Pada artikel sejarah kelas XII ini berisi perihal kiprah bangsa Indonesia dalam perdamaian dunia, menyerupai berpartisipasi dalam banyak sekali organisasi perdamaian.--
“Imagine all the people living life in peace”
Itu yaitu kutipan lagu Imagine dari John Lennon, kau pernah dengar nggak, Squad? Dalam lagu itu, diceritakan setiap orang mengharapkan kedamaian, termasuk Indonesia. Sebagai negara, ternyata kiprah Bangsa Indonesia dalam perdamaian dunia perlu diperhitungkan. Masa sih? Nggak percaya? Coba kita ikuti kisah Indonesia dalam misi-misi perdamaian di bawah ini.
Konferensi Asia Afrika (KAA)Buat Squad yang sudah pernah ke Bandung, niscaya kau pernah melewati jalan Asia Afrika. Itu lho jalan yang ada kutipan ucapannya Pidi Baiq. Bukan, bukan kata-katanya Dilan...
Quote Ayah Pidi Baiq yang ini lho, Squad. Tau ‘kan? (Sumber: ranseltravel.com).
Jalan ini memang populer sama ucapan ayahnya Dilan dan Alun-Alun Bandungnya, Tapi, pernahkah kau tahu kisah di balik nama jalan tersebut? Ternyata, pada tahun 1955, di jalan tersebut terjadi insiden sejarah besar antara Asia dan Afrika.
Gedung Merdeka, Jalan Asia Afrika, Bandung kawasan berlangsungnya KAA. (Sumber: dolandolen.com).
Penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA) diawali dari ide Soekarno yang disampaikan oleh Ali Sastroamidjojo pada Konferensi Colombo. Idenya tiba alasannya yaitu sehabis Perang Dunia II, banyak negara yang masih bersitegang alasannya yaitu adanya Blok Barat dan Blok Timur. Di Konferensi Colombo (Srilanka), pemikiran menciptakan KAA menjadi topipembicaraan utama.
Tindak lanjut dari pembicaraan tersebut yaitu dengan diadakannya Konferensi Bogor. Konferensi ini yang menghasilkan beberapa keputusan, yaitu:
- mengadakan KAA di Bandung pada bulan April 1955.
- Menetapkan kelima negara penerima Konferensi Bogor sebagai negara-negara sponsor.
- Menetapkan 25 negara-negara Asia Afrika yang akan diundang.
Pada tanggal 3 Januari 1955 di Bandung, dibentuklah sebuah panitia yang diketuai oleh Sanusi Hardjadinata, seorang gubernur Jawa Barat. Dari 25 negara yang diundang, Federasi Afrika Tengah menolak untuk hadir alasannya yaitu masih diserang oleh penjajah.
Konferensi Asia Afrika di Bandung berlangsung pada tanggal 18–24 April 1955 dan dihadiri oleh 29 negara dengan 5 negara sebagai sponsor KAA. Agenda dalam Konferensi Asia Afrika ini antara lain membicarakan kerjasama ekonomi, budaya, hak asasi insan dan hak memilih nasib sendiri, duduk perkara bangsa-bangsa yang belum merdeka, perdamaian dunia dan kerjasama internasional, dan deklarasi perihal memajukan perdamaian dunia.
Konferensi ini menghasilkan Basic Paper on Racial Discrimination, Basic Paper on Radio Activity dan Declaration on the Promotion of World Peace and Co-operation. Dokumen Declaration on the Promotion of World Peace and Co-operation inilah yang kemudian dikenal sebagai Dasasila Bandung.
Misi Garuda
Selain ada tokoh-tokoh yang memperjuangkan kemerdekaan NKRI, kau tahu nggak kalau ternyata ada juga tokoh-tokoh yang membantu dalam memperjuangkan kemerdekaan negara lain? Mereka tergabung dalam Kontingen Garuda atau Pasukan Garuda. Pasukan ini terdiri dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang ditugaskan sebagai pasukan perdamaian di negara lain. Ide awal munculnya pasukan ini alasannya yaitu adanya konflik di Timur Tengah pada 26 Juli 1956.
