Tips Sukses Rakina Zata Amni, Mahasiswa Ui Yang Berhasil Magang Di Google

Siapa sih yang tidak ingin tau dengan perusahaan Google? Mengapa bisa menjadi mesin pencarian terbesar? Apa saja yang dilakukan orang-orang di baliknya? Bisa bekerja di perusahaan raksasa sekelas Google yaitu sebuah mimpi besar. Bahkan, terkadang berkhayal saja pun takut. Takut tidak mampu. Eits, tapi jangan buru-buru underestimate kemampuan dalam dirimu lho! Baru-baru ini, seorang mahasiswa Indonesia berhasil magang di markas Google yang terletak di Mountain View, Kalifornia, Amerika Serikat. Siapa gerangan sosok yang beruntung tersebut?


magang di google Foto: fastcompany.net 

Rakina Zata Amni yaitu seorang mahasiswa jurusan Teknik Informatika di Universitas Indonesia. Di tahun ini, ia berhasil mendapat kesempatan magang di bab departemen riset dan machine intellegence Google. Wow! Ketika diwawancarai Techinasia, Rakina tidak bisa dongeng banyak perihal pekerjaannya di sana. Satu hal yang pasti, timnya sedang menggarap sesuatu yang penting untuk memproses bahasa alami Google. Well, di Google, karyawan magang harus menandatangani sebuah dokumen kerahasiaan. Dokumen tersebut berisi komitmen untuk tidak membocorkan proyek-proyek garapan Google kepada publik. 

magang di google Foto: dokumen pribadi Rakina 

Fyi, Rakina ini belum lulus kuliah, namun sudah dua kali berkesempatan kerja di perusahaan Silicon Valley lho, smart buddies! Tahun lalu, salah satu tim BEM Fasilkom UI ini sempat magang selama tiga bulan di Square. Di sana, ia ditugaskan untuk bekerja di mesin rekomendasi untuk startup food delivery yang gres saja diakuisisi perusahaan tersebut.

Apa yang ada di pikiranmu kalau mendengar orang Indonesia bekerja di perusahaan-perusahaan besar luar negeri? Apalagi hingga dua kali sanggup usulan menyerupai Rakina. Pasti super jenius dan berbakat. But hey, nggak juga lho. Rakina pun galau bagaimana memulainya, sama saja dengan kebanyakan mahasiswa lainnya. Namun, yang menciptakan Rakina sukses yaitu niatnya yang berpengaruh serta rencana yang strategis. Seperti apa ia melakukannya? 

magang di google Foto: chrispiascik.com 

Sejak SMA, ia sudah memimpikan bisa bekerja di perusahaan Silicon Valley. Kamu sudah tahu belum Silicon Valley itu apa? Itu yaitu sebuah daerah yang mencakup daerah San Fransisco, Bay Area, dan California. Kawasan ini dikenal sebagai penghasil industri teknologi isu terbesar di dunia. Bisa dikatakan, daerah ini merupakan jantung perusahaan teknologi dunia. Nama "Silicon Valley" tentu tidak terdaftar secara legal, melainkan hanya sebutan untuk menyebut daerah sentra industri teknologi di AS.

Tapi tidak menyerupai kebanyakan cowok lain yang hanya stuck di angan-angan. Rakina benar-benar berusaha mengejar mimpinya semenjak gres masuk kuliah. Ia mempertajam kemampuan kodingnya serta membangun sebuah website. Kemudian, melamar magang ke beberapa situs perusahaan besar, namun tidak ada feedback. Namanya penolakan, niscaya bikin dada sesak ya, smart buddies?

Seringkali 'digantungi' perusahaan-perusahaan besar tidak membuatnya menyerah, justru memutar otak. Ia mencari siasat supaya bisa mencuri perhatian perusahaan tempat ia melamar. Hal ini dilakukan dengan menghabiskan liburan untuk berkontribusi ke proyek-proyek open source dan melatih tim Olimpiade Teknik Informatika. Dengan demikian, surat lamarannya pun semakin menarik alasannya 'dihiasi' pengalaman-pengalaman berharga.

