Squad, sebelumnya kita sudah mencar ilmu wacana apa yang dimaksud dengan puisi kontemporer beserta jenis-jenisnya. Nah kali ini, kita akan mencoba untuk menganalisis puisi kontemporer. Menganalisis puisi memang tidak mudah, sebab pada dasarnya, menyerupai yang diucapkan oleh Sapardi Djoko Damono bahwa puisi yaitu “bilang begini maksudnya begitu”. Apalagi puisi kontemporer, yakni puisi kekinian yang berusaha untuk mendobrak gaya penulisan puisi konvensional. Tentunya diharapkan kejelian untuk memahaminya.
Akibat sifat puisi yang berkata begini, maksudnya begitu, puisi sanggup mempunyai banyak tafsiran atau makna. Hal ini bahwasanya boleh-boleh saja, malah semakin banyak interpretasi dari suatu puisi semakin manis pula puisi tersebut.
Puisi yang baik niscaya mempunyai makna walaupun dalam arti yang berbeda-beda. Seperti misalnya puisi dari Sutardji Calzoum Bachri yang menampilkan kata-kata tanpa makna pada puisi yang berjudul “Tragedi Winka dan Sihka”. Namun, ia masih tetap berorientasi kepada makna dalam membawa suasana.
Tragedi Winka dan Sihka (Karya: Sutardji Calzoum Bachri, 1983)
kawin
kawin
kawin
kawin
kawin
ka
win
ka
win
ka
win
ka
win
ka
win
ka
winka
winka
winka
sihka
sihka
sihka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
sih
sih
sih
sih
sih
ka
Ku
Analisis Puisi Tragedi Winka dan Sihka
Meskipun makna puisi tersebut tidak diungkapkan, bentuk fisik puisi di atas membentuk makna. Puisi di atas merupakan tragedi. Pembalikan kata /kawin/ menjadi /winka/ dan /kasih/ menjadi /sihka/ mengandung makna bahwa perkawinan antara suami istri itu akan acak-acakan dan kasih antara suami dan isteri sudah berbalik menjadi kebencian.
Baris-baris puisi yang membentuk zig-zag mengandung makna terjadinya lika-liku dalam perjalanan perkawinan itu. Pada baris ketujuh kata /kawin/ berjalan mundur. Hal ini mengandung makna bahwa cinta dalam perkawinan yang tadinya besar, bermetamorfosis semakin usang semakin mengecil. Pada baris ke-15 kata /kawin/ bermetamorfosis /winka/, ini berarti percek-cokan dan perpisahan sudah sering terjadi sehingga kata /kasih/ bermetamorfosis /sihka/, artinya kasih itu bermetamorfosis kebencian. Pada baris ke-22 kasih itu mundur sekali, hingga alhasil tinggal kasih sebelah saja, yakni tinggal /sih/ . Pada selesai puisi ini kawin dan kasih itu menjadi kaku atau mati. /Ku/ diawali dengan abjad kapital menyatakan bahwa mereka kembali kepada Tuhan.
Contoh Soal
Bacalah puisi di bawah ini untuk menjawab soal 1.
Sepisaupi
(Sutardji Calzum Bachri)
Sepisau luka sepisau duri
Sepikul dosa sepukau sepi
Sepisau murung serisau diri
Sepisau sepi sepisau nyanyi
Sepisaupa sepisaupi
Sepisanya sepikau sepi
Sepisaupa sepisapi
Sepisaupa sepisaupi
Sepisaupa sepisaupi
Sepisaupa sepisaupi
Sampai pisau-Nya ke dalam nyanyi
Soal 1 (Soal UN 2016)
Ciri paling lebih banyak didominasi yang terdapat dalam puisi kontemporer tersebut adalah…
- Keberadaan wujud bait yang dipakai penyair
- Penggunaan sImbol-simbol pengganti sesuatu yang dimaksudkan
- Mengungkapkan keadaan bahwasanya secara gambling
- Ketidaklaziman penggunaan pasangan kata
- Percampuradukan bahasa resmi dengan bahasa sehari-hari
Jawaban : D
Pembahasan : Puisi tersebut termasuk jenis puisi kontemporer. Karakteristik puisi kontemporer yaitu bebas tidak ada aturan, sesuai dengan harapan penyair. Dalam hal ini penyair bebas bermain diksi, bebas dalam tipografi, bebas memakai lambang/simbol. Terkait dengan ciri paling lebih banyak didominasi pada puisi tersebut yaitu bebas bermain diksi, yaitu ketidaklaziman memakai pasangan kata.
Itulah tadi salah satu pola analisis puisi kontemporer karya Sutradji Calzum Bachri. Setiap puisi tentu mempunyai makna yang ingin disampaikan oleh penulisnya Squad. Kamu sudah pernah mempraktikkan menciptakan puisi kontemporer, belum? Kalau belum, sudah siap dong untuk mencoba? Jika kalian masih mengalami kesulitan, sanggup pribadi tonton video di ruangbelajar, tentunya bersama tutor yang berpengalaman!
Mari berteman dengan saya
Follow my Instagram _yudha58
0 Response to "Bahasa Indonesia Kelas 12 | Analisis Puisi Kontemporer"
Posting Komentar