Budidaya Ikan Patin

     Ikan Patin merupakan komoditas hasil budidaya perikanan yang pasarnya cukup menjanjikan. Dalam kurun waktu dua tahun terakhir ini, seruan ikan patin meningkat dua kali lipat. Potensi pasar tersebut perlu dimanfaatkan dengan lebih menggalakkan budidaya ikan patin di Indonesia yang potensi lahannya cukup luas. Pasar ikan patin elama ini masih dikuasai Vietnam dengan ekspor dalam bentuk fillet dan produk olahan berbasis surimi. Selain dipasarkan dalam bentuk fillet, ikan patin sangat cocok untuk diolah menjadi banyak sekali macam produk berbasis surimi.

     Mengingat peluang pasar ikan patin yang masih luas, maka budidaya ikan patin di Indonesia perlu lebih digalakkan lagi, dengan memperhatikan banyak sekali informasi di pasar global.   Ikan patin menjadi sangat popular lantaran budidayanya mudah, pertumbuhannya cepat, dan gampang mengikuti keadaan dengan banyak sekali lingkungan. Di samping itu, teknologi budidaya ikan patin sudah berkembang dan sanggup dilakukan dengan banyak sekali sistem yaitu dengan karamba di sungai-sungai, waduk, kolam atau situ.
   KLASIFIKASI
   Subordo : Siluriodea.
   Famili : Pangasidae.
  Genus : Pangasius.
  Spesies : Pangasius pangasius Ham. Buch.
   MORFOLOGI
     Ikan patin mempunyai tubuh memanjang berwarna putih ibarat perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Panjang tubuhnya sanggup mencapai 120 cm, suatu ukuran yang cukup besar untuk ukuran ikan air tawar domestik. Kepala patin relatif kecil dengan ekspresi terletak di ujung kepala agak di sebelah bawah. Hal ini merupakan ciri khas golongan catfish. Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek yang berfungsi sebagai peraba. Sirip punggung mempunyai sebuah jari­jari keras yang bermetamorfosis patil yang bergerigi dan besar di sebelah belakangnya. 
     Sementara itu, jari-jari lunak sirip punggung terdapat enam atau tujuh buah. Pada punggungnya terdapat sirip lemak yang berukuran kecil sekali. Adapun sirip ekornya membentuk cagak dan bentuknya simetris. Ikan patin tidak mempunyai sisik. Sirip duburnya panjang, terdiri dari 30-33 jari-jari lunak, sedangkan sirip perutnya mempunyai enam jari-jari lunak. Sirip dada mempunyai 12-13 jari-jari lunak dan sebuah jari-jari keras yang bermetamorfosis senjata yang dikenal sebagai patil.
     Ikan patin bersifat nokturnal (melakukan kegiatan di malam hari) sebagaimana umumnya ikan catfish lainnya. Selain itu, patin suka bersembunyi di dalam liang-liang di tepi sungai habitat hidupnya.
     Ikan patin termasuk ikan dasar. Hal ini sanggup dilihat dari bentuk mulutnya yang agak ke bawah. Habitatnya di sungai-sungai besar dan muara-muara sungai yang tersebar di Indonesia.
     Kerabat bersahabat ikan patin yang ada di Indonesia umumnya mempunyai ciri-ciri keluarga Pangasidae pada umumnya, yaitu bentuk badannya sedikit memipih, tidak bersisik atau sisiknya halus sekali. Mulutnya kecil dengan 2-4 pasang sungut peraba. Terdapat patil pada sirip punggung dan sirip dadanya. Sirip duburnya panjang dimulai dari belakang dubur hingga hingga pangkal sirip ekor.
     Kerabat patin di Indonesia terdapat cukup banyak, diantaranya:
a. Pangasius polyuranodo (ikan juaro) 
     Ikan ini dikenal juga dengan sebutan ikan juaro. Tubuhnya berwarna putih ibarat mutiara dengan punggung kehitam-hitaman. Bentuk tubuh tinggi dengan sirip punggung mempunyai tujuh jari-jari lunak dan dua buah jari-jari keras yang salah satu diantaranya menjadi senjata yang sangat ampuh berupa patil yang sangat kuat. Sirip lemak pada punggungnya kecil sekali, sementara sirip ekornya bercagak simetris. Sirip duburnva panjang dan mempunyai 35-40 jari-jari lunak. 
     Sirip perut mempunyai enam buah jari-jari lunak, sedangkan sirip dada mempunyai 12-13 jari-jari lunak dan sebuah jari-jari keras yang sangat berpengaruh yang juga berfungsi sebagai patil. Di bersahabat lubang hidungnya terdapat sungut peraba dari rahang atas yang berpangkal di sudut ekspresi dan ujungnya hingga di pangkal sirip dada. Sungut peraba pada rahang bawah pendek. Panjang tubuh sanggup mencapai 50 cm, hidupnya di sungai-sungai. Penyebarannya di Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Thailand.
b. Pangasius macronema
     lkan ini mempunyai sungut yang lebih panjang daripada kepala. Gigi veromine terpisah-pisah, terdapat 37-45 sisir saring tipis pada lengkung insang pertama. Garis di tengah tubuh dan pada perut terang terpisah di awal sirip dada. Penyebaran ikan ini mencakup kawasan Jawa, Kalimantan, dan Indocina.
c. Pangasius micronemus 
     lkan ini mempunyai gigi veromine terpisah atau bertemu di satu titik, matanya sangat besar (kira-kira seperempat panjang kepala), moncong berbentuk segi, cuping rahang bawah memanjang daripada membulat, tonjolan tulang lengan pada pangkal sirip dada sangat pendek. Sungut rahang atas memanjang hingga pinggiran belakang mata atau melampauinya. Terdapat 13-16 sisir saring pada lengkung insang pertama. lkan ini terdapat di Kepulauan Sunda dan Thailand.
d. Pangasius nasutus
     Moncong ikan ini berbentuk runcing tajam dan sangat mencolok. Kumpulan gigi veromine lebarnya tiga kali panjangnya. Matanya sangat kecil (enam kali lebih pendek daripada panjang kepala) dan terletak di atas garis sudut mulut. Jumlah jari­jari sirip dubur relatif sedikit. Ketika mulutnya tertutup, gigi-gigi rahang atas terlihat semua. Penyebaran ikan ini di Sumatera, Kalimantan, dan Malaysia.

