Merdeka adalah harga mati! Tidak terasa besok sempurna 71 tahun sudah Indonesia merdeka. Segala upaya dikerahkan para pahlawan kita demi merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Bahkan, tidak segan-segan nyawa jadi taruhannya. Untuk mengenang detik-detik usaha menuju kemerdekaan, yuk kita flashback sejenak! Di bawah ini Ruangguru.com sudah merangkum beberapa rekomendasi film yang sanggup mengantarmu ke kenangan bersejarah Indonesia. Simak yuk!
#1. Janur Kuning
Film kolosal ini mengisahkan wacana peperangan di Yogyakarta yang kemudian dikenal dengan sebutan Serangan Umum 1 Maret. Nah, di dalam peperangan ini melibatkan banyak tokoh menyerupai Soeharto dan Jenderal Sudirman. Tokoh Letkol Soeharto (diperankan Kaharuddin Syah) menjadi tokoh sentral dan paling banyak diceritakan kiprahnya dalam film itu. Ia digambarkan berjuang merebut kota Yogya.
Dalam film berdurasi 180 menit ini diceritakan jikalau Jenderal Sudirman (diperankan Deddy Soetomo) meski dalam kondisi sakit dan ditandu masih memimpin perang gerilya. Dalam kondisi kesehatan yang lemah, ia tidak sanggup damai dan tetap berjuang. Dalam benaknya, lebih baik mati di medan perang daripada mati di tempat tidur. Pada awalnya Jenderal Sudirman ragu melanjutkan perjalanannya ke Yogya lantaran khawatir perjanjian Roem Royen akan sama dengan perjanjian-perjanjian sebelumnya. Namun Letkol Soeharto meyakinkannya untuk memasuki kota Yogya lantaran Belanda telah kalah perang.
Film yang disutradarai Alam Rengga Rasiwan Surawidjaja ini dirilis pada tahun 1979. Film ini juga dinyatakan sebagai film dengan biaya terbesar di zamannya, yakni 350 juta. Biaya sebanyak ini dipakai untuk membuat 300 seragam tentara dan 8000 orang figuran. Medali Emas PARFI di FFI 1980 untuk Pameran Harapan Pria (Amak Baldjun) dan Plakat PPFI pada FFI 1980 untuk produser Filma yang mengolah Perjuangan Bangsa berhasil didapat. Selain itu, Unggulan FFI 1980 untuk Pameran Pembantu Pria (Amak Baldjun).
#2. Serangan Fajar
Film usaha yang disutradarai Arifin C.Noer ini menampilkan beberapa fakta sejarah yang terjadi di Yogyakarta. Beberapa insiden patriotik itu ialah penaikan bendera Merah Putih di Gedung Agung, penyerbuan markas Jepang di Kota Baru dan lapangan terbang Maguwo, serta serangan beruntun di waktu fajar ke kawasan Salatiga.
Film yang diproduksi tahun 1981 ini memperlihatkan ribuan cowok dan rakyat kota gudeg, beserta para pemimpin menyerupai Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Soeharto. Seluruh insiden di atas dihidupkan dengan kehadiran anak pria lugu berjulukan Temon di sela-sela perang bersama neneknya. Temon selalu menanyakan ayahnya yang telah tiada. Suatu hari, kehadiran seorang pejuang telah menjadi figur ayah untuknya.
Terselip juga kisah keluarga ningrat Yogyakarta, di mana Romo turut gigih membantu pejuang. Sementara istrinya selalu dihantui rasa takut akan kehilangan kastanya sebagai ningrat lantaran salah seorang anaknya menjalin cinta dengan cowok pejuang dari rakyat jelata. Film yang mendapat penghargaan sutradara terbaik ini tidak hanya seputar usaha melawan penjajahan Jepang lho. Ada sekelumit drama yang menghiasinya hingga meningkatkan keseruannya.
Film yang dibintangi Asmoro Katamsi ini sempat menuai kontroversi. Setelah jatuhnya Soeharto di September 1998, Yunus Yosfiah—Menteri Penerangan— menyatakan film ini tidak akan lagi jadi tontonan wajib. Alasannya, film ini dianggap memanipulasi sejarah dan membuat kultus dengan Soeharto di tengahnya. Di 2012, TEMPO melaporkan bahwa Saleh Basarah dari Angkatan Udara RI telah mempengaruhi dikeluarkannya keputusan tersebut. Majalah ini menyatakan bahwa Basarah telah menghubungi Juwono Sudarsono—Menteri Pendidikan— dan memintanya untuk tidak menayangkan Pengkhianata G30SPKI. Menurutnya, film ini telah merusak gambaran AU RI.
#3. Tjoet Nja' Dhien
Sesuai judulnya, film karya Eros Djarot ini bercerita banyak wacana pahlawan perempuan dari Aceh tersebut. Kamu tentu sudah sering mendengar kisah Cut Nyak Dhien di dingklik sekolah dasar. Sebuah kisah sejarah wacana kepahlawanan penuh ilham dalam usaha merebut setiap jengkal tanah Rencong dari cengkeraman penjajah. Sosok ini tersohor lantaran sepak terjangnya dalam perang panjang menghadapi para Kaphe Ulanda (Belanda kafir). Namun, film ini tidak akan menampilkan keseluruhan hidup Dhien yang diperankan oleh Christine Hakim. Cerita dimulai ketika ia sudah bersama suami keduanya, Teuku Umar (Slamet Rahardjo) yang tertembak hingga tertangkap pada 1901 bersama sisa-sisa pasukannya.
