Anda mungkin sudah sering mendengar burung yang satu ini. Kisahnya memang tertuang dalam kitab suci, baik Quran maupun Injil.
Akan tetapi, kendati nama burung ini sudah cukup familier di indera pendengaran Anda, boleh jadi tidak demikian dengan visual Anda.
Endemik Tanah Afro-Eurasia
Hal tersebut sangat wajar. Pasalnya, burung hudhud memang bukan merupakan endemik nusantara.
Si anggun ini berasal terutama dari daratan Afrika, meski perseberannya juga kian meluas ke Eropa dan Asia.
Bagaimana pun, ada kemungkinan yang sangat kecil Anda sanggup menemukan burung hudhud di Andalas dan Borneo sisi utara. Biasanya, hudhud berada di area yang terbuka dan lembap.
Karena bukan merupakan satwa asal Indonesia, nama hudhud pun bergotong-royong bukan diambil dari nama Indonesia, melainkan Arab.
Nama ini diberikan sebab suaranya yang kerap melengking dan seolah-olah mengatakan, “huud… huud…”.
Sementara itu, dunia barat menyebutnya sebagai burung hoopoe (noble hoopoe, eurasian hoopoe) dan Upupa epops dalam bahasa Latin.
Eksotis dan Cantik
Boleh dibilang, hudhud merupakan salah satu burung tercantik dan eksotis yang ada di dunia. Hal ini dikarenakan bulunya yang berwarna sangat indah. Paduan warna cinnamon di cuilan dada dan kepala (warnanya lebih terang), serta kombinasi hitam dan putih yang membentuk garis-garis horizontal pada sayap dan ekornya.
Paruh burung ini juga cukup panjang dan kuat. Ditambah lagi, khas utama burung ini terletak pada jambulnya yang berwarna cinnamon terang dengan kombinasi hitam di cuilan ujungnya. Bentuk jambulnya pun cukup unik yakni dengan gaya mohawk yang sempat menjadi tren beberapa waktu kemudian di kalangan manusia. Ukuran burung ini cukup standar.
Pada usia dewasa, burung hudhud sanggup mencapai panjang badan antara 24 hingga 32 cm. Sementara itu, lebar sayapnya berkisar antara 44-48 cm.
Pertahanan Diri yang Unik
Hudhud mempunyai cara sendiri untuk memproteksi diri.
Ketika merasa terancam, burung ini akan membalikkan tubuhnya memunggungi objek yang dianggap ancaman. Tak berhenti di situ, hudhud lantas mengarahkan pantatnya ke objek tersebut dan menyemprotkan kotoran ke wajah (terutama cuilan mata) si objek.
Namun ada kalanya, seni administrasi ini tidak berhasil.
Alternatif lain yang dilakukan hudhud yaitu dengan menyelimuti dirinya sendiri dengan amis yang sangat busuk.
Zat berbau busuk ini dihasilkan dari kelenjar yang berada di erat kloaka. Hudhud akan menggosokkan zat berbau tersebut ke permukaan bulu-bulunya, sehingga mengakibatkan aroma tidak sedap yang cukup kuat.
Gemar Berjemur dan Tidak Membuat Sarang
Siapa bilang hanya insan yang gemar berjemur dan menikmati paparan cahaya matahari mengenai tubuhnya? Burung hudhud rupanya juga mempunyai kesukaan serupa.
Burung ini akan melesakkan dirinya pada permukaan tanah hingga cukup dalam. Sepintas Anda akan melihatnya seolah-olah tengah murka atau berusaha memproteksi diri.
Padahal sesungguhnya, hudhud sedang hening menikmati tubuhnya yang disiram sinar mentari dan menyerap energi.
Tidak ibarat normalnya burung yang menciptakan kandang pada sebuah dahan pohon, hudhud tidak repot-repot mengumpulkan ranting dan mencari sudut yang sempurna di dahan. Alih-alih demikian, burung ini justru mencari lubang-lubang di tebing atau pohon.
Induk betina hudhud pun tetap akan berada di sarang hingga telur-telurnya menetas. Beberapa juga akan menutup sarang sebaik mungkin ketika pergi untuk mencari makan untuk meminimalisasi gangguan predator.
Anak-anak burung ini juga tidak ditinggalkan begitu saja.
Salah satu cara induk memproteksi anak-anaknya yaitu memakai amis busuk ibarat yang dijelaskan sebelumnya. Ditambah dengan paruh yang besar lengan berkuasa dan panjang serta sayap, hudhud akan menyerang penyusup yang berani mengusiknya.
Si anggun ini pun tak jarang mengeluarkan desisan yang mengancam.
Beberapa tahun terakhir, masyarakat sempat digemparkan dengan keberadaan burung yang sanggup bertahan hidup di alam liar selama 10 tahun ini di Australia.
Hmm… Anda pernah melihatnya juga?
Sumber belajarburunghias.blogspot.comMari berteman dengan saya
Follow my Instagram _yudha58
0 Response to "Burung Hud Hud Si Elok Dari Afro Eurasia"
Posting Komentar