e. Pangasius nieuwenhuisii
     Gigi veromine dan palatine bersatu dalam bidang lebar. Tonjolan tulang lengan pada pangkal sirip dada memanjang hingga dua per tiga atau tiga per empat jaraknya dari ujung sirip dada. Moncongnya meruncing. Penyebaran ikan ini di Kalimantan Timur.

Persyaratan Budidaya Ikan Patin 
     Ikan patin cukup potensial dibudidayakan di banyak sekali media pemeliharaan yang berbeda, sebagaimana jenis ikan air tawar lainnya ibarat mas, tawes, dan lele. Media pemeliharaan kolam, karamba, bahkan jala apung sanggup dipakai untuk memelihara ikan patin. 
     Budidaya ikan Patin memerlukan beberapa persyaratan dan kondisi lingkungan yang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangannya antara lain sebagai berikut : 
     1) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan dan kebijaksanaan daya ikan patin yaitu jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut sanggup menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga sanggup dibentuk pematang/dinding kolam.
     2) Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
Apabila pembesaran patin dilakukan dengan jala apung yang dipasang disungai maka lokasi yang sempurna yaitu sungai yang berarus lambat.
     3) Kualitas air untuk pemeliharaan ikan patin harus bersih, tidak terlalu keruhdan tidak terkontaminasi bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kualitas air harus diperhatikan, untuk menghindari timbulnya jamur, maka perlu ditambahkan larutan penghambat pertumbuhan jamur (Emolin atau Blitzich dengan takaran 0,05 cc/liter).
    4) Suhu air yang baik pada dikala penetasan telur menjadi larva di akuarium yaitu antara 26-28 derajat C. Pada daerah-daerah yang suhu airnya relatif rendah diharapkan heater (pemanas) untuk mencapai suhu optimal yang relatif stabil.
    5) PH air berkisar antara: 6,5-7. 

