Banyak Yang Penasaran, Ternyata Ini Suka Murung Guru Pedalaman!

Smart buddies, pernahkah kau terpikir menjadi seorang guru di pedalaman? Kira-kira bagaimana ya perasaanmu jikalau tinggal di sana? Takut, sedih, atau justru bikin betah? Daripada penasaran, yuk kita sama-sama simak suka dan dukanya jadi pengajar di pedalaman Papua. Siapa tahu, suatu ketika nanti kau bisa punya kesempatan yang sama. Baca terus ya!


suka murung - Salah satu lokasi Sekolah Menengah Pertama negeri di Kampung Kais, Sorong Selatan (sumber: dok. pribadi) Salah satu lokasi Sekolah Menengah Pertama negeri di Kampung Kais, Sorong Selatan (sumber: dok. pribadi) 

Kalau kau menentukan menjadi guru untuk di sekolah, bantu-membantu kesediaan bangunannya sudah cukup baik. Selain dari pemerintah, pembangunan sekolah juga mengandalkan derma gereja dan swadaya warga. Jumlah siswanya juga luar biasa banyak, namun sayangnya total guru yang ada tetap tidak bisa mengimbangi.

Padahal, mulai dari dinas, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), maupun masyarakat setempat sudah berpartisipasi menjadi pengajar. Mengenai kurikulumnya, di pedalaman Papua tetap memakai kurikulum yang sama ibarat di kota-kota besar. Adapun mengenai kanal sekolah, khususnya Sekolah Menengah Pertama dan SMA/SMK, sebagian siswa harus menempuh jarak 4 jam lamanya dengan memakai bahtera dari kampung mereka untuk tiba di sekolah.

Nah, sesudah mengetahui fakta tersebut, kira-kira apa sih yang harus disiapkan untuk menjadi pengajar di sana? Pertama, penting untuk bergaul dengan masyarakat lokal. Agar bisa survive, kau wajib memahami keseharian mereka, mulai dari kebiasaan, gaya hidup, dan tabiat setempat. Jangan hingga kau ibarat kebanyakan guru pendatang yang stres di bulan pertama, akhir beratnya tanggung jawab dan sulitnya penyesuaian dengan siswa. Beberapa duduk kasus yang kerap kali muncul di antaranya, siswa sering tiba terlambat ke kelas, sulit mengerti pelajaran, dan tidak masuk sekolah dalam kurun waktu yang lama. 

suka murung - Agar bisa survive harus memahami kebiasaan dan tabiat masyarakat di sana (sumber: dokumen pribadi) Agar bisa survive harus memahami kebiasaan dan tabiat masyarakat di sana (sumber: dok. pribadi)

Mengapa hal-hal di atas bisa terjadi? Faktanya, belum dewasa pedalaman di wilayah gunung biasa mengukur waktu dengan melihat matahari. Sementara itu, di daerah aliran sungai terbiasa melihat pasang-surut air sebagai patokan jam. Jadi, walau sudah pukul 7 pagi, belum tentu semua siswa telah berkumpul. Wajar kan, jikalau pada alhasil banyak yang terlambat hingga siang hari.

Belum lagi, belum dewasa sering diminta membantu orang renta ke hutan, untuk mencari makanan. Alasannya, kampung mereka tidak mempunyai pasar. Oleh lantaran itu, butuh waktu setengah hari mengumpulkan materi makanan, dan ini menciptakan mereka menomorduakan sekolah. Tentu saja, imbas negatif dari kebiasaan ini, belum dewasa pun jadi ketinggalan banyak materi. Kalau sudah begitu, kau sebagai guru perlu perjuangan ekstra untuk menjelaskan pelajaran kembali, baik di sekolah atau mencar ilmu di rumah.

 

suka murung - Salah satu aktivitas di hutan ialah menokok sagu (sumber: dokumen pribadi) Salah satu aktivitas di hutan ialah menokok sagu (sumber: dok. pribadi) 

Selain itu, kau pun harus membekali diri dengan mempelajari bahasa setempat. Pasalnya, di pedalaman Papua, bahasa yang dipakai itu berbeda-beda setiap kampung. Adapun tantangan lainnya, kau dituntut menguasai hampir semua mata pelajaran lho. Walau keahlianmu di bidang sejarah, tapi keadaan menuntutmu buat memahami matematika, ekonomi, bahkan biologi. Hal ini disebabkan, guru-guru lain terbiasa izin meninggalkan sekolah, pergi ke kota membeli aneka macam materi makanan. Jadi, mau tidak mau, kau yang menggantikan mereka.

Namun yang pasti, di balik beratnya tugasmu di sana, kau akan sanggup banyak bermacam-macam insight gres perihal hidup. Saat sudah biasa dikelilingi masyarakat yang berbeda-beda, justru itu menciptakan kau jadi lebih penyabar dan bijak dalam bersikap. Kamu pun terbiasa menghargai pendapat dan bisa mengurangi sifat egois.

 

suka murung - Beberapa guru SM3T yang ditempatkan di Sorong Selatan (sumber: dokumen pribadi) Beberapa guru SM3T yang ditempatkan di Sorong Selatan (sumber: dok. pribadi) 

Keuntungan lainnya, sekembali dari masa tugas, bisa jadi kau akan sanggup beberapa penawaran kerja atau kesempatan sekolah. Berdasarkan riset Departemen Pendidikan di Australia, satu laba jadi guru di daerah terpencil, ialah bisa melaksanakan fast-track di karier mereka ketika kembali bekerja di kota. Kaprikornus secara otomatis, jerih payah kau di pedalaman, bukan hanya berdampak baik untuk masyarakat, tapi juga untuk pengembangan diri sendiri.

Nah, seru banget kan? Gimana nih, sudah mulai tertarik mengabdi ke pedalaman belum? Ada baiknya, sebelum  ke sana, kau boleh juga lho mencoba untuk jadi guru di RuangLes. Bisa juga pelajari dulu bermacam-macam materi yang mau kau ajarkan, di RuangVideo. (RE/TN)

Mari berteman dengan saya

Follow my Instagram _yudha58

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Banyak Yang Penasaran, Ternyata Ini Suka Murung Guru Pedalaman!"

Posting Komentar