Tjoet Nja' Dhien merupakan mahakarya Eros Djarot yang luar biasa dalam menggambarkan usaha jago salah satu pahlawan besar Indonesia. Konon, film ini memakan proses dua tahun dan biaya milyaran rupiah. Dialog-dialog bahasa Aceh dan Belanda dihadirkan dengan semeyakinkan dan seotentik mungkin. Perjuangan para tim dan pemain tidak sia-sia lantaran berhasil meyabet 8 Piala Citra, termasuk film terbaik dan artis terbaik. Tjoet Nja' Dhien ini juga merupakan film Indonesia pertama yang tampil di ajang Cannes dan dikirim ke Oscar sebagai film abnormal terbaik.
Film wacana peperangan ini dikemas dengan apik sepanjang 150 menit. Penonton dimanjakan dengan balutan sinematografi George Kamarullah, artistik dari Benny Benhardi dan musik Idris Sardi. Eros Djarot menghadirkan semangat patriotisme yang kental melalui napak tilas Cut Nyak Dien.
#4. Soerabaia '45: Merdeka atau Mati
Film garapan sutradara Imam Tantowi ini berdasar kisah faktual di Surabaya dikala merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Di pertempuran ini, banyak Arek Suroboyo gugur, yang kemudian dikenal dengan peristiwa 10 November. Film ini dimulai ketika Jepang kalah perang dan proklamasi kemerdekaan Indonesia berkumandang di radio-radio. Saat pasukan Inggris datang di Surabaya, masyarakat setempat menerima. Namun, problem timbul ketika Inggris tidak mengakui kemerdekaan Indonesia.
Kemarahan rakyat, terlebih warga Surabaya saat itu sudah tidak tertahankan lagi. Tentara sekutu hendak mengembalikan Indonesia ke tangan Belanda. Para pejuang menyerupai Bung Tomo dan yang lainnya melaksanakan tindakan heroik, yakni merobek bendera Belanda pada penggalan birunya, juga membunuh Jenderal Inggris berjulukan Mallaby.
Film usaha yang dirilis pada tahun 1990 ini disutradarai oleh Imam Tantowi dan dibintangi oleh Nyoman Swadayani, Leo Kristi dan Usman Effendy. Film yang menghabiskan biaya sekitar 1,8 milyar rupiah ini juga mendapat penghargaan Piala Citra dari FFI tahun 1990.
#5. Guru Bangsa: Tjokroaminoto
Garin Nugroho mengangkat kisah Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto, seorang pahlawan dari tanah Jawa yang populer dengan organisasi Sarekat Islam. Film ini menitikberatkan usaha Tjokro dalam membangun kesadaran rakyat akan pentingnya persatuan. Ia tidak ingin tinggal membisu dikala melihat rakyat menderita. Derita ini digambarkan dengan berlakunya aturan tidak adil oleh penjajah yang membuat rakyat tetap miskin, pendidikan sulit, dan kesenjangan sosial antar etnis. Oleh sebab itu, ia mencerdaskan dan menyejahterakan rakyat melalui pengusahaan pendidikan dan pengembangan. Salah satu realisasinya ialah koperasi.
Dalam durasi 3 jam, huruf Tjokro bersama Sarekat Islamnya digambarkan dengan sangat merakyat. Film ini juga memperlihatkan bagaimana kondisi masyarakat Jawa di masa penjajahan Belanda masa 20. Ia bersama kawan-kawannya berusaha melawan kompeni dengan cara yang elegan. Menegur dan memberi pelajaran tanpa kekerasan. Perjuangannya mengangkat harkat dan martabat pribumi tahun 1990-an jadi cikal bakal lahirnya tokoh kebangsaan. Salah satunya ialah Soekarno.
Film bergenre drama ini dimainkan oleh Reza Rahadian, Christine Hakim, Didi Petet dan lainnya. Selain bermain dalam film, Christine Hakim juga mempunyai andil menjadi produser film ini.
#6. Battle of Surabaya
Film ini mengisahkan seorang anak berjulukan Musa yang berprofesi sebagai tukang semir sepatu. Pelanggannya ialah para cowok pejuang kemerdekaan. Pada waktu itu, Jepang sudah menyatakan kalah, namun Belanda dan sekutunya kembali ke Indonesia. Musa yang awalnya hanya penyemir sepatu biasa kemudian mendapat kiprah menjadi pengantar pesan-pesan diam-diam antar para pejuang kemerdekaan.
Perjuangan para pahlawan dalam pertempuran 10 November 1945 ini dibentuk dalam bentuk animasi 2D hasil karya sutradara muda, Aryanto Yuniawan. Ini ialah film animasi pertama Indonesia lho! Produksinya digarap secara serius, terlebih sehabis mendapat pinjaman dari Walt Disney Pictures. Tidak hanya animasi dan cerita, soundtracknya pun melibatkan musisi top tanah air. Ada Angela Naza, Afgan, Ungu, Maudy Ayunda, dan Sherina.
Film yang dirilis pada 28 September 2014 kemudian mendapatkan banyak penghargaan. Beberapa di antaranya: Winner People’s Choice Award, International Movie Trailer Festival (IMTF) 2013; Nomination Best Foreign Animation Trailer, The 15th Annual Golden Trailer Award 2014; Winner Digital Animation, INAICTA 2012; Winner Indigo Fellowship, PT. Telkom Indonesia 2012; Nominee Appreciation Film of Indonesia, serta dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (Mendikbud) 2012. Film ini dirilis pada 28 September 2014.
Demikianlah beberapa rekomendasi film untuk sambut kemerdekaan dari Ruangguru. Eits, meskipun beberapa ialah film lawas, bukan berarti kau tidak sanggup menontonnya lagi lho. Nggak percaya? Coba sehabis ini kau cari deh. Selamat menonton! (TN)
Mari berteman dengan saya
Follow my Instagram _yudha58
0 Response to "6 Rekomendasi Film Karya Anak Bangsa Untuk Sambut Kemerdekaan"
Posting Komentar