 Budi daya ikan patin mencakup beberapa kegiatan,antara lain ;
1. Pemilihan calon induk siap pijah.
2. Persiapan hormon perangsang/kelenjar hipofise dari ikan donor, yaitu ikan mas.
3. Kawin suntik (induce breeding).
4. Pengurutan (striping).
5. Penetasan telur.
6. Perawatan larva.
7. Pemindahan larva.
8. Pendederan.
9. Pemanenan.
  1.   Pembibitan Ikan Patin
     Pembibitan ikan patin merupakan upaya untuk mendapat bibit dengan kualitas yang baik dan jumlah yang mencukupi permintaan. Cara Tradisional bibit ikan Patin diperoleh dengan menangkap dari habitat aslinya yaitu sungai, rawa, danau dan tempat-tempat lain. Untuk tujuan komersial bibit harus diupayakan semaksimal mungkin dengan pembibitan di kolam. 
Pembibitan Kawin Suntik (induce breeding).
     Persiapan dan langkah-langkahnya sebagai berikut :
1. Memilih calon induk siap pijah.
     Induk patin yang hendak dipijahkan sebaiknya dipelihara dulu secara khusus terlebih dahulu dengan pemeliharaan yang intensif. Selama pemeliharaan, induk ikan diberi makanan khusus yang mengandung protein tinggi.
Selain itu, diberikan juga rucah (ikan kecil-kecil) dua kali seminggu sebanyak 10% bobot ikan induk. Langkah ini dilakukan untuk mempercepat kematangan gonad (sistem reproduksi).
Ciri-ciri induk patin yang sudah siap dipijahkan yaitu sebagai berikut :
     a. Induk betina
Umur tiga tahun.
Ukuran 1,5–2 kg.
Perut membesar ke arah anus.
Perut terasa empuk dan halus bila di raba.
Kloaka membengkak dan berwarna merah tua.
Kulit pada belahan perut lembek dan tipis.
kalau di sekitar kloaka ditekan akan keluar beberapa butir telur yang bentuknya bulat dan besarnya seragam.
     b. Induk jantan
Umur dua tahun.
Ukuran 1,5–2 kg.
Kulit perut lembek dan tipis.
Bila diurut akankeluar cairan sperma berwarna putih.
Kelamin membengkak dan berwarna merah tua.
c.Persiapan Hormon perangsang/Kelenjar hipofise
     Hormon perangsang dibentuk dengan memakai kelenjar hipofise ikan mas, kelenjar hipofise sanggup ditemukan pada belahan otak ikan mas, berwarna putih dan cukup kecil. Ambil dengan hati-hati dengan pinset. Setelah diambil dimasukkan ke dalam tabung kecil dan ditumbuk hingga benar-benar halus dan lembut, selanjutnya dicampur dengan air murni (aquades).
Setelah kelenjar hipofise dicampur dengan air murni sudah siap, ambil dengan jarum suntik dan disuntikkan pada punggung Ikan patin. Ikan patin siap dipijahkan. Metode kawin suntik diterapkan untuk merangsang induk patin betina mengeluarkan telur untuk selanjutnya dibuahi oleh Patin Jantan.
   2.   Penetasan telur.
     Telur yang sudah dibuahi akan menetas dalam waktu sekitar 4 hari, selama menunggu telur menetas perlu dipantau kondisi air. Ganti air sebagian dengan air bersih.


   3.   Perawatan Benih.
     Benih ikan patin yang berumur 1 hari dipindahkan ke dalam akuarium atau kolam berukuran 80 cm x 45 cm x 45 cm, sanggup dalam ukuran yang lain.
     Setiap akuarium atau kolam diisi dengan air sumur bor yang telah diaerasi. Kepadatan penebaran ikan yaitu 500 ekor per akuarium.
Aerator ditempatkan pada setiap akuarium biar keperluan oksigen untuk benih sanggup tercukupi.
     Untuk menjaga kestabilan suhu ruangan dan suhu air dipakai heater atau sanggup memakai kompor.
     Benih umur sehari belum perlu diberi makan suplemen dari luar lantaran masih mempunyai cadangan makanan berupa yolk sac atau kuning telur.
Pada hari ketiga, benih ikan diberi makanan suplemen berupa emulsi kuning telur ayam yang direbus. Selanjutnya berangsur-angsur diganti dengan makanan hidup berupa Moina cyprinacea atau yang biasa dikenal dengan kutu air dan jentik nyamuk.
   4.   Pendederan.
     Benih Ikan patin dibesarkan pada kolam tebar dari semen, lebih manis pada kolam lumpur lantaran mengandung banyak plankton dan fitoplankton sebagai pakan alami.


