Seperti yang tersirat dari namanya, Anda tentu sanggup menebak bahwa burung yang satu ini merupakan jenis burung pemakan ikan. Karena itu, sebagian dari burung raja udang hidup tidak jauh dari daerah lembap menyerupai danau, sungai, dan kolam. Sementara itu, sebagian sisanya mempunyai habitat jauh di pedalaman hutan. Burung raja udang memang tidak hanya ditemui di Indonesia saja. Fauna ini tersebar cukup luas di daerah tropis Asia, Afrika, dan Australia. Meski demikian, dari sekitar 90 spesies burung raja udang, separuh di antaranya berada di Indonesia. Dan dari 45 spesies tersebut, 26 tersebar di daerah timur Indonesia menyerupai Papua, Maluku, Sulawesi, dan Nusa Tenggara.
Tidak Cocok Sebagai Peliharaan
Sebagaimana burung jenis kingsfisher alias pemakan ikan lainnya, burung raja udang bukan jenis burung yang cocok untuk dijadikan peliharaan. Tidak sedikit beberapa yang mencoba untuk memelihara raja udang, tetapi berakhir pada kematian. Salah satu faktor kegagalan memelihara burung ini ialah faktor pakan. Raja udang jarang sanggup mendapatkan pakan kering. Artinya, kalau ingin memeliharanya, Anda harus senantiasa menyediakan pakan berupa hewan-hewan yang biasa ditemui di wilayah perairan menyerupai udang, katak, ikan, kadal, dan beberapa lainnya.
Ciri yang Tak Biasa
Boleh dibilang, fisik raja udang tidak proporsional menyerupai kebanyakan burung pada umumnya. Paruhnya cukup panjang, sementara tubuhnya sendiri berukuran cukup kecil dan cenderung gempal. Ketika pada usia dewasa, ukuran (panjang) burung raja udang sanggup mencapai 25 cm. Kendati demikian, burung yang satu ini juga sama menariknya. Tubuhnya dibalut bulu dengan warna-warna yang cukup menarik, belum lagi sikap lainnya yang tak kalah mengesankan. Untuk lebih mengenal ciri burung yang juga disebut cekakak di Indonesia ini, hal-hal di bawah ini patut Anda amati.
- Secara umum badannya didominasi warna putih meski sebagian berwarna lainnya menyerupai cokelat, biru, dan merah.
- Kepala, tenggorokan, dan kerah berwarna cokelat bau tanah kehitaman.
- Ekor dan sayapnya mempunyai warna biru maritim dan hitam.
- Irisnya berwarna cokelat.
- Kaki dan lehernya cenderung pendek.
- Bagian punggung mempunyai warna yang lebih gelap dibandingkan pecahan tubuh bawah.
Spesies Umum di Indonesia
Raja udang termasuk dalam suku Alcedinidae. Namun dalam perkembangannya, raja udang kemudian kembali dipecah menjadi beberapa suku, yakni Alcedinidae, Cerylidae, dan Halcyonidae. Seperti yang disebutkan, ada sekitar setengah dari total sepsis burung raja udang yang ada di dunia tersebar di Indonesia. Beberapa di antaranya yang umum ditemui di alam nusantara antara lain sebagai berikut.
- Raja udang Erasia (Alcedo atthid)
- Cekakak Belukar (Halcyon smyrnensis)
- Cekakak Jawa (Halcyon cyanoventris)
- Perkaka Emas (Pelargopsis capensis)
Inspirasi Shinkansen
Sebenarnya, istilah shinkansen merujuk pada lajur kereta cepat di Jepang yang sanggup mencapai kecepatan 300 km/jam. Namun menyerupai penggunaan kata busway dan TransJakarta, orang-orang cenderung lebih gampang mengartikan shinkansen sebagai kereta api cepat tersebut. Terlepas dari hal tersebut, siapa sangka ternyata desain shinkansen terinspirasi dari raja udang? Gerakan burung yang satu ini memang sangat lincah. Akselerasinya ketika menukik kala berburu ikan di bawah permukaan air sangat tinggi. Hal ini disebabkan bentuk paruh raja udang yang mendukung pergerakan tersebut. Karena inilah, insinyur pembuat shinkansen mendesain pecahan kepala kereta peluru cepat itu menjadi menyerupai bentuk paruh raja udang.
Populasi burung ini memang masih belum terlalu memprihatinkan, tetapi tidak berarti kita sanggup memburunya begitu saja. Selain itu, mengingat raja udang yang tidak cocok sebagai binatang peliharaan memang sebaiknya tetap hidup bebas di alam sebagaimana mestinya.
Sumber belajarburunghias.blogspot.comMari berteman dengan saya
Follow my Instagram _yudha58
0 Response to "Mengenal Burung Raja Udang, Wangsit Shinkansen Jepang"
Posting Komentar