Perubahan Isu Terkini Sanggup Memicu Tanah Longsor

PERUBAHAN MUSIM DAPAT MEMICU BENCANA LONGSOR
sat 29 Nov 2018, by :
peristiwa tanah longsor telah melanda sejumlah tempat, mulai dari Sumatra, Jawa, hingga Nusa Tenggara Timur. Selain memakan korban jiwa, infrastruktur ibarat jalan dan jembatan, perkampungan, rumah beserta penghuninya terkena dampak tertimbun material longsor.
Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana menunjukkan sepanjang 2018-sampai November-terjadi 268 kali peristiwa tanah longsor, lebih rendah dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 848 kejadian. Dalam sepuluh tahun terakhir, jumlah kejadian peristiwa tanah longsor fluktuatif.
Masalahnya, lebih dari 112,46 juta hektare atau hampir 60% luas dataran Indonesia yakni daerah rentan longsor, perbukitan, dan pegunungan curam dengan topografi berombak dan bergelombang. Hitungan ini berdasarkan data dari buku Tanah-Tanah Pertanian Indonesia (2004) yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian Indonesia.
Kita memerlukan warta tanah, geoteknik, dan geofisik untuk memilih prakiraan lokasi dan waktu longsor dikala memasuki trend hujan guna mencegah kerusakan lebih parah dan jatuhnya korban.

Apa penyebab longsor ?

Longsor sanggup dikategorikan sebagai salah satu peristiwa yang disebabkan oleh tanah. Pergerakan massa tanah dan batuan dari atas ke bawah mengakibatkan longsor.
Kejadian longsor dipengaruhi oleh landai atau curamnya lereng suatu kawasan, tebal atau tipisnya lapisan tanah di atas lapisan batuan penyusun bukit dan gunung, iklim (curah hujan, suhu, salju), dan vegetasi.
Adapun pemicu yang mempercepat terjadinya longsor antara lain guncangan jawaban gempa, suplemen beban pada potongan atas lereng, pemotongan lereng bawah dan hujan deras.

Curah hujan tinggi pemicu longsor

Air merupakan faktor utama terjadinya longsor. Intensitas hujan yang sangat tinggi dalam waktu singkat akan memicu banjir dan longsor.
Untuk mengantisipasi kejadian longsor, kita perlu mengetahui besar dan lamanya curah hujan yang menimpa suatu daerah. Satuan untuk menghitung jumlah curah hujan yakni milimeter (mm); 1 mm CH berarti ada 1 liter air hujan yang turun pada areal dengan luas 1 meter persegi.
Pada 2 dan 3 November 2018 sejumlah kecamatan di Kota Padang dilanda banjir bandang dan longsor. Ini disebabkan curah hujan yang mencapai 91 mm dan 187 mm dalam waktu lima jam, angka itu termasuk hujan dengan intensitas sangat lebat.
Pengukuran di lima stasiun iklim di Kota Padang memperlihatkan kisaran curah hujan pada 2 November mulai dari 47,4–91 mm dan 13,7–187 mm pada 3 November 2018. Data ini bersumber penuturan eksklusif dari Sugeng Nugroho, peneliti Stasiun Klimatologi Padang Pariaman, kepada penulis.
Jika dirata-ratakan, maka curah hujan yang turun sekitar 73 mm di Kota Padang. Dengan luas 695 kilometer persegi, maka telah turun air hujan sebanyak 50,75 juta meter kubik (setara dengan air dalam 130.000 kolam renang) selama satu hari saja.
Air yang turun sebanyak itu, tentu saja tidak akan tertampung oleh tanah dan sungai. Di tanah terjadilah pedoman permukaan atau limpasan permukaan (runoff). Sedangkan di sungai menimbulkan meningkatnya debit air sungai secara signifikan.
Batas kritis dari pedoman permukaan ini yakni 50 meter kubik per detik pada satu daerah pedoman sungai (DAS). Jika batas ini terlampaui maka terjadilah banjir di dataran aluvial (tanah yang terbentuk lantaran endapan) dan longsor pada daerah perbukitan.
Tanah dan vegetasi berperan penting menyerap air hujan yang turun. Air hujan masuk ke dalam tanah melalui pori-pori yang ada di tanah. Ini disebut infiltrasi. Setelah semua pori tanah terisi air, tanah akan jenuh air. Inilah awal terjadinya genangan di atas permukaan tanah.
Saat tanah jenuh air, maka tanah menjadi lebih berat dan mencair sehingga gampang mengalir. Laju pedoman permukaan semakin besar seiring pertambahan volume air hujan yang turun.
Permukaan tanah yang ditutupi vegetasi akan bisa menahan dan menyerap air hujan lebih banyak lantaran terbentuk celah antara akar dan butiran tanah yang sanggup menahan air hujan dibandingkan dengan permukaaan tanah tanpa vegetasi atau tanah yang dilapisi beton. Tumbukan air hujan pada tanah tanpa vegetasi akan lebih keras dan memecah agregat tanah sehingga gampang terjadinya pedoman permukaan tanah.
Sedangkan pada permukaan tanah yang dilapisi beton tak ada air hujan yang bisa masuk ke dalam tanah. Akan semakin rawan longsor jikalau mendirikan bangunan di puncak dan lereng bukit pada daerah dengan intensitas curah hujan tinggi.

Bisakah longsor diprediksi?

