Dijuluki Monster Alasannya Yaitu Down Syndrome, Noelia Garella Tetap Semangat Menjadi Guru

Seringkali anak yang lahir dengan kebutuhan khusus menerima perlakuan diskriminatif. Anggapan banyak orang, mereka akan selalu tertinggal dan tidak bisa berkembang lebih baik dari anak yang terlahir normal. Namun, kisah hidup Noelia Garella bisa mengubah pandangan tersebut. Wanita down syndrome asal Argentina ini mengambarkan pada dunia bahwa ia bisa jadi sosok bermanfaat bagi masyarakat dengan menjadi guru.


menjadi guru - wajah ceria Garella Wajah ceria Garella. (Sumber: mnn.com)

 

Pada awalnya, banyak yang tidak percaya bahwa wanita sepertinya dapat mengajar, apalagi hingga mengelola sekolah. Bagaimana bisa seseorang yang mempunyai kekurangan kognitif sanggup mengajar di kelas? Respon diskriminatif ini sudah ia alami semenjak kecil. Garella bahkan ditolak masuk sekolah alasannya ialah dianggap sebagai “monster”.

Sekarang Garella sudah bisa menyikapi sebutan "monster" tersebut dengan tenang. "That teacher is like a story that I read to the children. She is a sad monster, who knows nothing and gets things wrong. I am the happy monster," tuturnya.

 

menjadi guru - Garella menggendong siswanya Garella menggendong siswanya dengan sukacita. (Sumber: mnn.com)

 

Down syndrome merupakan kelainan yang terjadi alasannya ialah kromosom dalam badan mengalami abnormalitas. Secara normal, dalam sel seseorang terdapat 46 kromosom yang diwariskan masing-masing 23 kromosom dari ayah dan ibu. Ada 22 kromosom genotip, dan sepasang kromosom sec. Nah, pada kasus down syndrome ada kelainan yang menimbulkan kelebihan kromosom pada pasangan 21 sehingga totalnya ada 47 unit. Ingat, love doesn't count chromosomes!

Pada kondisi genetik, down syndrome memang mempengaruhi fisik dan perkembangan intelektual seseorang. Namun di kasus Garella, hal tersebut tidak mengurangi rasa optimis dan keyakinannya pada diri sendiri. Keraguan banyak orang dibantah dengan ramainya bawah umur yang mengikuti kelasnya.

 

menjadi guru - mengajar siswa dengan cinta Noelia Garella mengajar siswanya dengan cinta. (Sumber: gettyimages.com)

 

Ia benar-benar pantang menyerah. Menjadi guru memang sudah menjadi keinginannya semenjak dulu alasannya ialah ia suka sekali pada anak-anak. Rasa cintanya pada bawah umur terlihat dari caranya memperlihatkan pengajaran pada siswanya. Noelia sering membacakan dongeng diiringi dengan gaya sesuai huruf yang diceritakan. “I want them to read and listen, because in society people have to listen to one another," ucapnya.

Kini di usianya yang ke-31, ia berhasil mengelola sekolah sesudah Alejandra Senestrari, mantan kepala sekolah di Cordoba merekrut dan mempercayakan dirinya sebagai guru. Para guru, orang tua, dan walikota turut mendukung perekrutan dirinya. Menurut mereka, tidak ada salahnya memperlihatkan kesempatan bagi Garella. Sekolah yang berada di cuilan utara Argentina ini diperuntukkan bagi anak usia dua hingga tiga tahun yang ingin mulai mencar ilmu membaca.

Senestrari mengatakan, seiring berjalannya waktu semua orang yang pernah mencurigai Garella perlahan akan sadar bahwa ia punya potensi. Wanita yang suka menari Latin di waktu senggangnya ini mampu menyesuaikan diri dengan cepat dan bergabung dengan sistem di tempatnya mengajar. Sekarang, tidak ada satu orangtua pun yang mencurigai kemampuan mengajarnya. Mereka yakin untuk mendaftarkan anak mereka ke sekolah yang dikelola Garella. “Kami kini sadar bahwa pekerjaan yang dilakukan Garella sangat luar biasa. Ia memperlihatkan apresiasi setinggi-tingginya pada semua anak didik. Garella memperlihatkan cinta,” kata salah seorang orangtua.

 

menjadi guru - senyum manis Senyum anggun Garella. (Sumber: lavozdelinterior.com)

 

Di negara-negara lain, terdapat sejumlah penyandang down syndrome yang menjadi guru juga. Kesulitan secara fisik tidak membatasi kemampuan dan cita-cita Garella untuk mencar ilmu dan mengajar. Hal ini menjadikannya guru playgroup down syndrome pertama di Amerika Latin. FYI, di Amerika Latin, bawah umur penyandang down syndrome memang seringkali ditolak masuk sekolah umum. Namun, kisah Garella ini menjadi pandangan gres bagi penyandang down syndrome lainnya, termasuk para orang renta mereka.

Down syndrome mempunyai tingkat keterbelakangan yang berbeda-beda. Sampai dikala ini pun belum ada obat untuk menyembuhkannya. Namun, bukan berarti tidak punya kelebihan yang sanggup ditonjolkan, kan? Mereka tetap sanggup melaksanakan acara menyerupai bawah umur lainnya meskipun perkembangannya lebih lamban. Dengan santunan yang memadai, dan terapi fisik serta bicara sejka usia dini akan membantu perkembangan kecerdasan mereka. Siapa saja bisa menggapai mimpinya asal ada tekad dan ketekunan.

Semoga kisah Garella ini sanggup menginspirasi kau semua ya. Apa ada alasan untuk tidak #BanggaJadiGuru? Yuk, semangat mencerdaskan bangsa! (TN)

Mari berteman dengan saya

Follow my Instagram _yudha58

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Dijuluki Monster Alasannya Yaitu Down Syndrome, Noelia Garella Tetap Semangat Menjadi Guru"

Posting Komentar