Artikel ini membahas perihal sejarah lahirnya revolusi EDSA, sebuah gerakan yang dinamakan people power di Filipina. Diceritahan juga bagaimana jatuhnya rezim pemerintahan Ferdinand Marcos.
--
Hari itu, 21 Agustus 1983 sempurna di bandara Filipina, seorang politisi dan senator turun dari pesawatnya. Dia yaitu Benigno “Ninoy” Aquino, Jr, sang senator pro demokrasi yang telah kembali dari pengobatan penyakit jantungnya selama 3 tahun di Amerika Serikat. Tentu saja ini kabar yang menyenangkan bagi masyarakat Filipina, khususnya keluarga Benigno.
Namun, belum sempat ia berjumpa dengan keluarga apalagi para pendukungnya, Benigno harus tergeletak tak berdaya akhir sebuah selongsong peluru tajam yang sempurna mendarat di kepalanya. Benigno Aquino resmi dinyatakan tewas. Suasanya penyambutan berkembang menjadi haru. Publik Filipina kehilangan sosok p0juang demokrasi mereka.
Benigno Aquino Jr, Senator pro demokrasi Filipina. Sumber: findagrave.com
Kecintaan masyarakat Filipina terhadap Benigno terlihat dari bagaimana mereka mengiringi jasad Benigno hingga ke pemakanan. Sedikitnya dua juta insan hadir dalam pemakaman sang senator pro demokrasi. Masyarakat yang hadir terus meneriaki slogan ‘Justice for Aquino, Justice for All’.
Benigno dikenal sebagai sosok yang tegas, berani, dan konsisten dalam mengkritik serta mengecam kediktatoran Presiden Ferdinand Marcos. Setelah maut Benigno, masyarakat Filipina mulai murka kepada pemerintahan Ferdinand Marcos, alasannya yaitu dari aneka macam bukti yang ditemukan, Presiden Marcos lah dalang dibalik pembunuhan Benigno Aquino.
Siapa bahwasanya Ferdinand Marcos ini? Kenapa ia begitu dibenci oleh masyarakat Filipina? Memangnya apa yang telah ia perbuat selama pemerintahannya berkuasa?
Ferdinand Edralin Marcos, Presiden ke 10 Filipina. Sumber: philstar.com
Ferdinand Edralin Marcos yaitu presiden ke sepuluh Filipina dan sebagai presiden pertama yang terpilih menjabat selama dua periode berturut-turut. Ia mengawali karirnya sebagai presiden Filipina yaitu pada 30 Desember 1965. Tidak ada hal yang jelek pada periode pertama kepemimpinannya sebagai presiden. Mulai tumbuh pembangunan infrastruktur, kebijakan-kebijakan luar negeri yang aman, dan juga keuangan pemerintahan yang cukup stabil.
Karena pencapaian yang cukup baik dalam masa kepemimpinan periode pertama, kesannya pada pemilihan umum selanjutnya Ferdinand Marcos kembali terpilih menjadi Presiden Filipina. Marcos mulai memimpin untuk yang kedua kalinya. Namun dengan terpilihnya Marcos kembali, justru membawa pengaruh jelek bagi rakyat Filipina.
Kemenangan Marcos di pemilu tahun 1969 ternyata tidak lepas dari perilaku-perilaku curang. Pemilu yang digelar dinilai terlalu banyak memakan anggaran, alasannya yaitu Marcos melaksanakan kecurangan dengan membeli suara. Bukan cuma itu, tindakannya yang dinilai melaksanakan penyalahgunaan wewenang dalam keuangan negara, mengakibatkan Filipina terdampak inflasi dan devaluasi yang tinggi.
Mulailah Presiden Marcos mendapat kritik keras dari aneka macam aktivis. Karena selain melaksanakan kecurangan ketika pemilu, pemerintahan Marcos dinilai melaksanakan korupsi, nepotisme, dan juga suap. Nah mulai dari situ lah Squad kepercayaan masyarakat berkurang. Kondisi masyarakat dan pemerintahan mulai tidak menentu.
Karena keadaan tersebut, pada tahun 1972 Marcos mengumumkan Hukum Darurat Militer. Nah di sinilah Squad, titik awal munculnya bibit gerakan people power atau revolusi EDSA (Epifano de los Santos Avenue, sebuah jalan di Metro Manila). Revolusi EDSA merupakan gerakan demonstrasi yang dilakukan secara hening oleh jutaan masyarakat Filipina dalam menumbangkan rezim Ferdinand Marcos. Tidak ada kerusuhan dalam revolusi EDSA, massa melaksanakan dengan ceria dan begitu bergelora.
Munculnya revolusi EDSA merupakan respon atas diberlakukannya Hukum Darurat Militer yang mengakibatkan hak berekspresi dan juga beropini menjadi terbatas. Media massa dilarang ada satupun yang mengkritik, jikalau tertangkap lembap eksklusif deh ditutup oleh pemerintah. Pokoknya semua harus sesuai dengan apa yang diinginankan Marcos, siapapun yang menentang, eksklusif deh ditangkep dan dipenjara. Hmm kaya jamannya siapa coba kalau di Indonesia?
