Arang kompos bioaktif (Arkoba) yaitu gabungan arang dan kompos hasil proses pengomposan dengan proteksi mikroba lignoselulotik yang tetap hidup di dalam kompos. Mikroba tersebut mempunyai kemampuan sebagai biofungisida, yaitu melindungi tumbuhan dari serangan penyakit akar sehingga disebut bioaktif.
Keunggulan lain dari Arkoba yaitu sebagai agent pembangun kesuburan tanah, lantaran arang yang menyatu dalam kompos bisa meningkatkan pH tanah sekaligus memperbaiki sirkulasi air dan udara di dalam tanah
Penambahan arkoba pada media tumbuh, sanggup meningkatkan porositas dan kesuburan, gembur dan subur, jumlah bulu akar sehingga pertumbuhan tumbuhan akan lebih baik dan sempurna.
Arkoba dibentuk dalam rangka optimalisasi dan pemanfaatan limbah industri perkayuan terutama serbuk gergaji. Akan tetapi arkoba juga sanggup dimanfaatkan untuk pengolahan limbah organik lainnya, baik yang berasal dari sampah rumah tangga, pertanian, perkebunan atau sampah kota
Arang kompos bila dicampurkan pada tanah akan memperbaiki kondisi fisik, kimia dan biologi tanah serta sistim perakaran tanaman. Hal ini disebabkan lantaran arkoba sanggup menambah ketersediaan unsur hara tanah, meningkatkan pH dan nilai KTK tanah. Arkoba mempunyai sifat yang lebih baik dari kompos biasa lantaran keberadaan arang yang menyatu dalam kompos.
Morfologi arang yang mempunyai pori sangat efektif untuk mengikat dan menyimpan hara. Hara tersebut dilepaskan secara perlahan sesuai dengan konsumsi dan kebutuhan tumbuhan (efek slow release). Karena itu hara tersebut tidak gampang tercuci, sehingga lahan akan selalu berada dalam kondisi siap pakai.
Diketahui bahwa keberadaan arang dalam arkoba menawarkan imbas yang faktual terhadap pertambahan tinggi maupun batang anakan. Hal ini disebabkan lantaran arang mempunyai beberapa kelebihan antara lain: mempunyai pori-pori yang sanggup menyerap dan menyimpan air serta unsur hara
ARANG SEBAGAI PEMBANGUN KESUBURAN TANAH
Arang bukan pupuk, walaupun pada arang terkandung beberapa unsur makro dan mikro element tetapi dalam jumlah yang sangat kecil. Arang mempunyai pori pada permukaannya, sehingga kalau arang dipakai sebagai gabungan media tanam sanggup memperbaiki sirkulasi air dan udara di dalam tanah. Selain itu arang sanggup meningkatkan pH tanah sehingga kondisi ini akan menawarkan ruang bagi perkembangan mikroba tanah yang berfungsi dalam penyediaan unsur hara dalam tanah yang nantinya akan di serap tanaman.
Oleh lantaran itu arang disebut sebagai pembangun kesuburan tanah. Beberapa hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa penambhan arang pada media tumbuh sanggup meningkatkan pertumbuhan spora ekto dan endo mikoriza pada tanaman. Sehingga sanggup mempercepat pertumbuhan tumbuhan baik di persemaian maupun di lahan.
