Sektor pertanian menjadi salah satu sektor penting dalam mendorong perkembangan ekonomi Indonesia. Oleh karenanya sektor pertanian harus sanggup memacu diri untuk meningkatkan hasilnya.
Pemanfaatan limbah disekitar lingkungan kita setidaknya menjadi alternatif dalam peningkatan produksi pertanian. Limbah kardus misalnya, banyaknya sumber materi baku kardus menjadi salah satu media dalam melaksanakan budidaya jamur merang.
Selama ini budidaya jamur merang memakai jerami, limbah kapas, ampas aren dll.
Jamur sanggup tumbuh pada media limbah alasannya yaitu jamur bisa mendegradasi limbah organik. Dengan kemampuan tersebut, jamur sanggup dimanfaatkan untuk menambah nilai guna limbah.
Jamur dalam bahasa Inggris disebut mushroom termasuk dalam golongan fungi atau cendawan. Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil dan termasuk ordo Agaricales dan kelas Basidiomycetes.
Kehidupan jamur berawal dari spora (basidiospora) yang lalu akan berkecambah membentuk hifa yang berupa benang-benang halus. Hifa ini akan tumbuh keseluruh bab media tumbuh. Kemudian dari kumpulan hifa atau miselium akan terbentuk gumpalan kecil menyerupai simpul benang yang pertanda bahwa badan buah jamur mulai terbentuk. Simpul tersebut berbentuk bulat atau lonjong dan dikenal dengan stadia jarum (pinhead) atau primordia. Simpul ini akan membesar dan disebut stadia kancing kecil (small button). Selanjutnya stadia kancing kecil akan terus membersar menjadi stadia kancing (button) dan stadia telur (egg). Pada stadia ini tangkai dan tudung yang tadinya tertutup selubung universal akan membesar. Selubung tercabik, lalu diikuti stadia perpanjangan (elongation). Cawan (volva) pada stadia ini terpisah dengan tudung (pileus) alasannya yaitu perpanjangan tangkai (stalk). Stadia terakhir yaitu stadia cukup umur badan buah
Di Indonesia ada beberapa jenis jamur yang telah dikenal umum dan dibudidayakan antara lain jamur merang (Volvariella Volvaceae), jamur kancing (Agaricus bisporus), jamur kuping (Auricularia auricula), dan jamur shiitake (Lentinus edodes). Kini sudah ada beberapa petani yang membudidayakan jenis jamur lainnya menyerupai Inokitake/Taoge (Flamulina velutives), maitake (Grifola frondosa), dan jamur Ling zhi (Ganoderma lucidum). Dan dalam kesempatan kali ini saya akan mencoba membahas soal jamur merang.
Jamur Merang (Volvariella Volvaceae)
Morfologi. Tudung mempunya diameter 5-14 cm dengan bentuk bulat telur yang lalu menggenta atau cembung dan pada jamur yang sangat renta kadang kala mendekati rata; permukaan kering, warna cokelat hingga cokelat keabu-abuan, kadang kala bergaris-garis. Bilah rapat-rapat, bebas, lebar, putih dikala masih muda dan menjadi merah jambu kalau spora menjadi dewasa. Tangkai dengan panjang 3-8 cm, diameter 5-9 mm, biasanya menjadi gemuk pada bab dasar, licin, putih, kuat. Cadar umumnya berupa membran. Membentuk volva menyerupai mangkuk tebal yang terdapat pada dasar tangkai; volva berwarna putih kekuningan atau cokelat kotor, seringkali bercuping.
Habitat. Di alam, jamur merang banyak dijumpai hidup bergerombol pada jerami padi, sagu, serbuk gergaji, dan tandan kosong kelapa sawit.
Jamur merang biasanya ditanam di media jerami, limbah kapas, ampas aren, eceng gondok, daun pisang kering, ampas tebu dan lain-lain.
Pemanfaatan limbah disekitar lingkungan kita setidaknya menjadi alternatif dalam peningkatan produksi pertanian. Limbah kardus misalnya, banyaknya sumber materi baku kardus menjadi salah satu media dalam melaksanakan budidaya jamur merang.
Selama ini budidaya jamur merang memakai jerami, limbah kapas, ampas aren dll.
Jamur sanggup tumbuh pada media limbah alasannya yaitu jamur bisa mendegradasi limbah organik. Dengan kemampuan tersebut, jamur sanggup dimanfaatkan untuk menambah nilai guna limbah.
Jamur dalam bahasa Inggris disebut mushroom termasuk dalam golongan fungi atau cendawan. Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil dan termasuk ordo Agaricales dan kelas Basidiomycetes.