Ia pun melaksanakan riset peluang, dan menemukan sebuah acara mentoring berjulukan Indo2SV. Program ini didirikan oleh para insinyur software Indonesia yang sukses bekerja di Sillicon Valley. Dirancang khusus untuk membantu mahasiswa Indonesia yang mencari kesempatan magang software engineering di sana. Ia melalui sejumlah tahap seleksi. Mulai dari mempersiapkan resume, menulis esai, merampungkan soal pemrograman, dan menghadapi mock interview dari para mentor. Beruntungnya, ia diterima dan pribadi ditangani oleh Veni Johanna sebagai mentor. Ketika ia mendaftar, acara tersebut gres berjalan satu tahun. Melalui Indo2SV, Rakina tidak ragu minta pertolongan dari orang-orang yang sudah berpengalaman. 

magang di google Foto: indo2sv.com 

Mentorship ini kurang lebih berjalan selama 13 ahad dengan sesi Skype setiap minggunya. Biasanya berisi mock interview, pembahasan topik-topik teknis yang biasa ditanyakan ketika proses wawancara, dan membicarakan status lamarannya di banyak sekali perusahaan. Kemudian, Rakina juga diberi daftar topik yang harus diketahui beserta soal latihan programming. Ia pun turut mencari tahu pertanyaan-pertanyaan wawancara yang mungkin akan ditanyakan. Bagi dirinya yang pemalu, sesi wawancara bukanlah hal mudah. “Sebenarnya saya bahkan susah banget menghadapi telepon atau video call selama lebih dari lima menit. Makara harus melaksakan wawancara teknis selama 45 menit atau lebih itu sangat menantang buat saya.”. Namun, setelah melalui proses tersebut, ia menjadi jauh lebih percaya diri. 

magang di google Foto: techinasia.com 

Berikut ada beberapa hal yang ia pelajari dari hasil mentoring Indo2SV:

#1. Wawancara berbahasa Inggris selama kurang lebih 45 menit dengan seorang software engineer di sana bisa agak mengintimidasi. Apalagi, kalau kau tidak terbiasa memakai bahasa Inggris dan interviewer-nya bernada datar. Jadi, banyak-banyaklah melaksanakan mock interview sebelum melakukan interview yang sesungguhnya. Banyak orang yang kompeten namun gagal hanya alasannya panik saat interview lho. Sangat disayangkan, bukan? Buat catatan kecil perihal apa saja pertanyaan non-teknis yang kira-kira akan ditanyakan. Misalnya, "Can you tell me about project X?". Dengan demikian, kau tidak membutuhkan waktu yang usang untuk bisa menjawabnya dengan percaya diri.

#2. Di Silicon Valley, banyak sekali perusahaan-perusahaan keren. Tidak hanya Google, Facebook, Khan Academy, dan Dropbox lho. Masih ada Airbnb, Twitter, Mozilla, Square, Microsoft, Evernote, dan Coursera.

#3. Jika mengalami penolakan berkali-kali, jangan cepat-cepat baper ya. Kecewa itu pasti. Tapi, ditolak suatu perusahaan bukan berarti kau akan ditolak semua perusahaan kan?

#4. Setiap minggunya, ia mempelajari satu topik 'non-algorithmic' yang diberikan mentor. Selain itu, penting juga banyak membaca buku teks mata kuliah yang belum pernah diambil sebelumnya.

#5. Kebanyakan, perekrut sangat ramah. Misalnya kau sanggup offer dari perusahaan lain, maka para perekrut pribadi bantu menjadwalkan interview supaya sanggup keputusan dengan cepat. Kalaupun ditolak, perekrut akan minta kau untuk mencoba lagi tahun depan lho. Wah, sanggup suntikan semangat juga!