Kalau mau jadi tentara, harus latihan fisik dulu, ya! (Sumber: giphy.com).
Saat itu, Inggris, Prancis, dan Israel melancarkan serangan adonan terhadap Mesir sehingga mengakibatkan perdebatan di antara negara-negara lainnya. Dalam Sidang Umum PBB, Menteri Luar Negeri Kanada, Lester B. Perason, mengusulkan supaya dibuat pemelihara perdamaian di Timur Tengah. Usul ini disetujui dan pada tanggal 5 November 1956 Sekretaris Jenderal PBB membentuk United Nations Emergency Forces (UNEF).
Indonesia pun menyatakan kesediaannya untuk bergabung dalam UNEF. Indonesia telah mengirimkan Misi Garuda I hingga Misi Garuda XXVI-C2. Menurut data Kementerian Luar Negeri pada Senin, 21 Maret 2016, Indonesia menjadi kontributor terbesar ke-10 pasukan pemeliharaan perdamaian PBB dari 124 negara. Saat ini, pemerintah Indonesia telah menugaskan 2.843 personel Tentara Nasional Indonesia dan POLRI yang bertugas di 10 Misi Pemeliharaan Perdamaian PBB.
Kontribusi pasukan Indonesia ke Misi Pemeliharaan PBB merupakan wujud pelaksanaan mandat Konstitusi yang mengamanatkan Indonesia untuk “ikut melakukan ketertiban dunia”. Selain itu, pengiriman pasukan ini sebagai sarana peningkatan kapasitas dan profesionalisme personel Tentara Nasional Indonesia dan POLRI. Kayanya, cocok nih nyanyi “Garuda di Dadaku” bagi Pasukan Garuda ketika bersiap.
Ini dia, Squad, Pasukan Garuda yang turut berperan dalam menjaga perdamaian dunia. (Sumber: militermeter.com).
Deklarasi Djuanda
Squad, coba deh kamu ingat pelajaran geografi perihal bahari teritorial. Ternyata, ketentuan luas bahari teritorial itu berasal dari Indonesia, tepatnya lewat Deklarasi Djuanda. Deklarasi Djuanda dicetuskan oleh Perdana Menteri Djuanda Kartawidjaja pada tanggal 13 Desember 1957.
Deklarasi ini dilatarbelakangi oleh tuntutan pimpinan Departemen Pertahanan Keamanan RI tahun 1956 yang merasa aturan bahari Indonesia ketika itu yang menurut Zeenen Maritieme Kringen Ordonantie (Ordonasi Laut dan Daerah Maritim) tahun 1939 dari Belanda tidak menguntungkan kepentingan wilayah Indonesia. Kebijakan tersebut sanggup menciptakan kapal-kapal abnormal masuk ke wilayah Indonesia dan mengambil sumberdayanya. Rugi dong kita…
Akhirnya, melalui Deklarasi Djuanda dinyatakan bahwa bahari teritorial Indonesia berjarak 12 mil bahari diukur dari garis-garis dasar yang menghubungkan titik terluar dari pulau terluar. Deklarasi Djuanda kemudian dikukuhkan melalui Perpu No. 4 Tahun 1960 dan melahirkan konsep “Wawasan Nusantara”. Agar diakui oleh negara lain, deklarasi ini juga diperjuangkan dalam lembaga internasional melalui Konvensi Hukum Laut atau lebih dikenal dengan UNCLOS (United Nations Convention On The Law of The Sea) yang diadakan oleh PBB.
Deklarasi Djuanda gres sanggup diterima di dunia internasional sehabis ditetapkan dalam Konvensi Hukum Laut PBB yang ke-3 di Montego Bay (Jamaika) pada tahun 1982. Berdasarkan hasil konvensi tersebut Indonesia diakui sebagai negara dengan asas Negara Kepulauan.
Setelah diperjuangkan sekitar 25 tahun, balasannya pada 16 November 1994, disetujui oleh 60 negara, dan dengan demikian aturan bahari Indonesia telah diakui oleh dunia internasional.