Komposisi arang umumnya terdiri dari air, volatile matter tar dan cuka kayu, abu, dan karbon terikat. Komposisi tersebut tergantung dari jenis materi baku, dan metode pengarangan, namun tetap mempunyai keunggulan komparatif pada setiap penggunaan. Misalnya pada pertanian kesemua unsur sangat diperlukan, namun di bidang industri kandungan air diharapkan seminimal mungkin
Kandungan hara yang terdapat pada arang serbuk gergaji bergantung kepada materi baku serbuk gergaji. Secara umum arang yang dihasilkan dari serbuk gergaji gabungan mempunyai kandungan hara N berkisar antara 0,3 hingga 0,6 %; kandungan P total dan P tersedia berkisar antara 200 hingga 500 ppm dan 30 hingga 70 ppm ; kandungan hara K berkisar antara 0,9 hingga 3 meq/100 gram; kandungan hara Ca berkisar antara 1 hingga 15 meq/100 gram; dan kandungan hara Mg berkisar antara 0,9 hingga 12 meq/100 gram
Dalam siklusnya, nitrogen organik di dalam tanah mengalami mineralisasi dan materi mineral yang terbentuk mengalami imobilisasi. Sebagian N terangkut, sebagian kembali sebagai residu tanaman, hilang ke atmosfer dan kembali lagi. N yang hilang sanggup melalui pembersihan tapi akan bertambah lagi melalui pemupukan
Nitrogen yang diikat biasanya dalam bentuk amonia. Amonia diperoleh dari hasil penguraian jaringan yang mati oleh bakteri. Amonia ini akan dinitrifikasi oleh basil nitrit, yaitu Nitrosomonas dan Nitrosococcus sehingga menghasilkan nitrat yang akan diserap oleh akar tumbuhan. Selanjutnya oleh basil denitrifikan, nitrat diubah menjadi amonia kembali, dan amonia diubah menjadi nitrogen yang dilepaskan ke udara. Dengan cara ini siklus nitrogen akan berulang dalam ekosistem.
Umumnya unsur P dalam tanah berasal dari materi organik, pupuk buatan dan mineral di dalam tanah. Fosfor paling gampang diserap oleh tumbuhan pada pH sekitar 6-7 .
Dalam siklus posfor, kadar P-larutan merupakan hasil keseimbangan antara suplai dari pelapukan mineral P, pelarutan (solubilitas) P-terfiksasi dan mineralisasi P-organik. Menurut Leiwakabessy (1988) di dalam tanah terdapat dua jenis posfor yaitu posfor organik dan posfor anorganik. Bentuk P organik biasanya terdapat dilapisan atas yang lebih kaya akan materi organik. Kadar P organik dalam materi organik kurang lebih sama kadarnya dengan yang terdapat pada dalam tumbuhan yaitu 0,2 – 0,5 %.
Tanah-tanah bau tanah di Indonesia ( Podsolik dan Litosol) umumnya berkadar P rendah, sehingga penanaman tanpa memperhatikan suplai P kemungkinan besar akan gagal tanggapan defisiensi P Selain itu kalau kekurangan unsur P, pembelahan sel pada tumbuhan terhambat dan pertumbuhannya kerdil.
Kalium merupakan unsur hara ketiga sesudah nitrogen dan posfor yang diserap oleh tumbuhan dalam bentuk ion K+.. Ketersediaan kalium yang sanggup dipertukarkan dan sanggup diserap tanaman, tergantung penambahan dari luar. Umumnya kalium tanah terbentuk dari pelapukan batuan dan mineral yang mengandung kalium. Melalui proses dekomposisi materi tumbuhan dan jasad renik, kalium akan larut dan kembali ke tanah. Sebagian besar kalium tanah yang larut akan tercuci atau mengalami erosi, dan akan lebih cepat lagi kalau diserap tanaman.
PEMBUATAN ARKOBA
1. Bahan dan peralatan
a. Bahan baku Bahan baku yang dibutuhkan untuk menciptakan arkoba cukup sederhana, dengan memanfaatkan limbah yang ada disekitar kita, antara lain limbah organik rumah tangga, limbah pertanian, menyerupai limbah sayuran, jerami, kulit atau tongkol jagung, kotoran hewan, bahkan sampah organik dari perkotaan juga sanggup dijadikan materi baku. Limbah asal industri yang sanggup dijadikan arkoba antara lain seperti: serbuk gergaji dibentuk arang sebagai pencampur dalam proses pengomposan, limbah penyulingan menyerupai minyak kayu putih dan minyak nilam. Pangkasan pohon dari tumbuhan perkotaan juga sanggup dimanfaatkan sebagai materi baku, gulma dan serasah daun yang ada disekitar perumahan dan perkantoran juga juga baik dimanfaatkan sebagai materi baku.
b Tempat pengomposan
Beberapa daerah atau wadah sanggup dipakai sebagai daerah atau wadah dimana proses pengomposan berlangsung. c. Aktivator
Aktivator berguna untuk mempercepat proses pengomposan dengan materi aktif mikroorganisme. Jenis aktivator yang dipakai diadaptasi dengan jenis materi baku yang akan dikomposkan. Untuk limbah yang sulit hancur (serbuk gergaji, serasah tusam dan serasah mangium) harus memakai aktivator yang mengandung materi aktif khusus mikroorganisme pengurai lignoselulosa diantaranya materi aktiv yang mengandung mikroorganisme Trichoderma pseudokoningii dan Cytophaga sp .
