Proses Pembuatan Garam [Bagian 2]

Proses Produksi Garam Teknologi Ulir dan Filter (TUF)
Teknologi ulir dan filter (TUF) merupakan teknologi yang dipelopori oleh Sanusi, teknologi Ulir dan Filter tersebut sangat beda dengan pembuatan garam secara tradisional. Teknologi ulir dan filter (TUF) mengutamakan proses percepatan pembentukan air bau tanah (20-25oBe) dengan mempertahankan kebersihan air bahari dipetakan tambak garam dengan pemanfaatan ulir dan filter. 

Sedangkan pembuatan secara tradisional hanya berupa petakan yang tidak mempunyai ulir didalamnya dan tidak mempunyai filter disela petakan tersebut. Setiap antara petakan TUF terdapat filter yang berisi kerikil kerikil, ijuk dan arang kelapa.


TUF sanggup diterapkan di semua lahan tambak garam lantaran TUF tersebut sanggup dikondisikan sesuai lahan. Sanusi sebagai penggagas TUF sudah berhasil memenuhi kualitas terbaik (K-1) dengan kadar NaCl sebesar 96.00 % di kawasan tinggalnya di Desa Losari Kabupaten Cirebon.
Gagasan penerapan teknologi ulir dan filter (TUF) memerlukan peningkatan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan dari pelaku (petani garam). 

Beberapa tahap proses produksi garam menurut proses ulir dan filter yang perlu dijalankan,adalah
1) Persiapan Lahan
     Lahan demplot yang dipakai merupakan lahan atau tambak garam hasil identifikasi yang memenuhi persyaratan dan layak untuk dipakai sebagai lokasi operasional demplot garam. Kondisi tanah lahan mempunyai permeabilitas rendah (tanah liat), suplai dan pembuangan air bahari mudah.

2) Pengurasan Tambak
     Pengurasan tambak dilakukan untuk menghilangkan genangan air yang ada di dalam tambak atau lahan, serta mengontrol kondisi lahan biar tidak terjadi kebocoran dan perembesan air yang tinggi.
3) Pembuatan Petak Tambak
    Pembuatan petakan tambak garam merupakan faktor utama dalam mendukung efektifitas dan efesiensi proses produksi garam. Secara umum petakan tambak garam dalam pelaksanaan demplot terbagi dalam 4 (empat) petakan tambak mencakup :
    a) Petakan kolam penampungan utama (air baku + 3oBe )
    b) Petakan kolam peminihan, terdiri dari ;
            i. Petakan ulir besar ( 8oBe ).
            ii.Petakan penampungan 2 ( 12oBe ).
           iii.Petakan ulir kecil (12o - 20oBe ).
    c) Petakan kolam penampungan air bau tanah ( > 20 o Be )
    d) Petakan meja garam (Meja Hablur)


4) Pembuatan Ulir Besar dan Ulir Kecil.
    a) Petakan ulir besar dibentuk pada lahan sehabis petakan kolam penampungan utama, dengan ukuran 4 meter tiap petakan, jumlah petakan ulir besar diubahsuaikan dengan luas lahan demplot.
    b) Petakan ulir kecil dibentuk pada lahan sehabis petakan penampungan kedua, dengan ukuran 1,5 meter tiap petakan, jumlah petakan ulir kecil lebih banyak dari jumlah petakan ulir besar.
5) Pembuatan Saluran
    Pembuatan akses diubahsuaikan dengan bentuk petakan ulir besar dan ulir kecil, dengan tujuan mengatur arah pemikiran air bahari dalam proses pembentukan air bau tanah (20oBe ).
6) Pembuatan dan Pengerasan Meja Garam (meja hablur)
    Pembuatan meja garam dilakukan dalam beberapa tahapan biar menghasilkan meja hablur yang baik sehingga menghasilkan kualitas garam degan kandungan NaCl yang tinggi. 
Tahapan pembuatan meja hablur mencakup :
     a) Pembuatan jumlah petakan meja hablur diubahsuaikan dengan total luasan lahan demplot garam yang digunakan.
     b) Pengolahan tanah meja hablur, mencakup pencangkulan atau pembalikan tanah dan pengeringan hingga 3 kali, serta penggunaan sekam bakar sebagai perlakuan embel-embel untuk mengurangi keasaman tanah.
     c) Pemadatan meja hablur dilakukan hingga 5 kali, serta pengontrolan kepadatan tanah meja hablur.
     d) Pencucian meja hablur dilakukan 3 kali.

