis dengan benalu Sylino sp.
 b. Ulat Tirathaba
 Ciri: ulat berwarna coklat kotor bergaris memanjang pada punggungnya, berukuran 22 mm. Masa keperidiannya 12-31 hari.
Gejala: (1) bunga jantan berlubang-lubang lebih banyak dari bunga betina;
             (2) buah yang gres kadang berlubang-lubang; 
             (3) banyak tahi ulat; 
             (4) bunga-bunga jantan gugur dan kotoran-kotoran lain menempel menjadi satu bergumpal-gumpal kecil; 
             (5) bongkol bunga penuh kotaoran dan berbau busuk. 
Pengendalian: 
             (1) mengumpulakn bunga-bunga yang terjangkit dan membakarnya; 
             (2) pemotongan mayang dan membakarnya; 
             (3) membersihan pangkal daun kelapa dari pupa dan larva; 
             (4) memakai benalu hama yaitu Telenomus tirathabae yang merusak telur 6%, Apanteles Tirathabae membinasakan ulat muda 18-40%, lalat benalu Eryciabasivulfa membunuh ulat 6-3%, benalu kepompong Melachnineumon muciallae, Trichhospilus pupivora dan Anacryptus impulsator masing-masing memiliki daya bunuh 10%, 2 % dan 3,5 %. Sejenis cecopet yaitu Exypnus pulchripenneis memakan ulat hidup-hidup; 
             (5) memakai insektisida Sevin 85 S dengan menyemprotkan pada belahan bunga dan belahan pangkal daun
4.   Hama Perusak Buah
 a. Tikus pohon, Rattus rattus roque
 Ciri: hidup di tanah, pematang sawah, atau dalam rumah. 
Gejala: (1) buah kelapa berlubang bersahabat tampuknya.; 
            (2) lubang pada sabut dan tempurung sama besarnya. Bentuk tidak rata kadang bulat,kadang melebar. 
Pengendalian:
             (1) memburu tikus, memasang perangkap atau umpan-umpan beracun; 
             (2) sanitasi mahkota daun kelapa semoga tidak menjadi sarang tikus.
b. Tupai/ bajing, Callosciurus notatus dan C. Nigrovitatus
 Gejala: (1) menggerek buah kelapa yang sudah agak bau tanah di belahan ujung buah; 
              (2) lubang gerakan pada belahan tempurung bulat, tapi belahan serabut tidak rata;
              (3) isi buah habis dimakan 2-3 hari; (4) seekor tupai merusak 1-2 buah dalam 1 bulan. 
Pengendalian: sama dengan pemberantasan tikus
5.   Hama Perusak Bibit
a. Anai-anai randu, Coptotermes curvignatus
 Ciri: imago berwarna coklat-hitam (laron, kalekatu, siraru). 
Gejala: (1) anai-anai menyerang bibit dengan merusak sabut dari buah atau benih yang disemai. Serangan terjadi pada lahan lateris yang bertekstur pasir berlempung yang sarang;              (2) bibit layu pucuknya kemudian mati. Pohon kelapa muda kadang kala pula mati pucuknya kemudian binasa. Pada batang sering nampak lorong anai-anai yang dibentuk dari tanah, dari bawah menuju ke atas. 
Pengendalian: 
            (1) pada waktu menciptakan persemaian dan membuka tanah, sisa-sisa tumbuhan disingkirkan/ dibakar; 
            (2) menciptakan persemaian dengan diberi lapisan pasir sungai yang higienis dan tebal. Atau campur tanah dengan BHC 10% dengan takaran 65 kg/ha sebelum menyemai; 
            (3) lakukan seedtreatment pada benih sebelum disemai dengan Azodin.
 b. Kumbang bibit kelapa (Plesispa reichei Chap)
Ciri: imago berbentuk kumbang dengan masa keperidian 90 hari. 
Gejala: (1) daun bibit atau daun kelapa muda yang berumur 1-4 tahun mula-mula bergaris-garis yaitu bekas dimakan kumbang. Garis-garis bersatu menjadi lebar. Tempat-tempat tersebut membusuk atau kering;  
             (2) daun kelapa sanggup menjadi kering atau sobek-sobek mirip terkena angin kencang; 
             (3) serangan yang mahir sanggup mematikan bibit atau tumbuhan muda. 
Pengendalian: 
           (1) pengambilan terhadap setiap stadium dengan tangan;  
           (2) disemprot dengan Diacin 60 EC dengan takaran 1,5-2 cc/liter air; 
           (3) berikan Furadan 3 G di polybag 2-5 gram per bibit; 
           (4) cara biologis dengan benalu telur Oencyrtus corbetti dan Haeckliana brontispae atau tabuhan benalu larva dan kepompong Tetrastichodes plesispae.
c. Belalang bibit kelapa, Valanga transiens
 Ciri: imago berwarna merah-sauh bersemu kuning. Kakinya kekuning-kuningan. Pada kaki belakang nampak 2 bercak hitam. Pada syap belakang, ayaitu yabng cerah tidak ada warna merah pada pangkalnya. Panjang belalang jantan 37-50 mm, sedang betina 55-60 mm. Gejala: (1) gigitan yang tidak beraturan pada daun kelapa bibit yang berada dibawah 1 tahun dan yang belum terbelah; 
             (2) untuk bibit yang daunya telah membuka tidak terlalu menderita oleh serangan ini. 
Pengendalian: dengan menyemprotkan basudin 60 EC atau Dimecron 50 EC






Sumber http://equatornusantara.blogspot.com

Mari berteman dengan saya

Follow my Instagram _yudha58

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Hama Dan Penyakit Flora Kelapa [Bagian 1]"

Posting Komentar