2. PEMBUATAN ARANG
Tungku semikontinyu dirancang khusus untuk menciptakan arang dari serbuk gergaji atau sekam padi. Terbuat dari besi siku 4x5 cm yang ditutup dengan plat seng atau bata merah kemudian diplester, serta dilengkapi dengan cerobong yang terbuat dari drum bekas. Tungku ini terdiri dari 4 penggalan utama, yaitu: bahagian bawah (dasar) daerah pengarangan, bahagian tengah (ram besi) daerah pembakaran, leher cerobong dan cerobong.
Tahapan menciptakan arang
a) Masukkan serpihan kayu sebanyak 5-10 kg sebagai umpan bakar di bahagian pengarangan kemudian biarkan terbakar hingga panas dan membara;
b)·Masukkan serbuk gergaji atau sekam padi ke penggalan pembakaran sebanyak 3 kg (sekitar 35-40 kg) melalui pintu penggalan belakang tungku; · Biarkan hingga membara sambil sesekali diaduk, sehingga serbuk yang terbakar akan jatuh ke penggalan daerah pengarangan;
c) Biarkan terbakar hingga warna menjadi hitam, kemudian ditarik ke penggalan penampungan yang berisi air. Jika masih terlihat warna serbuk yang coklat, aduk hingga semua berkembang menjadi arang;
d) Setiap 30 menit lakukan penambahan materi baku sebanyak 1 karung (10-15 kg);
e) Proses selanjutnya sama , dilakukan berulang-ulang secara kontinyu hingga didapatkan arang sesuai dengan kebutuhan;
f) Biarkan arang terendam sesaat di dalam kolam penampungan, kemudian dikeringkan. Setelah kering arang siap untuk dikemas atau digunakan.
Pengujian mutu dan kualitas arang kompos yang sanggup dilakukan di lapangan yaitu penampakan secara visual berupa perubahan bentuk, warna, serta penyusutan volume. Bentuk berubah ukuran menjadi lebih halus dan hancur, sedangkan warna menjadi coklat kehitaman hingga hitam, sedangkan volume akan menyusut maksimum 20-30 %, serta tidak menawarkan anyir yang menyengat. Selain itu pengujian suhu dan pH arang kompos juga sanggup dilakukan di lapangan. Suhu konstan berkisar antara 25 - 30 oC, sedang pH netral antara 6-7.
Analisis kimia di laboratorium diharapkan sebagai upaya pendukung. untuk mengetahui apakah arang kompos telah sanggup dipakai secara benar perlu diketahui rasio/nisbah C/N, yaitu perbandingan kadar C (carbon) dan kadar N (nitrogen). Arang kompos sanggup dipakai apabila nisbah C/N nya 20, tergantung pada jenis tanaman.
Tanaman sayuran dan bunga biasanya membutuhkan kompos dengan C/N yang rendah (dibawah 20), sedangkan tumbuhan perkebunan, buah-buahan, tumbuhan kehutanan serta tumbuhan keras lainnya sanggup memakai kompos dengan C/N yang berkisar antara 20-30.
PROSES PEMBUATAN ARKOBA
1, Bahan baku yang sudah dicacah ditambah arang sebanyak 10-30 % dari berat volume materi yang akan dikomposkan;
1, Bahan baku yang sudah dicacah ditambah arang sebanyak 10-30 % dari berat volume materi yang akan dikomposkan;
2. Tambahkan aktivator sebanyak 0,5-10 % tergantung jenis materi yang akan dikomposkan, 0.5% (b/b) atau 5 kg dalam 1 ton, untuk materi organik lunak (daun-daunan, jerami, bagas tebu, dan lain-lain); 1.25% (b/b) atau 12.5 kg per 1 ton materi baku, untuk materi organik berkayu ( TKKS, sisa pangkasan the/ranting pohon dan sebagainya). Penggunaan aktivator 10 % diperuntukkan bagi materi baku yang sulit hancur atau terurai menyerupai serbuk gergaji.
