Halo, Squad! Kamu sedang mempersiapkan diri menghadapi seleksi penerimaan di universitas impian? Supaya kau semakin termotivasi mengejar cita-citamu, kali ini kita akan mengulas perjalanan pendidikan dan karier Kak Stephanie (Business Development Manager Ruangguru). Perempuan yang erat disapa Kak Steph ini merupakan alumni dari kampus ternama di Singapura dan sempat bekerja di Jepang. Baru-baru ini ia juga diterima untuk kegiatan pascasarjana di Harvard University, Amerika Serikat. Walaupun begitu, Kak Stephanie tetap ingin terus mengabdikan dirinya untuk pendidikan Indonesia, lho. Wah, bagaimana ceritanya? Simak ya!
Kak Stephanie ketika berdiskusi di Learning Innovation Summit 2018. (Sumber: instagram.com)
Mempelajari banyak hal di National University of Singapore (NUS)
Sebelum menjadi peserta Singapore Scholarship 2010 untuk Bachelor of Social Sciences, National University of Singapore (NUS), Kak Stephanie sempat menjadi mahasiswa di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, lho. Menurutnya, ada beberapa perbedaan antara jurusan Economics di NUS dengan Ilmu Ekonomi di Indonesia yaitu,
- Di NUS mahasiswa sanggup mempelajari Ekonomi selama 3 tahun saja, namun kalau memperpanjang sampai 4 tahun dengan nilai GPA tertentu, akan ada gelar pelengkap yang didapat. Kak Stephanie lulus dengan mendapat gelar tersebut, lho. Hal ini cukup berbeda dengan di Indonesia ya, semakin cepat kau lulus malah akan dianggap semakin baik.
- Beban perkuliahan yang lebih banyak dan sedikit lebih berat. Mahasiswa dituntut untuk fokus, dan berargumen menurut data yang ada. Misalnya sebelum kelas, mahasiswa diberi 3-4 jurnal untuk dipelajari kemudian dituntut untuk mempunyai analytical skill yang berpengaruh dengan mencari celah kesalahan yang mungkin terjadi dari jurnal tersebut.
- Mahasiswa NUS tidak diwajibkan mengerjakan skripsi sebagai kiprah akhir. Melainkan melaksanakan proyek riset berkelompok.
“Kalau di Indonesia, ketika kau ambil Ilmu Ekonomi maka kau akan diwajibkan mengambil mata kuliah lintas jurusan dalam satu fakultas menyerupai Akuntansi. Namun, di NUS, mahasiswa fokus pada jurusan yang dipilih saja. Tapi sanggup ambil modul dari jurusan lain yang dirasa menarik. Misalnya saya ambil modul cosmetics and parfume, yang membahas materi pembuat kosmetik sampai kenapa kosmetik sanggup memberi imbas melembabkan. Modul lain wacana mathematics of game yang kasih tau bahwa ternyata casino memang didesain untuk mempunyai peluang menang yang kecil.” ujar sosok yang menjadi relawan untuk menyediakan kanal air higienis ke Desa Pemenang Timur and Desa Tegal Maja, NTB ini.
Ketika menjadi mahasiswa di NUS, juga tidak ada kisi-kisi untuk ujian. Sehingga mahasiswa benar-benar menganggap ujian dengan sangat serius. Kak Stephanie terbiasa untuk berguru bahkan tidur di perpustakaan. Namun, dibalik hal-hal tersebut banyak manfaat yang didapatkan Kak Stephanie selama kuliah. Di antaranya terbiasa memberikan pendapat dan perundingan dalam bahasa asing.
Dunia kerja di Singapura dan Jepang
Selama berada di Singapura, Kak Stephanie tidak hanya menempuh pendidikan saja, lho. Melainkan juga mengikuti kegiatan magang di dua perusahaan. Pertama yaitu Clearstate, sebuah perusahaan konsultan riset di bidang pasar global kesehatan dan The Indonesian Investment Promotion Centre. Masing-masing dilaksanakan selama tiga bulan.
Selanjutnya, berbekal informasi dari portal karir kampus, ia pun berkesempatan bekerja di perusahaan Jepang yang bergerak pada bidang teknologi informasi. Di kantornya yang berlokasi di Tokyo ini, Kak Stephanie mengawasi kantor cabang yang ada di beberapa negara Asia Pasifik menyerupai Indonesia, Malaysia, Vietnam, dan Filipina. Selain itu, Kak Stephanie berkesempatan menjalin kerjasama dengan satu perusahaan asal AS, tujuannya biar produk kerjasama tersebut sanggup menjadi pemimpin di pasar Asia Pasifik.
