Kita semua tahu bahwa semakin lama, jumlah pengendara motor di jalanan semakin banyak dan semakin menyebalkan, Salah satu jenis pengendara paling menyebalkan yaitu mereka yang suka kebut-kebutan. Kita semua tahu ciri-cirinya: dikala berkendara, kepalanya menunduk hingga menghantam speedometer. Setiap kali belok, lututnya menyeret ke aspal. Fenomena "motor" ini merebak semenjak film Dilan. Apalagi beberapa waktu kemudian muncul foto viral mengenai motor Jokowi.
Motor Jokowi dan Dilan (sumber: kaskus.com & bbc.com)
Kalau kita lihat secara sekilas, tampaknya tidak ada yang asing dari kedua foto tersebut. Baik motor Dilan dan Jokowi, sama-sama rodanya dua. Di pinggirnya pun tidak ada anak kecil yang teriak, “Bang! Bannya tuh!” kemudian pas dijawab “Kenapa?” dibalas sama ia “Muter, Bang! Hahahaha!” Anak kecil menyerupai itu memang pantas diajarkan caranya berbahasa indonesia. Hmmmm.
Tapi kalau kita perhatian baik-baik, akan ada beberapa pertanyaan yang muncul.
Betul. Kalau kita telisik lebih jauh, kedua foto tersebut seolah menciptakan kita bertanya: kenapa ya dikala kita membelokkan sepeda motor, kita harus memiringkan badan? Kenapa bukan bab stang-nya saja yang kita belokkan? Kenapa juga kita merasa lebih seimbang ketika motor sedang berjalan dengan kecepatan sedang dibandingkan “pelan”?
Jokowi memiringkan tubuh dikala belok. Kenapa ya? Hmmmm (sumber: liputan6.com)
Mungkin bukan cuma kau yang rahasia punya pertanyaan ini.
Dan semua pertanyaan ini, bisa kita jawab dengan ilmu fisika.
Sekarang, mari kita bedah satu per satu.
Mari kita mulai dari pertanyaan paling mendasar. Kenapa kalau motor kita diemin aja, ia bakal jatuh. Kenapa nggak bangun seimbang dan harus di-standar?
Jawabannya, gravitasi.
Kalau kita menganalisis motor yang sedang diam, maka satu-satunya gaya yang ada yaitu gaya berat dari motor. Ingat, kita sedang membayangkan motor yang membisu tanpa di-standar. Tanpa disangga apapun. Tanpa ada Dilan di atasnya duduk-duduk nunggu Milea keluar rumah. Tanpa ada Abang Parkir yang tiba-tiba muncul dan teriak ‘ROOS! ROOOOSS!’
Pokoknya, motor aja. Satu. Diam.
Ya kalau begini niscaya nggak jatuh (sumber: giphy.com)
Ingat 'kan bagaimana rumus dari gaya berat:
W = m x g
W = berat (N)
M = Massa (kg)
g = Gravitasi (m/g2)
Gaya berat ini timbul alasannya yaitu adanya gaya gravitasi yang “menarik” massa benda menuju sentra bumi. Nah, gaya gravitasi inilah yang menciptakan motor kita jatuh apabila tidak di-standar. Motor kita “tertarik” oleh gaya gravitasi menuju sentra bumi.
Lalu, kenapa motor kita bisa berjalan maju? Ya, selain alasannya yaitu ada bensinnya dan kau narik gas, sepeda motor bisa berjalan alasannya yaitu adanya aturan Newton III
“Aksi = reaksi”
Supaya lebih gampang membayangkannya, kita ubah sebentar rujukan motor Jokowi dan motor Dilan ini dengan bola basket. Ketika kau menjatuhkan bola basket ke lantai, bola basket tersebut akan memantul kembali ke atas.