3. Aduk gabungan hingga rata; kemudian tambahkan air hingga kondisi kadar air gabungan materi berkisar antara 20%-30 %;
4. Masukkan ke dalam bak-bak pengomposan yang dipilih sesuai dengan keinginan, kemudian ditutup dengan plastik hitam ;
5 Khusus untuk materi yang sulit hancur menyerupai limbah kehutanan, sebaiknya pada ahad ke dua, ke tiga dan ke empat dibalik dan di aduk ulang hingga tercampur rata, apabila kondisi materi agak kering sanggup ditambahkan air secukupnya;
6 Proses berjalan dengan tepat apabila pada ahad pertama dan ke dua suhu meningkat hingga mencapai 55 o C - 60 oC, kemudian menurun pada minggu-minggu berikutnya. Apabila kondisi suhu sudah stabil berarti proses pengomposan sudah final dan kompos sanggup dibongkar;
7 Proses pengomposan berlangsung antara 2 ahad hingga 10 ahad tergantung materi baku yang digunakan. Limbah sayuran/dedaunan segar pengomposan berlangsung selama 2 minggu, pengomposan serasah dedaunan kering berlangsung selama 1 bulan, sedangkan serbuk gergaji selama 2-3 bulan;
8 Secara visual kompos yang sudah matang akan mengalami perubahan warna, sedangkan indikator kompos yang siap pakai yaitu mempunyai nisbah C/N di bawah atau sama dengan 20;
9 Untuk menambah daya tarik penampilan, kompos digiling hingga halus kemudian dikemas kemudian disimpan ditempat yang kering dan teduh;
10 Arang kompos siap dipakai atau dipasarkan.
Dari beberapa aplikasi arang kompos yang telah diuji cobakan, baik di laboratorium, maupun di lapangan memperlihatkan bahwa pertumbuhan tumbuhan yang diberi arang kompos bioaktif meningkat hingga 2 kali lipat dibanding dengan yang tidak diberi arang kompos.
Beberapa aplikasi arkoba yang telah diuji cobakan antara lain
a). Aplikasi arang kompos bioaktif pada tumbuhan pak choi, brokoli, dan wortel memperlihatkan bahwa hasil dalam satuan luas 400 m persegi, produksi meningkat 1, 5 kwintal, kalau dibandingkan dengan pupuk yang yang biasa dipakai oleh petani menyerupai pupuk bokasi, selain itu juga mengurangi penggunaan pupuk kimia sebesar 40 %
b) Arang kompos bio aktif difokuskan untuk memacu produktivitas daun murbei untuk budidaya ulat sutera. Selain itu juga diaplikasikan pada budidaya nilam, pepaya, dan tumbuhan Melaleuca bracteata. Hasil yang diperoleh sangat meyakinkan, lantaran hanya dengan memberi arang kompos bioaktif 0,5 kg/rumpun pada tumbuhan murbei yang berumur sekitar 10 bulan, meningkatkan jumlah daun murbei sebesar lima kali lipat, selain meningkatkan kualitas benang sutera yang dihasilkan.
c). Pemanfaatan Arang kompos bioaktif pada tumbuhan Kol memperlihatkan hasil yang sangat baik. Hal ini ditunjukkan dengan produksi Kol yang lebih besar dan lebih padat dengan kisaran berat 3-5 kg/buah. Padahal biasanya maksimum hanya 2kg/buah.
d). Penggunaan arang kompos bioaktif sebagai gabungan media tumbuhan hias (bunga ros/mawar dan algebra) sangat bagus. Efek yang ditunjukkan yaitu selain warna bunga dan daun lebih cerah dan tajam, juga lebih tahan (tidak gampang gugur), bahkan kalau dibiarkan kelopak bunga sama sekali tidak rontok hingga kering
Mari berteman dengan saya
Follow my Instagram _yudha58
0 Response to "Arang Kompos Bioaktif"
Posting Komentar