Baca juga: Sejarah Runtuhnya Vietnam Selatan dan Bersatunya Vietnam
Selama Sembilan tahun Hukum Darurat Militer tersebut berlaku, banyak masyarakat yang terus menderita. Hingga pada ketika kepulangan Benigno Aquino ke Filipina, masyarakat mempunyai secercah harapan. Namun, impian itu hancur dan berkembang menjadi kemarahan sehabis Benigno dibunuh oleh pemerintahan Marcos.
Aksi demonstrasi di sepanjang jalan EDSA terus dilakukan bahkan ketika proses pemakaman Benigno. Setelah pemakaman, demonstrasi terus dilakukan secara besar-besaran menentang Presiden Marcos. Kemudian, ketika agresi besar-besaran muncullah nama Corazon Aquino yang siap menjadi oposisi. Corazon terus mengecam dan menuntut keadilan atas penculikan dan pembunuhan terhadap politisi-politisi oposisi. Seorang perempuan pemberani ini yaitu istri dari mendiang Benigno Aquino.
Corazon Aquino, istri Benigno Aquino sekaligus penantang politik Ferdinand Marcos. Sumber: britannica.com
Situasi terus memburuk, masyarakat terus mengecam tindakan-tindakan Presiden Marcos, serta menuntut keadilan bagi orang-orang yang ditahan dan dibunuh. Karena kondisi itu, Marcos tetapkan untuk mengadakan pemilihan presiden pada Februari 1986. Kali ini yang dihadapi oleh Marcos yaitu Corazon, seorang perempuan pemberani yang didukung oleh banyak pihak.
Lalu siapakah pemenangnya? Jawabannya yaitu Ferdinand Marcos, ia kembali memenangkan pemilihan presiden. Akan tetapi, ada yang janggal dalam kemenangannya nih Squad. Marcos telah mengganti 30 anggota KPU dengan orang-orang suruhannya pada ketika proses penghitungan suara, kemudian ia juga menghilangkan hak pilih sebagian masyarakat, dan yang paling parah lagi hingga membunuh Gubernur Evelio Javier, seorang pendukung atau sekutu utama Corazon Aquino.
Serangkaian kecurangan dan kekejaman yang dilakukan oleh Marcos, menjadikan kemarahan yang besar di masyarakat. Berbagai pihak mulai menyerukan tuntutannya semoga Ferdinand Marcos melepas jabatannya sebagai Presiden.
Corazon Aquino menjadi yang paling vocal menyerukan agresi demonstrasi menuntut turunnya pelepasan jabatan Marcos. Corazon mendapat proteksi dari seorang pastor Gereja katolik Filipina yang berjulukan Kardinal Jaime Sin. Kardinal Sin menyerukan seluruh umatnya untuk mendukung Corazon dengan ikut turun ke jalan EDSA dan membantunya menghentikan kezaliman Presiden Marcos.
Bahkan bukan hanya seorang pastor, Menteri Pertahanan Juan Ponce Enrille, tentara-tentara pemerintahan Marcos, juga Wakil Staf AB Jenderal Fidel Ramos turut mendukung Corazon Aquino. Akhirnya, jutaan orang dalam gerakan people power atau agresi hening tak berdarah itu menjadi salah satu rangkaian revolusi EDSA yang berhasil menurunkan Ferdinand Marcos dari jabatan Presiden Filipina, sempurna pada 25 Februari 1986. Ferdinand kemudian pergi mengungsi bersama keluarga dan sekutunya ke Hawai, Amerika Serikat.
Nah Squad, semenjak ketika itulah kehidupan masyarakat Filipina berubah. Setiap individu dan kelompok kembali mendapat haknya sebagai warga negara yang bebas berekspresi, dan juga berpendapat. Semua perubahan itu berkat gerakan hening people power atau sanggup juga dikatakan sebagai revolusi EDSA. Dan Corazon Aquino menjadi presiden perempuan pertama di Filipina, dengan menggantikan posisi Ferdinand Marcos yang telah dilengserkan.
Gimana Squad? Seru banget ya. Kalau kau ingat, di Indonesia juga pernah mengalami hal dengan masa kekuasaan Ferdinand Marcos, hayoo kau ingat nggak itu pas zamannya presiden siapa? Jangan-jangan kau lupa lagi? Wah kalau gitu kau harus berguru lagi nih, kau sanggup berguru lewat video animasi yang tentunya menarik dan nggak membosankan. Itu semua sanggup kau jalan masuk di ruangbelajar. Jadiii, jangan lupa berlangganan yaa.
Mari berteman dengan saya
Follow my Instagram _yudha58
0 Response to "Sejarah Kelas 12 | Latar Belakang Lahirnya Revolusi Edsa, Gerakan People Power Filipina"
Posting Komentar