Kehidupan jamur berawal dari spora (basidiospora) yang lalu akan berkecambah membentuk hifa yang berupa benang-benang halus. Hifa ini akan tumbuh keseluruh bab media tumbuh. Kemudian dari kumpulan hifa atau miselium akan terbentuk gumpalan kecil menyerupai simpul benang yang pertanda bahwa badan buah jamur mulai terbentuk. Simpul tersebut berbentuk bulat atau lonjong dan dikenal dengan stadia jarum (pinhead) atau primordia. Simpul ini akan membesar dan disebut stadia kancing kecil (small button). Selanjutnya stadia kancing kecil akan terus membersar menjadi stadia kancing (button) dan stadia telur (egg). Pada stadia ini tangkai dan tudung yang tadinya tertutup selubung universal akan membesar. Selubung tercabik, lalu diikuti stadia perpanjangan (elongation). Cawan (volva) pada stadia ini terpisah dengan tudung (pileus) alasannya yaitu perpanjangan tangkai (stalk). Stadia terakhir yaitu stadia cukup umur badan buah
Di Indonesia ada beberapa jenis jamur yang telah dikenal umum dan dibudidayakan antara lain jamur merang (Volvariella Volvaceae), jamur kancing (Agaricus bisporus), jamur kuping (Auricularia auricula), dan jamur shiitake (Lentinus edodes). Kini sudah ada beberapa petani yang membudidayakan jenis jamur lainnya menyerupai Inokitake/Taoge (Flamulina velutives), maitake (Grifola frondosa), dan jamur Ling zhi (Ganoderma lucidum). Dan dalam kesempatan kali ini saya akan mencoba membahas soal jamur merang.
Jamur Merang (Volvariella Volvaceae)
Morfologi. Tudung mempunya diameter 5-14 cm dengan bentuk bulat telur yang lalu menggenta atau cembung dan pada jamur yang sangat renta kadang kala mendekati rata; permukaan kering, warna cokelat hingga cokelat keabu-abuan, kadang kala bergaris-garis. Bilah rapat-rapat, bebas, lebar, putih dikala masih muda dan menjadi merah jambu kalau spora menjadi dewasa. Tangkai dengan panjang 3-8 cm, diameter 5-9 mm, biasanya menjadi gemuk pada bab dasar, licin, putih, kuat. Cadar umumnya berupa membran. Membentuk volva menyerupai mangkuk tebal yang terdapat pada dasar tangkai; volva berwarna putih kekuningan atau cokelat kotor, seringkali bercuping.
Habitat. Di alam, jamur merang banyak dijumpai hidup bergerombol pada jerami padi, sagu, serbuk gergaji, dan tandan kosong kelapa sawit.
Jamur merang biasanya ditanam di media jerami, limbah kapas, ampas aren, eceng gondok, daun pisang kering, ampas tebu dan lain-lain.
Media tersebut diatas tidak semuanya gampang didapatkan didaerah terutama perkotaan. Karena faktor kesulitan memperoleh media tersebut diatas maka diharapkan alternatif dalam mencari media pengganti.
Kardus merupakan alternatif media budidaya jamur merang selain media yang selama ini biasa dilakukan dalam budidaya jamur merang. Kardus bekas merupakan salah satu pilihan media tumbuh jamur alasannya yaitu intinya kardus terbuat dari kayu. Selain itu, kardus bekas juga gampang didapat dan mempunyai kualitas produksi jamur merang yang cantik kalau diolah dengan benar.
Keunggulan budidaya jamur merang media kardus antara lain;
Kardus merupakan alternatif media budidaya jamur merang selain media yang selama ini biasa dilakukan dalam budidaya jamur merang. Kardus bekas merupakan salah satu pilihan media tumbuh jamur alasannya yaitu intinya kardus terbuat dari kayu. Selain itu, kardus bekas juga gampang didapat dan mempunyai kualitas produksi jamur merang yang cantik kalau diolah dengan benar.
Keunggulan budidaya jamur merang media kardus antara lain;
- Cara pengolahannya sederhana.
- Tanpa melaksanakan pasteurisasi pertumbuhan jamur cukup baik, berbeda dengan jamur merang media media jerami, limbah kapas, ampas aren, eceng gondok, daun pisang kering, ampas tebu dan lain-lain yang memerlukan proses pasteurisasi.
- Tidak menjadikan bau.
- Jamur lebih kenyal, putih, wangi dan besar.
- Modal relatif murah.
Demikian Sekilas klarifikasi Budidaya Jamur Merang Media Kardus, bagaimana cara budidaya dan teknik pembudidayaan dalam artikel ini juga saya lampirkan modul budidaya jamur merang media kardus.
Mari berteman dengan saya
Follow my Instagram _yudha58
0 Response to "Budidaya Jamur Merang Media Kardus"
Posting Komentar