Technologue.id, Jakarta – Industri pembayaran digital di Indonesia semakin ramai, sesudah LinkAja resmi diluncurkan oleh segerombolan perusahaan BUMN untuk menyaingi Go-Pay, Ovo, dan DANA.
Berbeda dengan para kompetitornya, aplikasi buatan PT Fintek Karya Nusantara (Finarya) itu tidak akan menarik konsumen gres dengan cara menyampaikan promo dan diskon besar. Ketimbang pakai taktik ‘bakar duit’, mereka akan memakai pendekatan yang berbeda, ialah fokus menyebarkan layanan terutama memenuhi kebutuhan masyarakat sehari-hari.
Baca Juga:
Incar TKI, LinkAja Jembatani Transaksi Remitansi
Istilah bakar uang memang lazim terdengar di dunia perusahaan rintisan (startup), istilah ini diartikan sebagai sebuah aktivitas menghabiskan uang banyak untuk sebuah proses bisnis tertentu, umumnya lebih ditekankan kepada proses pengembangan bisnis ibarat marketing dan akuisisi pasar.
“Kami ingin masuk (ke pasar pembayaran digital) tapi menunjukkan offering yang berbeda. Kami fokus di essential use cases, bukan di lifestyle use cases ibarat uang elektronik lainnya,” kata Danu Wicaksana, Chief Executive Officer LinkAja, ketika bincang santai bersama media, di kantor LinkAja, Jakarta, Kamis (4/7/2019).
Berbagai kebutuhan dasar sehari-hari ini diantaranya isi pulsa, ongkos transportasi publik, beli bensin kendaraan, tagihan bulanan, jajan di minimarket, dan sebagainya. Sementara kategori lifestyle termasuk belanja online, beli tiket bioskop, dan jasa pengiriman masakan atau food delivery.
Dengan kesepakatan ini, bukan berarti bahwa LinkAja tidak menyampaikan diskon sama sekali. Mereka menyampaikan bahwa tetap ada diskon, namun bukan kunci utama. Bagaimanapun, pengalaman dan fasilitas pengguna patut diprioritaskan.
“Masyarakat bukan cuma cari diskon kok, tapi cari kemudahan. Kita pun ada diskon, tapi itu bukan utamanya. Kami berusaha memudahkan kebutuhan masyarakat setiap harinya,” ujar Danu.
Baca Juga:
Resmi Diluncurkan, Berikut Fitur-fitur Unggulan LinkAja
Perusahaan mencatat lebih dari 100.000 orang pengguna memakai LinkAja untuk transaksi layanan transportasi. Padahal mereka tidak mengiming-imingi dengan diskon dan belahan harga.
Danu mengakui diskon menjadi taktik setiap perusahaan untuk mengakuisi konsumen gres dalam waktu singkat. Namun, beliau tidak yakin taktik tersebut bakal menciptakan konsumen loyal untuk memakai LinkAja. Konsumen akan terus beralih produk sesuai dengan promo yang dihadirkan provider.
Bicara persaingan di pasar pembayaran digital, LinkAja menganggap bisnis teknologi finansial ini bukan suatu kompetisi yang harus dimenangkan. Namun di balik itu ada tujuan untuk membantu meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia.
“Kita tidak bersaing dan berupaya keras mengalahkan mereka (pemain e-money), namun sama-sama mempunyai misi untuk menyebarkan transaksi nontunai di tanah air,” tutur Danu.
Data Worldbank 2018 melaporkan bahwa inklusi layanan keuangan di Indonesia gres mencapai 49 persen. LinkAja menargetkan percepatan inklusi keuangan sebesar 75 persen hingga selesai tahun ini.
Mari berteman dengan saya
Follow my Instagram _yudha58
0 Response to "Gaet Pengguna, Linkaja Enggan ‘Bakar Duit’"
Posting Komentar