Ada seorang pria miskin yang memiliki tiga sifat jelek. Pertama, ia suka masuk kerumah orang pada malam hari untuk mencuri. Kedua, ia sering mabuk-mabukan di siang hari. Ketiga, kalau ditangkap polisi, ia selalu berbohong biar sanggup meloloskan diri.
Suatu hari, di desa pencuri tersebut dikunjungi oleh seorang ulama. Ulama tersebut mengajari orang untuk hidup lebih baik. Si pencuri merasa sangat tertarik, maka ia pun bermaksud menemuinya. Pada ketika bertemu dengan sang ulama, ulama tersebut bertanya kepada si pencuri biar ia menceritakan citra dirinya sendiri.
"Ceritakanlah kepadaku, Nak! Bagaimana sifat-sifatmu dan apa kelemahan-kelemahanmu"
Si Pencuri menjawab, " Pada malam hari saya seorang pencuri, pada siang hari saya seorang pemabuk, dan bila diperiksa polisi saya menjadi pembohong.
Sang Ulama bertanya lagi, "Baiklah, Nak! Dapatkah kau meninggalkan salah satu sifat burukmu itu?"
Dalam hati si pencuri menimbang-nimbang, "Kalau saya tidak mencuri, saya akan kehilangan penghasilan, dan supaya sanggup mencuri saya harus sehat dan cukup istirahat, dengan minuman keras saya sanggup lebih gampang tidur siang, wah tampaknya sulit untuk ditinggalkan".
Akhirnya si pencuri berkata, " Baiklah, Kyai, saya ini jarang ditangkap polisi, jadi saya akan meninggalkan kebiasaanku berbohong".
"Sekarang kau harus berjanji, bahwa mulai besok hingga selamanya kau akan selalu menyampaikan yang benar!" kata sang ulama.
"Aku berjanji mulai detik ini juga mulutku hanya akan berkata yang benar" sambut si pencuri.
Pada suatu malam yang panas, si pencuri kembali beraksi. Sasarannya yaitu sebuah rumah besar milik Wali Kota. Kebetulan malam itu Pak Wali Kota sedang mencari angin diteras loteng alasannya yaitu udara yang cukup panas. Si pencuri berhasil memanjat teras loteng yang sama. Ia begitu terkejut ketika melihat ada orang di teras itu.
"Hey siapa Itu?" kata Pak Wali Kota. Karena jujur si pencuri menjawab "Aku pencuri, kau siapa?".
Pak wali kota jadi ingin tau dan ingin tahu bagaimana cara kerja si pencuri itu, maka Pak Wali Kota menjawab " Aku juga pencuri, saya sudah usang mengamati rumah ini, pemiliknya menyimpan harta dalam sebuah peti yang terkunci, bagaimana kalau kita berhubungan saja?"
Si Pencuri pun setuju untuk kerjasama. Wali Kota berkata ," Bung, biar saya yang mencari kuncinya, kau berjaga-jaga di luar ya?". Si Pencuri menuruti kata-kata sobat barunya tersebut dan berjaga-jaga diluar. Pak Wali Kota berpura-pura membuka pintunya dengan pelan-pelan dan masuk dengan mengendap-ngendap, kemudian keluar dengan membawa kunci yang dimaksud, dan berkata, "Ini kuncinya, tapi saya belum sanggup menemukan peti hartanya, kini gantian saya yang jaga diluar dan kau yang masuk".
Si pencuri bergegas kedalam dan tanpa kesulitan eksklusif sanggup menemukan peti yang dimaksud. Ketika dibuka, tampaklah tiga butir berlian yang besar berkilauan. Si Pencuri eksklusif mengantongi ketiga berlian tersebut, namun timbul keraguan dalam hatinya, baerlian begitu kerasnya bagaimana caranya membagi tiga berlian secara adil untuk mereka berdua.
Karena ingin jujur maka ia menemui Walikota, dan berkata "Bung, kita masing-masing ambil satu berlian dari pada kita saling bertengkar, dan yang satunya kita kembalikan ketempat semula".
"Biarlah berlian terakhir ini jadi kenang-kenangan pemilik rumah". Pak Walikota pun menyetujuinya.
Merasa puas dengan sebutir berlian yang didapatkannya, si pencuri bergegas pulang. Pak Walikota segera mencegahnya dan memberinya secarik kertas seraya berkata: " Bung, kolaborasi kita baik sekali malam ini, mungkin lain kali kita sanggup kolaborasi lagi. Tolong berikan nama dan alamatmu biar saya sewaktu-waktu sanggup menghubungimu".
Karena harus jujur maka si pencuri menuliskan nama dan alamatnya.
Keesokan harinya, Walikota pun melaporkan ke Polisi, dan polisi pun dengan gampang menangkap pencuri tersebut.
Si Pencuri dihadapkan kepada wali kota, dan alasannya yaitu berseragam dan dengan dandanan yang berbeda dengan semalam si Pencuri tidak sanggup mengenalinya.
Wali kota bertanya "Bagaimana kau sanggup mendaptkan berlian itu?"
Si Pencuri pun menceritakan seluruh bencana yang dialaminya malam itu. Pak Walikota kemudian memerintahkan kepala kantornya untuk menyelidiki apakah benar bahwa berlian yang satunya dikembalikan oleh para pencuri semalam.
Kepala kantor segera menyelidiki peti dan dia terkesima melihat sebuah berlian berkilau dengan mewahnya, dalam hatinya tumbuh sifat tamaknya. "Kalau kulaporkan kepada Walikota bahwa berlian tidak ditemukan, ia niscaya percaya, mana ada pencuri yang mengembalikan hasil curiannya, lagi pula saya kan orang kepercayaannya".
Kepala kantor mengambil dan menyimpan berlian itu dirumahnya, sesudah itu ia memperlihatkan laporan palsunya kepada Walikota. Kepala Kantor tidak menyangka sama sekali, Walikota justru memerintahkan polisi untuk menangkapnya dan dimasukkan dalam penjara atas kejahatannya.
Walikota memanggil si pencuri. "Aku percaya padamu, Kau yaitu orang yang jujur”. Si pencuri galau bukan kepalang.
“Bung apa kau tidak mengenaliku?”
Barulah si pencuri sadar akan kebodohannya, ia pun tertunduk malu.
“Aku suka orang yang jujur, sayang sekali kau menjadi pencuri” ujar Walikota.
“Sekarang memang kau harus menjalani eksekusi terlebih dahulu, kelak kalau sudah bebas, saya niscaya akan mengangkatmu menjadi pegawaiku, bahkan mungkin sanggup menjadi kepala kantorku”
Benar sesudah menjalani hukumannya, ia pun dijadikan sebagai orang kepercayaan Walikota di kantornya. Dan lambat laun ia berhenti minum minuman keras dan mencuri.
Ia menjadi orang yang sungguh-sungguh lurus dan jujur.
Disadur dari cerpen “ Pencuri yang Jujur” pada majalah BOBO no.1/XXVIII/00
Mari berteman dengan saya
Follow my Instagram _yudha58
0 Response to "Kisah Pencuri Yang Jujur"
Posting Komentar