Indonesia harus berterimakasih kepada Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja dan Prof. Dr. Hasjim Djalal, yang setia mengikuti banyak sekali konferensi perihal aturan bahari yang dilaksanakan PBB dari tahun 1970-an hingga tahun 1990-an. Berkat mereka, kedaulatan wilayah bahari Indonesia sanggup diakui internasional.
Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja (kiri) dan Prof. Dr. Hasjim Djalal (kanan). (Sumber: en.wikipedia.org dan tokoh.id).
Baca juga: Program Kerja Kabinet Djuanda
Gerakan Nonblok (GNB)
Setelah Perang Dunia II, muncul dua kubu dari dua negara adidaya, Amerika dengan haluan liberal-kapitalis dan Rusia dengan aliran sosialis-komunis. Banyak negara yang tidak ingin tergabung dalam dua aliran ini, balasannya menciptakan Gerakan Nonblok (GNB).
Masih ingat Dasasila Bandung yang sudah kita bahas di atas? Nah, untuk merealisasikan beberapa poin dalam Dasasila Bandung yang menyangkut kesejahteraan suatu negara, pada tanggal 1-6 September 1961 diadakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Beograd, Yugoslavia.
Dalam KTT di Beograd inilah, didirikan GNB, yang diprakarsai oleh lima negara, Indonesia, India, Yugoslavia, Ghana, dan Mesir. Beberapa tujuan dari dibentuknya Gerakan Nonblok antara lain:
- memelihara perdamaian dan keamanan internasional.
- Mengusahakan tercapainya pelucutan senjata secara umum dan menyeluruh dibawah pengawasan internasional efektif.
- Mengusahakan supaya PBB berfungsi secara efektif.
- Mengusahakan terwujudnya tata ekonomi dunia baru.
- Mengusahakan kerjasama di segala bidang dalam rangka menwujudkan pembangunan ekonomi dan sosial.
Tujuan dari GNB juga tercantum dalam Deklarasi Havana tahun 1979, yaitu untuk menjamin kemerdekaan, kedaulatan, integritas teritorial, dan keamanan dari negara-negara nonblok dalam usaha mereka menentang imperialisme, kolonialisme, apartheid, zionisme, rasisme dan segala bentuk intervensi.
Selain sebagai negara penggagas berdirinya GNB, Indonesia mempunyai kiprah yang cukup besar dalam organisasi tersebut, di antaranya:
- sebagai salah satu negara penggagas KAA yang merupakan cikal bakal digagasnya Gerakan Nonblok
- sebagai salah satu negara pengundang pada KTT GNB yang pertama. Hal ini alasannya yaitu Indonesia merupakan salah satu pendiri GNB dan berperan besar dalam mengundang mengajak negara lain untuk bergabung dalam KTT.
- menjadi ketua dan penyelenggara KTT GNB yang ke X yang berlangsung pada 1-7 September 1992 di Jakarta dan Bogor. Indonesia turut pula menjadi perintis dibukanya kembali obrolan utara-selatan, yaitu obrolan yang memperkuat korelasi antara negara berkembang (selatan) terhadap negara maju (utara).
Hingga tahun 2016, KTT GNB telah diadakan sebanyak 17 kali dan mempunyai pada 2012 telah mempunyai 120 negara sebagai anggota.
Negara-negara anggota GNB ketika ini. (Sumber: en.wikipedia.org).
Banyak ‘kan Squad peran Bangsa Indonesia dalam perdamaian dunia? Kita, sebagai generasi muda Indonesia, sebaiknya ikut berperan aktif dalam memelihara perdamaian di dunia. Banyak lho hal yang sanggup kau lakukan. Semoga dengan adanya gerakan-gerakan ini dan pertolongan kamu, dunia sanggup semakin damai, ya. Amin… Nah, buat kau yang tertarik hal ini lewat video, kau sanggup tonton materinya di RuangBelajar.
Mari berteman dengan saya
Follow my Instagram _yudha58
0 Response to "Sejarah Kelas 12 | Tugas Bangsa Indonesia Dalam Perdamaian Dunia"
Posting Komentar