Meluruskan Fakta Pertemuan Soeharto dan SultanPertemuan klandestin yang diabadikan dalam relief. Ada yang melenceng dari fakta sejarah. 13 March 2019 Sejak Agresi Militer Belanda II pada 19 Desember 1948, Yogyakarta berada di bawah kuasa Belanda. Propaganda diumbar Belanda bahwa RI dan Tentara Nasional Indonesia sudah punah. Tapi ada setitik terang di lorong gelap. Sultan yang saban tempo mendengar siaran radio mancanegara, menangkap momentum untuk membuktikan kepada para delegasi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang sedang di Yogyakarta bahwa propaganda Belanda bohong belaka. Pertemuan empat mata itu diabadikan lewat sebuah relief di dinding pagelaran, kompleks Keraton Yogyakarta. Relief karya Saptoto, seniman Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI), itu dibuat tahun 1981. Namun, berdasarkan Romo Yuwono, penggambaran reliefnya keliru dan faktanya perlu diluruskan. Setidaknya ada tiga hal dalam relief itu yang mesti direvisi sesuai kejadian aslinya. Kejadian orisinil pertemuan tujuh dekade silam itu diadakan di Ngejaman, kediaman pribadi Gusti Bendoro Pangeran Haryo (GBPH) Prabuningrat, abang Sultan HB IX, sisi barat keraton. Blunder lainnya dalam relief itu yaitu sosok Soeharto yang duduk menghadap sultan di bangku dengan sandaran tangan. Menurut Romo Yuwono, furnitur asli berupa kursi, meja, dan perangkat radio yang dikala itu digunakan masih ada dan dipajang di Museum Sri Sultan HB IX, dan hanya satu bangku yang terdapat sandaran tangan. “Yang namanya bangku yang pakai sandaran tangan itu hanya untuk raja. Kaprikornus yang lain dilarang pakai sandaran tangan. Kaprikornus bangku yang digunakan Soeharto dalam relief mestinya tidak ada sandaran tangan, menyerupai bangku aslinya di Museum HB IX,” sambungnya. Kesalahan tiga, paling mendasar, yaitu keterangan waktu. Pada relief disebutkan pertemuan empat mata dengan sultan itu terjadi pasca-Serangan Umum 1 Maret 1949. “Kita bicara sejarah yang harus diluruskan. Padahal pertemuan ini sebelum (serangan umum) 1 Maret, di mana Sultan memberi gagasan dan perintah untuk Soeharto mendesain serangan.” Polemik Waktu Pertemuan Sebagaimana kontroversi dan polemik terkait siapa pencetus Serangan Umum 1 Maret 1949, perbedaan versi juga terjadi soal fakta waktu pertemuan sultan dan Soeharto di kediaman GBPH Prabuningrat itu. Soeharto punya argumentasi sendiri bahwa pertemuannya terjadi setelah serangan umum, tepatnya jelang momen “Yogyakarta Kembali”, 29 Juni 1949. “Sri Sultan memang belum banyak berafiliasi eksklusif dengan saya, selalu lewat kurir. Mungkin hal ini menjadikan pertanyaan dari Sultan, ‘Harto ini mau membantu saya atau tidak?’ Sehingga terpaksa, harus saya jelaskan sendiri dengan masuk ke dalam kota untuk sanggup masuk ke keraton’,” kata Soeharto, dikutip Julius Pour dalam Doorstoot Naar Djokja: Pertikaian Pemimpin Sipil-Militer. Pengakuan Soeharto itu berbeda dari ratifikasi GBPH Prabuningrat dan Letnan Satu Marsudi, komandan Sub-Wehrkreise (SWK) 101 yang mengantar Soeharto dari luar kota masuk ke kraton. Prabuningrat dan Marsudi sependapat bahwa pertemuan itu berlangsung sebelum serangan, tepatnya dini hari 14 Februari 1949. Keduanya juga memaparkan hal sama terkait bagaimana cara Soeharto sanggup masuk kota dan