Perilaku Menyimpang Menurut Perspektif Sosiologis


Teori Labeling

Teori ini dikemukakan oleh Edwin M.Lemert, menurutnya seseorang berperilaku menyimpang alasannya yakni proses labeling yang diberikan masyarakat kepadanya.
Labeling yakni sumbangan julukan, cap, etiket, ataupun kepada seseorang. Pada awalnya seseorang melaksanakan “penyimpangan primer” alasannya yakni itu sang pelaku penyimpangan mendapatkan cap (labeling) dari masyarakat. Karena adanya label tersebut, maka sang pelaku mengidentifikasikan dirinya sebagai penyimpang dan mengulangi lagi penyimpangan itupun menjadi suatu kebiasaan atau gaya hidup bagi pelakunya.

Teori Sosialisasi

Teori Sosialisasi menyatakan bahwa seseorang biasanya menghayati nilai-nilai dan norma-norma dari bebrapa orang yang akrab dan cocok dengan dirinya. Jadi, bagaimanakah seseorang menghayati nilai-nilai dan norma-norma sosial sehingga dirinya sanggup melahirkan sikap menyimpang. Ada dua klarifikasi yang sanggup di kemukakan. Pertama, Kebudayaan khusus yang menyimpang, yaitu apabila sebagian besar teman seseorang melaksanakan sikap menyimpang maka orang itu mungkin akan berperilaku menyimpang juga. Sebagai contoh, beberapa study di Amerika, menunjukkan bahwa di kampung-kampung yang awut-awutan dan tidak terorganisir secara baik, sikap jahat merupakan pola sikap yang normal (wajar).

Teori Pergaulan Berbeda ( Differential Association )

Teori ini diciptakan oleh Edwin H. Sutherland dan berdasarkan teori ini penyimpangan bersumber dari pergaulan dengan sekelompok orang yang telah menyimpang. Penyimpangan didapatkan dari proses alih budaya (cultural transmission) dan dari proses tersebut seseorang mempelajari subkebudayaan penyimpangan (deviant subculture). Contoh teori pergaulan berbeda : sikap tunasusila, tugas sebagai tunasusila dipelajari oleh seseorang dengan berguru yaitu melaksanakan pergaulan yang intim dengan para penyimpang (tunasusila senior) dan kemudian ia melaksanakan percobaan dengan melaksanakan tugas menyimpang tersebut.

Teori Anomie

Konsep anomie di kembangkangkan oleh seorang sosiolog dari Perancis, Emile Durkheim. Istilah Anomie sanggup diartikan sebagai ketiadaan norma. Konsep tersebut digunakan untuk menggambarkan suatu masyarakat yang mempunyai banyak norma dan nilai yang satu sama lain saling bertentangan. Suatu mayarakat yang anomis (tanpa norma) tidak mempunyai ajaran mantap yang sanggup dipelajari dan di pegang oleh para anggota masyarakatnya. Selain Emile Durkheim ada tokoh lain yang mengemukakan ihwal teori anomie yaitu Robert K. Merton, ia mengemukakan bahwa penyimpangan terjadi melalui struktur sosial. Menurut Merton struktur sosial sanggup menghasilkan sikap yang konformis (sesuai dengan norma) dan sekaligus sikap yang sanggup menyebabkan terjadinya penyimpangan. Merton beropini bahwa struktur sosial mengahasilkan tekanan kearah anomie dan sikap menyimpang alasannya yakni adanya ketidakharmonisan antara tujuan budaya dengan cara-cara yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.


Menurut Merton ada lima tipe cara pembiasaan individu untuk mencapai tujuan budaya dari yang masuk akal hingga menyimpang, yaitu sebagai berikut :

Konformitas (Conformity) Konformitas merupakan sikap mendapatkan tujuan budaya dengan cara mengikuti tujuan dan cara yang ditentukan oleh masyarakat.
Contoh : seseorang yang ingin menjadi orang kaya berusaha untuk mewujudkannya dengan menempuh pendidikan tinggi dan bekerja keras.

Inovasi (Innovation) Inovasi merupakan sikap mendapatkan secara kritis cara-cara pencapaian tujuan yang sesuai dengan nilai budaya sambil menempuh cara-cara watu yang belum biasa atau tidak umum dilakukan.
Contoh : seseorang yang ingin menjadi orang kaya, tetpai kedudukannya di kawasan tidak memungkinkan memperoleh honor besar, sehingga ia melaksanakan jalan pintas memperoleh rasa kondusif saja.

Ritualisme (Ritualism) Ritualisme merupakan sikap mendapatkan cara-cara yang diperkenalkan secara cultural, namun menolak tujuan-tujuan kebudayaan, sehingga perbuatan ritualisme berpegang teguh pada kaida-kaidah yang berlaku namun mengorbankan nilai sosial budaya yang ada.
Contoh : seorang karyawan bekerja tidak untuk memperoleh kekayaan, tetapi hanya sekedar memperoleh rasa kondusif saja.

Pengasingan Diri (Retreatism) Pengasingan diri merupakan sikap menolak tujuan-tujuan ataupun cara-cara untuk mencapai tujuan yang telah menjadi bab kehidupan masyarakat ataupun lingkungan sosialnya.
Contoh : para pemabuk dan pemakai narkoba yang seolah-olah berusaha melarikan diri dari masyarakat dan lingkungan.

Pemberontakan (Rebeliion) Pemberontakan merupakan sikap menolak sarana dan tujuan-tujuan yang disahkan oleh budaya masyarakat dan menggantikan dengan cara yang baru.
Contoh : kaum pemberontak yang memperjuangkan ideologinya melalui perlawanan bersenjata. Dari kelima tipe diatas, tipe cara pembiasaan konformitaslah yang merupakan bentuk sikap yang tidak menyimpang, sedangkan ke-empat tipe pembiasaan lainnya termasuk dalam bentuk sikap yang menyimpang. Berikutnya: Teori Konflik Berdasarkan Perspekstif Kriminologis

Mari berteman dengan saya

Follow my Instagram _yudha58

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Perilaku Menyimpang Menurut Perspektif Sosiologis"

Posting Komentar