 PERUBAHAN MUSIM DAPAT MEMICU BENCANA LONGSOR PERUBAHAN MUSIM DAPAT MEMICU TANAH LONGSOR
Peta Prediksi Gerakan Tanah (Longsor) per 8 Maret 2018 Pukul 19.00 WIB. BNPB
Badan Nasional Penanggulangan Bencana menerbitkan peta prediksi longsor secara periodik yang bisa menjadi referensi untuk melihat tingkat kerawanan suatu wilayah. Longsor biasanya terjadi pada daerah perbukitan dan pegunungan dengan lerengnya yang curam hingga sangat curam bahkan tertoreh dengan kelerengan >15%. Topografi daerah rentan longsor berombak hingga bergelombang (lereng 8-15%), berbukit (lereng 15-30%) dan bergunung (>30%).
Wilayah dengan bentuk berbukit dan bergunung yang rentan longsor mencapai 47,7% di Pulau Jawa dan 35% di Sumatra. Kedua pulau ini mempunyai tipe iklim lembap dengan jumlah curah hujan tahunan antara 3000 hingga > 5000 mm.
Secara teoretis jikalau faktor penyebab longsor sudah teridentifikasi dan terdokumentasi dengan baik sanggup dimodelkan secara matematis untuk prakiraan atau prediksi suatu daerah rentan longsor atau tidak.
Pengetahuan wacana sifat tanah dan geologi suatu daerah akan memilih mitigasi untuk menghadapi kejadian longsor di masa datang. Tanah dengan kedalaman yang tipis dan berada di atas batuan yang ringkih berbeda perilakunya dengan daerah yang mempunyai lapisan tanah yang dalam dan bebatuan yang kuat dan kekar dikala curah hujan turun dengan deras.
Curah hujan sebagai faktor aktif penyebab longsor tentu tidak sanggup dicegah untuk turun deras atau tidak di satu kawasan.
Sebenarnya di luar negeri ibarat di Amerika Serikat telah ada dipasang alat-alat untuk memonitor longsor. Alat ini dipasang di lokasi rawan longsor, dikendalikan secara nirkabel dan memakai satelit atau penginderaan jauh. Sensor longsor ini bekerja secara simultan untuk mendeteksi perubahan dan pergerakan tanah, volume air hujan, geoteknik bebatuan dan kelerengan.
Indonesia belum mempunyai alat sensor ini lantaran mahal (US$60.000) jikalau mendatangkan dari luar negeri dan tentu saja dibutuhkan dalam jumlah banyak. Sedangkan di Indonesia, ditengarai masih dalam proses penelitian. Setidaknya ada sejumlah inovasi alat deteksi longsor dari universitas dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Perubahan iklim pengaruhi longsor?

Laporan sekumpulan peneliti perubahan iklim menyatakan bahwa telah terjadi peningkatan suhu udara di daratan dan suhu air bahari sebesar 0,850 derajat Celsius dari tahun 1880 ke 2012.
Peningkatan suhu ini biasanya diiringi dengan ketidakteraturan jumlah curah hujan. Misalnya suatu daerah akan mengalami kekeringan atau peningkatan curah hujan yang ekstrem. Fenomena pemicu terjadinya longsor terutama jawaban intensitas hujan yang tinggi dan frekuensi hujan deras yang terjadi.
Perubahan iklim berdampak eksklusif dan tidak eksklusif terhadap lingkungan, ketersediaan air dan faktor perubahan penggunaan lahan jawaban acara manusia. Semuanya ini akan besar lengan berkuasa baik secara eksklusif atau tidak eksklusif terhadap peristiwa longsor, besar dan kerapnya terjadi longsor tersebut.
Apakah kejadian longsor yang banyak di Indonesia disebabkan oleh perubahan iklim? Laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) pada 2012 menyatakan bahwa perubahan curah hujan yang tinggi akan memungkinkan terjadinya longsor di beberapa daerah.
Masih belum ada penelitian yang memastikan hubungan tersebut di Indonesia, tapi bisa kita jelaskan dengan sains. Alih fungsi hutan dan lahan akan mengubah siklus air. Perubahan fungsi lahan dan bertambah banyaknya bangunan akan mengurangi jumlah air yang meresap ke dalam tanah. Curah hujan yang lebih deras akan menghasilkan limpahan air menjadi lebih intens, dan memicu terjadinya longsor.

Cara mencegah longsor

Peranan insan dalam penggunaan lahan akan lebih menghipnotis terjadinya longsor. Walau ada teknik mekanis untuk memperkuat tanah di daerah longsor, infrastruktur tersebut tidak banyak di Indonesia. Kita sanggup mencegah longsor dengan menanam pohon-pohon di daerah berlereng yang sanggup memperkuat tanah.
Kawasan lereng terjal hingga sangat terjal sebaiknya jangan dialihfungsikan sebagai lahan pertanian atau perumahan. Jika sudah terlanjur maka lahan itu sebaiknya dibentuk teras bangku, akal daya lorong sesuai kontur tanah, atau dipagari dengan vegetasi yang bisa mengikat butiran tanah antara lain dengan tanaman bambu dan rumput vetiver.

Sumber http://aqdaffa.blogspot.com

Mari berteman dengan saya

Follow my Instagram _yudha58

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Perubahan Isu Terkini Sanggup Memicu Tanah Longsor"

Posting Komentar