bertemu sultan di keraton. Lettu Marsudi, bawahan Soeharto sebagai perwira kepetangan di dalam kota, jadi penghubung dan mengatur pertemuan dengan pertolongan abdi dalem Hendro Bujono dan Pangeran Prabuningrat. Marsudi lantas mengawal Soeharto semenjak 13 Februari malam dari luar kota masuk ke dalam kota dengan menyamar mengenakan pakaian sipil. Sesampainya di Taman Sari, Soeharto diminta berganti pakaian peranakan abdi dalem yang sudah disiapkan Hendro Bujono. Marsudi mengawal lagi Soeharto yang sudah menggunakan blangkon, surjan lurik, dan kain masuk ke gerbang keraton dan diterima Prabuningrat. “Tapi Pak Harto disembunyikan dulu di sela antara dua pintu gerbang dengan alasan keselamatan dan mengawasi jangan hingga ada mata-mata. Lampu-lampu juga dimatikan. Kemudian gres diantar lagi ke rumahnya Prabuningrat untuk bertemu sultan jam 1 dini hari (14 Februari),” ujar Romo Yuwono. Dalam pertemuan tanpa lampu penerangan itu, sultan membuka diskusi dengan meminta Soeharto melancarkan serangan umum di siang hari. Penandanya sirine jam 6 pagi. Gagasannya dikemukakan sehabis sultan beberapa kali mendengarkan siaran radio luar negeri. “Pesawat radio di latar belakang (relief) mengatakan Sri Sultan selalu mengikuti siaran radio, termasuk dari pemancar luar negeri untuk mengikuti segala isu sekitar usaha kemerdekaan,” terang Pangeran Prabuningrat, dikutip Julius Pour. Terkait klaim Soeharto pada pertemuan hingga pukul 1 dini hari 14 Februari 1949 itu, Marsudi teguh menyatakan bahwa kejadiannya sebelum serangan umum dan penggagas serangan yaitu sultan. Walau isi pembicaraan tak pernah diberitahukan Soeharto kepadanya, Marsudi mendengarkan sendiri faktanya dari sinuwun. |
Sumber http://penulissnazzily.blogspot.com
Mari berteman dengan saya
Follow my Instagram _yudha58Related Posts :
Perang Batak (Raja Sisingamangaraja Xii, Faktor Yang Mengakibatkan Terjadinya Perang Batak, Jalannya Perang Batak, Pengaruh Perang, Kesimpulan) Kali ini saya akan men-share Materi Sejarah Indonesia Sekolah Menengan Atas Kelas XI tentang Perang Batak secara lengkap, ringkas, dan jela… Read More...
Perlawanan Pangeran Mangkubumi Dan Mas Said Terhadap Voc (Pendahuluan, Latar Belakang, Jalannya Perlawanan, Akhir Dari Perlawanan, Dan Gambar) Pendahuluan Perlawanan terhadap kolonialisme VOC kembali terjadi di pulau Jawa. selama ini telah kita ketahui bahwa, banyak sekali t… Read More...
Pohon Ilmu (Materi Sejarah Perihal Voc Di Indonesia) Hd Dan Jelas Jika kalian masih sulit melihatnya kalian dapat unduh file .Jpg nya di sini : Download Oke, mungkin cukup sekian dulu, terima kasih… Read More...
Orang - Orang Cina Berontak (Awal Mula Datangnya, Penyebab Pemberontakan, Perlawanan, Akhir Dari Pemberontakan, Jalannya Pemberontakan) Awal mula datangnya orang – orang cina Orang china dating pada kala ke-5 dan sudah mengadakan kekerabatan dagang ke pulau jawa Pada masa… Read More...
Materi Sejarah Indonesia Kelas Xi Sma / Kelas 11 Sma (Aceh, Maluku, Sultan Agung Mataram, Batam Melawan Voc, Portugis, J.P. Coen) Materi sejarah indonesia kelas XI Sekolah Menengan Atas / kelas 11 SMA ini aku dapatkan dari guru saya,tetapi bahan kali ini akan aku share… Read More...
0 Response to "√ Meluruskan Fakta Pertemuan Soeharto Dan Sultan"
Posting Komentar