7) Pemasangan Kincir dan Filter
    Pemasangan kincir dan filter disatukan pada akses ke arah pemikiran air bahari dari kolam penampungan 1 ke ulir besar ke ulir kecil dan ke penampungan. 
Filter yang dipakai yakni dengan pemanfaatan ijuk dan arang batok yang disatukan atau ditempatkan dalam kolam ember yang telah di desain khusus, sehingga pemikiran air bahari ke petakan-petakan lahan garam sesuai dengan kebutuhan suplai air bau tanah di meja hablur.

8) Proses Pengukuran Kekentalan Air Garam.
    Proses pengukuran kekentalan air garam dilakukan secara rutin untk mengetahui tingkat kekentalan air bahari yang siap dalam proses pembentukan garam (kristalisasi). Pengukuran tersebut memakai alat ukur Baumeter (oBe).
9) Perataan Meja Garam
    Dalam teknologi TUF disarankan kristalisasi garam pada lapisan pertama dibiarkan dan diratakan sebagai ganjal meja hablur (dasar kristalisasi), pada kristalisasi periode berikutnya pemanenan dilakukan.
10) Panen
    Pemanenan sanggup dilakukan 10 hari terhitung pada ketika air bau tanah mulai dialirkan ke meja hablur. Kualitas K-1 garam sanggup dilihat secara visual, yaitu garam berwarna putih dengan kristal yang cukup besar. Panen sanggup dilakukan tiap hari dengan memakai meja hablur secara selang-seling, dengan mengatur waktu air bau tanah yang masuk diantara tiap meja hablur.
Analisis Kadar Garam 

Salah satu cara untuk memilih kadar suatu larutan yakni dengan volumetri (titrasi). Titrasi pengendapan yakni golongan titrasi di mana hasil reaksi titrasinya merupakan endapan atau garam sukar larut. 
Prinsip dasarnya yakni reaksi pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada ketika penembahan titran, tidak ada pengotor yang mengganggu dan diharapkan indikator untuk memilih titik simpulan titrasi.
   1. Kadar Natrium Klorida (NaCl) 
Salah satu jenis titrasi pengendapan yang terkenal yakni Argentometri.
Dalam titrasi Argentometri tedapat tiga indikator yang telah dipakai selama bertahun-tahun. yaitu ;
                   a) Metode Mohr memakai ion kromat (CrO42-)
                   b) Metode Volhard memakai ion Fe3+ 
                   c) Metode Fajans memanfaatkan indikator absorbsi 

   2. Kadar Air
Menurut SNI 01-2899-2000 kadar air yakni banyaknya air dalam suatu materi yang ditentukan dari pengurangan berat suatu materi yang dipanaskan pada suhu pengujian. Pengurangan berat suatu materi yang dipanaskan pada suhu 100oC-150oC disebabkan lantaran hilangnya air dan zat-zat menguap lainnya, sehingga kekurangan berat tersebut dianggap sebagai berat air.
   3. Kadar Sulfat
Sulfat diendapkan dalam suasana asam klorida (HCl) dengan barium klorida (BaCl2) membentuk endapan barium sulfat lalu endapan dikeringkan, dipijarkan dan ditimbang sebagai barium sulfat.
   4. Kadar Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) 

Menurut SNI 06-6989.12-2004 untuk menguji kandungan kalsium dan magnesium sanggup dilakukan dengan metode titrimetri. Prinsip dari pengujian ini yaitu garam dinatrium etilen diamin tetra asetat (Na2EDTA) akan bereaksi dengan kation logam tertentu membentuk senyawa kompleks kelat yang larut.



Sumber http://equatornusantara.blogspot.com

Mari berteman dengan saya

Follow my Instagram _yudha58

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Proses Pembuatan Garam [Bagian 2]"

Posting Komentar