Hukum Newton III (sumber: Ted-Ed via Youtube.com)
Hubungan tersebut dinamakan aturan aksi-reaksi. Di mana bab "aksi" yaitu dikala kau menjatuhkan bola ke lantai, dan bab "reaksi" yaitu dikala lantai memantulkan bola kembali ke atas.
Saat terjadi di sepeda motor, ini memang akan jadi sedikit lebih kompleks. Sesaat sesudah kau menarik tuas gas, mesin akan menggerakkan rantai dan menciptakan roda berputar. Nah, bab roda yang menyentuh tanah akan memperlihatkan gaya ke belakang tanah. Bagian ini disebut aksi. Sebaliknya, tanah memperlihatkan gaya dorong ke depan (reaksi).
Berhubung motor Jokowi dan Dilan rodanya ada dua, setiap roda ini mengerjakan relasi aksi-reaksi tadi dengan permukaan tanah. Dan alasannya yaitu tanah kita, bumi kita, besar banget kalau dibandingkan sama motornya Dilan. Hal ini menciptakan gaya yang diberikan oleh roda ke arah belakang, menjadi gerakan sepeda motornya bergerak maju.
Hukum Newton III (sumber: Ted-ed via Youtube)
Pertanyaan selanjutnya: Kenapa dikala kita menarik tuas gas sedikit, motor akan sulit dikendalikan dibanding dikala kecepatan sedang?
Hal ini ada kaitannya dengan gaya sentrifugal.
Dengan menarik tuas gas, artinya kita meningkatkan "kecepatan" motor. Hal ini menciptakan gaya yang muncul bukan hanya gravitasi yang “menarik” motor ke bawah, tetapi juga gaya sentrifugal. Gaya sentrifugal ini lah yang merupakan gaya penyeimbang yang bisa mengimbangi berat tubuh pengendara dan motor.
Seperti yang kita lihat pada rumus, apabila kecepatan (v) dari motor pelan, gaya sentrifugal yang timbul juga akan menjadi kecil. Di sisi lain, ada gaya berat motor dan penumpang yang muncul oleh gravitasi ke sentra bumi (jatuh). Hal ini menciptakan gaya “penyeimbang”-nya kalah dari gaya gravitasi. Hasilnya, motor akan susah diseimbangkan kalau dibandingkan dikala kecepatan kita kencang.
Gaya sentrifugal ini sejatinya akan sangat terasa dikala kita berbelok. Coba perhatikan para pengendara motor yang suka kebut-kebutan tadi. Saat mereka berbelok dengan kecepatan tinggi, niscaya tubuhnya akan merasa terlempar ke arah yang berlawanan dari belokannya. Oke, kalau bertanya terlalu susah, kita lihat animasi berikut:
Nah, si pengendara yang berbelok ke kanan dengan kecepatan tinggi akan mendapat gaya sentrifugal (penyeimbang) ke arah kiri yang besar. Itu lah kenapa, apabila ia tidak bisa menyeimbangkan diri, ia akan terlempar ke kiri (menjauhi sentra lingkaran/belokan).
Mulai paham? Sekarang kita main kuis: Kalau Dilan dan Pak Jokowi naik motor dengan brand yang sama dengan kecepatan 2 km/jam, kira-kira siapa yang membutuhkan perjuangan lebih keras untuk menyeimbangkan motornya?
Kunci: Cari tahu berat Dilan dan pak Jokowi. :p
Gimana, Squad. Ternyata aneka macam hal-hal kecil yang berkaitan bersahabat dengan ilmu fisika ya. Siapa bilang fisika itu susah kalau ternyata nyambung dengan motor Jokowi dan motor Dilan. Kalau kau ingin memelajari bahan fisika lainnya menyerupai ini sambil menonton video seru, cobain aja pribadi di ruangbelajar!
Mari berteman dengan saya
Follow my Instagram _yudha58
0 Response to "Fisika Kelas 10 | Membedah Aneka Macam Gaya Fisika Di Motor Joko Widodo Dan Dilan"
Posting Komentar