#6. Get to know your interviewer. Sebelum tatap muka langung, coba kepo sedikit. Dengan begitu, kau akan punya materi dialog yang menarik. Interviewer-mu niscaya akan bahagia kalau kau bertanya hal-hal yang didalaminya. Hal ini terang akan menambah poin plus untukmu. 

magang di google Foto: e27.co 

Setelahnya, Rakina semakin terpacu semangatnya untuk melamar ke banyak perusahaan di Silicon Valley. Tidak menyerupai tahun sebelumnya, perusahaan-perusahaan yang tidak pernah dipikirkannya pun ia kirimi lamaran. Surat rekomendasi dari para mentor menjadi bekal untuknya. Akhirnya, ia sukses mendapat beberapa usulan kerja magang. Pilihan pertamanya jatuh pada perusahaan Square. Ia mengaku sangat terkesan dengan para interviewer dari perusahaan yang bergerak di bidang masakan tersebut. Mereka menyerupai benar-benar tertarik dengan hal-hal yang dikerjakan Rakina, dan tidak pelit membuatkan tips. Oleh karenanya, ia yakin bahwa startup ini akan menjadi tempat yang elok untuk belajar.

Sehabis masa magangnya usai di Square, ia berniat melanjutkan tekad berikutnya. Untuk memaksimalkan pengalaman sebagai mahasiswa, ia kembali melamar kerja magang di Silicon Valley. Nah, kali ini ia melamar tanpa pertolongan mentor. Hebatnya, perusahaan-perusahaan menyerupai Uber, Dropbox, Mozilla, serta Google langsung memberi penawaran magang hanya dalam hitungan hari setelah ia melamar. 

magang di google Foto: officesnapshot.com 

Akhirnya, Google-lah yang jadi pilihannya kali ini. “Setelah punya pengalaman kerja magang di Square, saya memang jadi lebih praktis mendapat usulan magang di Silicon Valley. Saya pun melaksanakan dua wawancara kerja lewat telpon, dan dua-duanya berjalan baik.”. Sesampainya di Google, Rakina sadar bahwa bukan hanya seputar coding yang akan didalaminya. Akan ada banyak pengalaman baru, bila ia mau terlibat di banyak sekali acara luar kantor. Ketika ia tidak sedang 'ngoding', biasanya ia menghadiri kegiatan olahraga, kuliah tech terbuka, bahkan pesta untuk karyawan. Bahkan ikut pergi camping ke Taman Nasional Yosemite dengan salah satu rekan kerja beserta keluarganya lho!

Apa yang membuatnya kagum terhadap Silicon Valley? Orang-orang di sana benar-benar totalitas di dunia tech. Makara hidup 24 jamnya penuh dengan hal-hal berbau tech. Budaya kerjanya pun menyenangkan, sehat, serta progresif. Semua orang rutin berolahraga dan mengonsumsi masakan sehat.

magang di google Foto: businessinsider.com 

Bisa menjadi bab dari Silicon Valley tentu akan seru sekali ya, smart buddies! Kamu bisa sanggup masakan enak, sehat, lounge yang keren, naik boat ketika piknik kantor, dan fasilitas-fasiltas lainnya. Psst, kenikmatan kemudahan tersebut hanya satu sisi laba dari bekerja di Silicon Valley. Hal yang lebih penting bagi Rakina yaitu pengalaman magang di perusahaan teknologi ini membuatnya sadar bahwa ia punya talenta di bidang artifial intelligence, khususnya machine learning.

Harapannya, semoga suatu hari nanti bisa bekerja di AS secara full-time. Sekarang, ia berniat merampungkan studinya dulu di UI. Rencana jangka pendeknya, ia akan coba magang di startup lokal untuk menyibukkan diri hingga simpulan semester nanti. Apakah kau terinspirasi dengan semangat Rakina? Jangan lupa untuk terus semangat berguru ya, tentunya dengan video pelajaran dari ruangbelajar ya :)  (TN)

ruangbelajar

Mari berteman dengan saya

Follow my Instagram _yudha58

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Tips Sukses Rakina Zata Amni, Mahasiswa Ui Yang Berhasil Magang Di Google"

Posting Komentar