   5.   Pemeliharaan dan Pembesaran
     Pemeliharaan Pembesaran ditujukan untuk pemenuhan Ikan Patin konsumsi. Ikan Patin dikonsumsi dalam banyak sekali ukuran, antara lain 200 gram hingga 1 kg. Masa panen menyesuaikan dengan seruan pasar. Ada sebagian yang lebih bahagia ukuran kecil sekitar 200 gram ada yang lebih dari itu. Pada Usia 6 bulan ikan patin sudah mencapai bobot 600-700 gram.Ikan Patin akan tumbuh lebih baik di kolam lumpur dengan pemikiran air yang mengalir cukup baik, meski demikian sanggup juga dipeihara pada kolam yang tidak mengalir, tetapi perlu diperhatikan kualitas air biar tetap dalam konsisi yang baik. 
Langkah-langkah pemeliharaan Ikan Patin sebagai berikut:
    a) Kolam Pemeliharaan
     Pada kolam lumpur idealnya perlu dilakukan pemupukan sebelum ikan patin ditebarkan. Pemupukan kolam bertujuan untuk meningkatkan makanan alami dan produktivitas kolam, yaitu dengan cara merangsang pertumbuhan makanan alami sebanyak-banyaknya.Pupuk yang biasa dipakai yaitu pupuk sangkar atau pupuk hijau dengan takaran 50-700 gram/m.
Setelah 3-5 hari masukkan air setinggi 5 – 10 cm, kemudian endapkan selama 1 minggu.
Setelah 1 ahad tambahkan air menjadi 30 cm dan selanjutnya masukkan pupuk organik cair ke dalamnya Biarkan selama 3 hari.Setelah itu kolam siap di masukkan benih ikan.
   b) Pemberian Pakan
     Pakan yang diberikan yaitu pelet dan sanggup ditambahkan makanan alami lainnya ibarat kerang, keong emas,bekicot, ikan sisa, sisa dapur dan lain-lain. Makanan alami yang diperoleh dari lingkungan selain mengandung protein tinggi juga menghemat biaya pemeliharaan.Pemberian makan dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore).
   c) Salah satu hambatan dan dilema kebijaksanaan daya ikan patin adalah hama dan penyakit.      Pada pembesaran ikan patin di jaring terapung dan kolam hama yang mungkin menyerang antara lain lingsang, kura-kura, biawak, ular air, dan burung. 
     Cegah terusan masuk hama tersebut ke kolam atau dengan memasang lampu penerangan si sekitar kolam. Hama tersebut biasanya enggan masuk bila ada sinar lampu.      
     Penyakit ikan patin ada yang disebabkan infeksi dan non-infeksi. Penyakit non-infeksi yaitu penyakit yang timbul akibatadanya gangguan faktor yang bukan patogen. Penyakit non-infeksi ini tidak menular. Sedangkan penyakit akhir infeksi biasanya timbul lantaran gangguan organisme patogen.

   6.   Pemanenan
     Pemasaran Ikan Patin dalam bentuk segar dan hidup lebih diminati oleh konsumen, lantaran itu diusahakan menjual dalam bentuk ini.Sebaiknya penangkapan ikan dengan kere dan dimulai dari belahan hilir kemudian bergerak kebagian hulu.Apabila Ikan terdorong maka akan terpojok pada belahan hulu. Pemanenan ibarat ini menguntungkan lantaran ikan tetap segar dan banyaknya simpulan hidup ikan sanggup dihindari.Sebaiknya penangkapan ikan patin tidak memakai jala apung lantaran akan mengakibatkan ikan mengalami luka-luka dan banyak yang mati.
Sumber http://equatornusantara.blogspot.com

Mari berteman dengan saya

Follow my Instagram _yudha58

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Budidaya Ikan Patin"

Posting Komentar