Kisah Rezi Yang Gemar Menaklukkan Matematika&Nbsp;&Nbsp;

math rezi-01.jpg

Tak sedikit anak yang mengakui bahwa pelajaran matematika bagaikan momok di sekolah. Guru-guru matematika pun sering dianggap killer dan tak bisa bersahabat. Maka, masuk akal jikalau pada alhasil banyak siswa yang tak menyukai pelajaran berhitung. Saat klarifikasi bahan di kelas pun, mereka cenderung mengantuk dan mengeluh ketika harus menuntaskan soal. Namun, di balik fakta-fakta tersebut, sosok Rezi justru sangat menggemari pelajaran ini semenjak usia dini. Kini, ia akan menyebarkan ceritanya biar para orang bau tanah sanggup membantu anak untuk turut menyukai Matematika. 

"Ketika SD, saya melihat pelajaran matematika justru jadi yang paling menyenangkan dibandingkan yang lain, itu pelajaran terbaik," ucap Rezi. Menurutnya, berguru berhitung itu tidak butuh menghapal menyerupai mempelajari IPA dan IPS terpadu. Satu hal yang diperlukan hanya latihan setiap hari, hingga terbiasa dengan memasukkan rumus pada soal.

Namun, tentu saja ketika berlatih sebaiknya ditemani dengan orang bau tanah di rumah. Sebagaimana yang Ibunya lakukan pada Rezi semenjak kecil. Perempuan kelahiran 19 Januari 1994 ini mengaku bahagia berdiskusi dengan orang tua, khususnya ketika sedang kesulitan mengerjakan PR. "Ibu memang tidak terlalu hebat matematika, tapi bagi saya ia cukup menguasai dan memang lebih nyaman dongeng kesulitan ke orang bau tanah sendiri daripada guru," tuturnya.

Justru menurut pengalamannya, guru matematika di sekolah gotong royong galak. Akan tetapi berkat berguru bersama Ibu, Rezi jadi lebih gampang menyerap pelajaran. Lalu, ia pun teringat dengan bencana ketika duduk di kelas XI SMA. "Waktu itu usai ujian matematika, teman-teman sekelas mengalami ujian remedial sampai 2-3 kali. Lalu, guru bertanya kenapa saya bisa lulus, saya hanya tersenyum," ujarnya.

Namun di lain kesempatan, ia juga pernah dicurigai alasannya yakni selalu menang lomba. Orang lain mengira ia diberi tanggapan oleh Ibunya. Bahkan, pernah suatu waktu secara tak sengaja Ibunya menjadi penanggung jawab lomba matematika antarsekolah dan Rezi yang menjadi peserta. "Saat perlombaan, Ibu hingga tidak mau menegur saya seharian supaya meyakinkan mereka yang berpikiran negatif kalau kami fair," ceritanya.

Selain berguru bersama Ibu, Rezi juga tetap mengikuti les privat matematika dan IPA demi mengejar cita-citanya berkuliah di jurusan Pendidikan Matematika untuk menjadi seorang guru. Namun, alasannya yakni ia menerima penawaran mendaftar UI melalui jalur SNMPTN terlebih dahulu, maka anak kedua dari 3 bersaudara ini pun tetapkan mengambil jurusan Matematika murni. "Sempat galau antara pendidikan matematika dan matematika murni, tapi sesudah diskusi dengan guru dan teman-teman, saya jadi malah sanggup tumpuan baru. Guru saya bilang, kalau lulusan Matematika murni justru bisa menjadi dosen, dan itu yang menciptakan saya tertarik," paparnya.

Maka semenjak 2011-2015, ia pun resmi menjadi mahasiswa UI jurusan Matematika. Di luar ekspektasi, gugusan mata kuliah yang harus diikutinya ternyata tak menyerupai yang dibayangkan. "Pada semester awal, memang masih ada hitung-hitungan, tapi semakin ke tingkat-tingkat berikutnya justru sama sekali tidak ada angka, semuanya tulisan," jelasnya. Semua variabel yang dipakai hanyalah X dan Y. Ternyata, pembahasan Matematika di jenjang sekolah tinggi tinggi lebih mengarah pada pembuktian dan pengaplikasian teorema.  

Menurut Rezi, waktu di sekolah ia hanya diberikan rumus oleh guru untuk menuntaskan soal. Namun, di dingklik perkuliahan justru diminta untuk mencari pembuktiannya. Sebagai mahasiswa jurusan Matematika, ia harus tahu alasan mengapa rumus tertentu diakui hingga tingkat internasional. Walau sempat merasa kebingungan di awal, namun Rezi merasa lebih terbuka pemikirannya perihal Matematika yang tidak hanya berujung pada corat-coret kertas. Ia menganggap pengaplikasian di dunia aktual justru semakin terlihat, contohnya di dunia medis, aktuaria, bahkan jasa asuransi. 

Lalu, soft skill apa yang paling ia rasakan sesudah lulus dari jurusan Matematika? Jawabannya yakni perihal teladan pikir yang terstruktur. Sebab, ketika ingin mengambarkan teorema Rezi terbiasa mengumpulkan data dan mengolahnya hingga bisa menjadi hasil yang sanggup terbaca. Tentu saja, kemampuan menyerupai ini terus terbawa hingga ia memasuki dunia kerja. 

Wah, menarik sekali perjalanan Rezi berguru Matematika. Nah, ia juga punya pesan biar orang bau tanah bisa menciptakan anaknya erat dengan pelajaran berhitung. "Mulai dari menyelipkan matematika ketika bermain atau mendongeng. Orang bau tanah juga jangan pernah menakuti anak dengan PR Matematika atau bilang kalau guru mereka menakutkan. Itu hanya akan menciptakan anak semakin tidak nyaman dengan pelajaran berhitung," pungkasnya.

Selain cara tersebut, tentu saja orang bau tanah bisa mulai beralih melalui dunia digital. Sebab belakangan ini sudah banyak bermunculan aplikasi berguru yang bisa menciptakan anak semakin bahagia memahami Matematika. Salah satu aplikasinya adalah ruangbelajar yang memuat ribuan video berguru beranimasi sehingga #BelajarJadiLuarBiasa!

ruangbelajar

Mari berteman dengan saya

Follow my Instagram _yudha58

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kisah Rezi Yang Gemar Menaklukkan Matematika&Nbsp;&Nbsp;"

Posting Komentar