Squad, kita lanjut yuk pembahasan wacana penelitian sosial. Di artikel sebelumnya kan kau sudah mengenal rancangan penelitian sosial, kini kita bahas wacana bagaimana sih cara merumuskan pertanyaan dalam penelitian sosial?
Setelah kau memilih permasalahan yang akan diteliti, maka kau sanggup merumuskan masalahnya. Nah, rumusan duduk kasus tersebut tentunya dibentuk dalam bentuk pertanyaan penelitian. Pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian ini akan menunntun peneliti dalam mencari data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan yang diteliti.
Oh iya Squad, kau harus ingat nih, gak semua duduk kasus dalam kehidupan itu bisa kau jadikan sebuah duduk kasus penelitian. Misalnya, kau ingin meneliti tukang bubur di akrab rumah kau kenapa sudah satu ahad tidak berjualan. Nah, itu gak bisa dijadikan sebuah duduk kasus penelitian ya…
Tukang bubur yang tidak berjualan, tidak bisa dijadikan duduk kasus penelitian
(sumber: suarajakarta.co)
Sebuah duduk kasus penelitian itu terjadi bila ada kesenjangan antara apa yang “seharusnya” dengan “kenyataan” yang ada. Di artikel rancangan penelitian sebelumnya tuh, dibentuk pola duduk kasus penelitian wacana dampak media umum terhadap kemampuan bersosial warga RW 03 Tebet Barat. Kenapa pola tersebut sanggup dijadikan penelitian sosial?
Ada beberapa kriteria rumusan duduk kasus penelitian dikatakan “baik”. Apa saja ya Squad?
- Orisinil. Artinya, belum banyak peneliti yang melaksanakan terhadap duduk kasus tersebut. Judul penelitian tersebut mungkin saja belum diambil peneliti alasannya terfokus pada warga di RW 03 Kelurahan Tebet Barat.
- Bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan masyarakat. Penelitian tersebut selain mempunyai manfaat bagi ilmu pengetahuan, tentunya mempunyai manfaat bagi masyarakat khususnya warga Tebet Barat.
- Dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya. Dalam menyusun pertanyaan penelitian yang menurut rumusan masalah, harus memakai kalimat tanya. Namanya juga pertanyaan ya pakai kalimat tanya dong. Kalau pakai kalimat perintah bukan jadi pertanyaan penelitian nanti.
- Bersifat etis. Maksudnya etis itu, tidak ada penyinggungan dengan budbahasa istiadat, ideologi, agama, suku bangsa gitu deh.
Ada satu poin lagi nih yang jangan hingga lupa. Rumusan masalah itu juga menggambarkan hubungan antarvariabel yang diteliti. Nah, variabel penelitian itu merupakan konsep yang punya suatu nilai. Kita pakai pola penelitian yang sama dengan artikel sebelumnya ya yakni “Pengaruh Media Sosial terhadap Kemampuan Bersosial”
Variabel dalam penelitian itu sendiri terbagi menjadi dua yakni variabel bebas dan variabel terikat. Apa sih variabel bebas dan variabel terikat itu? Simak kata Rogu berikut yaa…
Arti dari ucapan Rogu tadi bahwa variabel bebas itu tidak bergantung pada variabel lain. Contohnya dalam penelitian “Pengaruh Media Sosial terhadap Kemampuan Bersosial” variabel bebasnya yaitu “media sosial”. Nah, kalau variabel terikat, kebalikannya dong, yakni variabel yang dipengaruhi variabel lain, yakni variabel bebas. Variabel terikat dalam pola penelitian tersebut adalah “kemampuan bersosial”. Kenapa "kemampuan bersosial” dikatakan sebagai variabel terikat? Ini alasannya tinggi rendahnya kemampuan bersosial warga bisa saja dipengaruhi oleh variabel dari media sosial, begitu Squad.
Gimana nih Squad? Kamu masih resah dalam merumuskan pertanyaan dalam penelitian? Jangan khawatir, Squad, coba yuk gabung di ruangbelajar. Di ruangbelajar kau bisa berguru dengan tutor Sosiologi yang handal lho. Gak cuma itu aja, di ruangbelajar klarifikasi dari tutornya itu ada animasi-animasi yang keren banget. So, buruan daftar ya!
Mari berteman dengan saya
Follow my Instagram _yudha58
0 Response to "Merumuskan Pertanyaan Dalam Penelitian Sosial"
Posting Komentar