Kembali ke Indonesia dan bekerja di Ruangguru
Kak Stephanie ketika mempresentasikan Ruangguru. (Sumber: instagram.com)
Setelah satu setengah tahun bekerja di Tokyo, Kak Stephanie memutuskan kembali ke Indonesia. Perjalanan bisnisnya ke Indonesia pada April 2016 mempertemukannya dengan CPO Ruangguru, Iman Usman. “Aku merasa pekerjaan di Jepang kurang menantang, jadi saya memutuskan untuk mencari kerja lain. Ketika bertemu Iman, saya tertarik dengan Ruangguru lantaran bergerak di bidang pendidikan dan merasa ada potensi untuk berkembang sangat besar, lantaran layanan penyedia pendidikan menurut teknologi masih sedikit,” ucapnya.
Sebagai Business Development Manager Ruangguru, Kak Stephanie memegang kendali untuk kegiatan Ruangguru digitalbootcamp (RGDB) dan ruangbelajar. Ia bertanggung jawab atas peluncurkan produk baru, perubahan dan pengembangan produk, penilaian operasi produk setiap harinya, serta menuntaskan duduk kasus kalau ada. Selama 2 tahun bekerja di Ruangguru, Kak Stephanie merasa apa yang telah beliau kerjakan mempunyai dampak secara eksklusif untuk bawah umur Indonesia.
- Memberi ide untuk anak-anak. Tidak semua anak beruntung untuk mengetahui banyak pilihan pendidikan atau karier. Melalui Ruangguru, Kak Stephanie sanggup menginspirasi mereka akan pentingnya pendidikan. Dampak yang diberikan juga bersifat jangka panjang, terutama bagi bawah umur yang tidak berada di kota besar.
- Menjelaskan bahwa semua hal butuh proses. Tak jarang siswa merasa kebingungan menentukan jurusan kuliah dan juga universitas. Menurut Kak Stephanie, bawah umur Indonesia cerdas tapi seringkali minder, sehingga tidak mau mengusahakan sesuatu yang lebih tinggi. Oleh lantaran itu, proses meyakinkan bawah umur untuk bermimpi dan membangun kepercayaan diri tidak sanggup dilakukan dalam sebulan. Untuk itu di ruangbelajar disediakan topik RG Inspire.
Ke depannya, Kak Stephanie berharap Ruangguru sanggup membantu Indonesia mengejar ketertinggalan dalam bidang pendidikan. Serta sanggup membantu bawah umur Indonesia untuk mempunyai soft skills yang mumpuni. Hal ini sudah dimulai dalam kegiatan di RGDB, dengan meminta bawah umur memberi pendapat mengenai gosip hangat yang terjadi.
Mendapatkan beasiswa ke Harvard University
Kak Stephanie. (Sumber: instagram.com)
Dengan beasiswa LPDP, Kak Stephanie akan menempuh pendidikan S2 di School of Education, Harvard University. Alasannya menentukan jurusan tersebut yaitu untuk mengetahui lebih dalam mengenai pendidikan, lantaran sebelumnya tidak mempunyai latar belakang mengenai ilmu ini. “Aku harap ini sanggup memberi manfaat lebih banyak lagi, lantaran saya sering bertemu dengan guru-guru dan orang-orang berlatar belakang ilmu pendidikan," tuturnya. Ia menentukan Harvard lantaran universitas tersebut merupakan kampus terbaik dan ingin menemukan lingkungan berguru yang baik pula. Baginya, teman berpikir itu penting.
Pesan untuk anak Indonesia
Mengakhiri bincang-bincang, Kak Stephanie memberikan beberapa pesan biar anak Indonesia tetap semangat belajar. “Jangan pernah takut untuk bermimpi walaupun terlihat mustahil untuk diraih, yang penting kau punya langkah faktual untuk mewujudkannya. Jika kau punya kesepakatan dan kerja keras, tidak ada batasan untuk suatu mimpi. Walau saya tidak berasal dari keluarga yang berkecukupan, namun saya terus berusaha. Maka, begitu juga kamu. Tidak ada alasan kau untuk menyerah," pungkasnya.
Nah Squad, ceritanya sangat menginspirasi ya? Kalau kau juga tak mau kalah dengan prestasi dan mimpi Kak Stephanie untuk pendidikan Indonesia, berguru lebih ulet lagi, yuk! Kamu sanggup mulai dengan membahas pelajaran sambil berdiskusi bersama lewat group chat siswa se-Indonesia hanya di Ruangguru digitalbootcamp.
Mari berteman dengan saya
Follow my Instagram _yudha58
0 Response to "Mengenal Kak Stephanie: Bersemangat Untuk Pendidikan Indonesia"
Posting Komentar