Tingkatkan Prestasi Siswa Dengan Teori Labeling

Di masa remajanya, siswa berproses untuk mencari jati diri. Di masa-masa ini, mereka akan memilih arah dan pandangan hidupnya. Mereka masih gampang berubah-ubah, jadi butuh pengarahan khusus dari bapak/ibu Guru.

Untuk mengarahkannya, banyak cara dapat dilakukan. Namun yang perlu diingat yaitu menyesuaikan pengajaran dengan abjad siswa. Nah, bapak/ibu dapat coba praktikkan cara ini untuk meningkatkan prestasi siswa, yaitu teori labeling.

teori labeling Foto: expertbeacon.com 

Teori ini bersifat “cap” sosial, yang mana seseorang akan mengalami perubahan tugas dan cenderung berperilaku menyerupai apa yang orang lain katakan terhadapnya. Misalnya, bapak/ibu berkata “Dasar payah. Begini saja kok tidak bisa?”, maka tidak akan menciptakan siswa menjadi pintar. Semakin sering melontarkan kalimat negatif pada orang lain, maka hal tersebut seolah-olah “melekat” pada dirinya. Jika demikian, maka siswa dapat berpikir bahwa memang demikianlah dirinya, tanpa tahu harus berubah dan cara menjadi langsung yang lebih baik. Buruknya, timbul rasa sakit hati, minder, dendam, dan justru “mempertahankan” sikap negatif yang dilabelkan padanya.

 

teori labeling Foto: pinterest.com 

Well, teori yang pertama kali dikemukakan oleh Edwin M. Lemert ini memang mengarah pada penyimpangan sikap seseorang. Namun, bila bapak/ibu memakai cara ini dengan baik, maka akan memberi manfaat besar bagi siswa di kehidupan sehari-hari. Pada umumnya, teori ini merupakan sebuah motivasi eksternal dalam memilih jati diri.

Tidak ada salahnya mempraktikkan labeling yang bersifat positif untuk memotivasi siswa. Mulai sekarang, cobalah ucapkan kalimat positif menyerupai “Kamu niscaya bisa”, “Kamu dapat kok menuntaskan soal ini”, “Bapak/Ibu percaya kau anak yang cerdas”, dan sebagainya.

teori labeling Foto: blueribbonnews.com 

William J. Chambliss, seorang kriminolog dan sosiolog di George Washington University melaksanakan sebuah eksperimen menarik. Percobaan ini ia lakukan pada 8 siswa sebuah Sekolah Menengan Atas yang selalu melaksanakan kenakalan remaja. Beberapa pola di antaranya yakni membolos, mengonsumsi minuman keras, vandalisme, mencuri, dan masih banyak lagi. Jadi, kedelapan siswa tersebut diberi julukan "Saints", yang artinya yaitu orang-orang suci atau mulia. Sungguh kontradiktif, bukan?

Ternyata, imbas yang ditimbulkan cukup mencengangkan sesudah proteksi label tersebut. Awalnya, 8 siswa ini mulai berhati-hati dalam 'mempraktikkan' kenakalannya. Mereka  tidak ingin masyarakat yang mengenal mereka sebagai belum dewasa baik berubah pikiran. Para siswa tersebut bahagia dianggap sebagai remaja-remaja baik. Lama-kelamaan, mereka pun aib untuk melaksanakan kenakalan dan perlahan-lahan meninggalkan kebiasaan buruknya. Akhirnya, sukses pun mereka raih dan jadi berilmu balig cukup akal yang mempunyai kegunaan bagi masyarakat.

 

teori labeling
Foto: static-bobr.by 

Wah, sebegitu besar dampak proteksi julukan, label, atau cap pada seseorang ya. Namun sayangnya, di kalangan masyarakat dengan tingkat sosio-ekonomi dan pendidikan rendah, hal ini masih kurang diperhatikan. Bisa jadi karena kurangnya edukasi mengenai teori labeling.

Mulai sekarang, mari biasakan diri untuk menerapkan labeling positif pada siswa. Misalnya, berikan pembinaan bagi siswa yang selama ini agak kurang dalam mata pelajaran tertentu. Selama memperlihatkan pelatihan, lakukan metode labeling positif, dan sertakan siswa pada kompetisi. Hal ini akan meningkatkan motivasi dan rasa percaya diri sehingga berdampak baik pada prestasi. Apabila berhasil melewati kompetisi tersebut dengan baik, terbayang dong apa yang akan dirasakan siswa setelahnya?

Semoga seluruh guru di Indonesia menerapkan labeling positif ini dikala acara berguru mengajar di kelas. Juga, suatu dikala metode ini akan dimasukkan pada kurikulum pendidikan nasional. (TN)

Mari berteman dengan saya

Follow my Instagram _yudha58

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Tingkatkan Prestasi Siswa Dengan Teori Labeling"

Posting Komentar