Squad, niscaya kau sudah tahu 'kan bila negara kita tercinta ini pernah dijajah oleh bangsa Belanda selama 3,5 abad? Pasti kau bertanya-tanya, apakah bangsa kita tidak pernah melaksanakan perlawanan untuk bisa merdeka hingga bisa dijajah begitu lamanya. Eits jangan salah, ternyata masyarakat Indonesia pada dikala itu sudah melaksanakan banyak sekali perlawanan yang dipelopori oleh beberapa hero hebat. Apa saja ya perang yang telah terjadi demi membebaskan Indonesia dari pemerintah Belanda? Yuk, kita lihat.
Perang Padri
Tuanku Imam Bonjol (Sumber: pinterest.com)
Perang Padri diawali dengan konflik antara Kaum Padri dengan Kaum Adat terkait pemurnian agama Islam di Sumatera Barat. Kaum Adat masih sering melaksanakan kebiasaan yang bertentangan dengan Islam, ibarat berjodi dan mabuk-mabukan. Kaum Padri yang terdiri dari para ulama menasihati Kaum Adat untuk menghentikan kebiasaan tersebut, Kaum Adat menolaknya, sehingga terjadi perang yang berlangsung tahun 1803 – 1821. Perang diakhiri dengan kekalahan Kaum Adat
Kondisi tersebut kemudian dimanfaatkan Belanda untuk bekerja sama dengan Kaum Adat guna melawan Kaum Padri. Belanda memang bertujuan untuk menguasai wilayah Sumatera Barat. Salah satu tokoh pemimpin Kaum Padri yaitu Tuanku Imam Bonjol. Fase perang ini berlangsung tahun 1821 – 1838. Tuanku Imam Bonjol kemudian mengajak Kaum Adat supaya menyadari tipuan Belanda dan kesannya bersatu melawan Belanda. Perang diakhiri dengan kekalahan di pihak Padri dan Adat alasannya yaitu militer Belanda yang cukup kuat.
Perang Pattimura
Kapten Pattimura (Sumber: blogspot.co.id)
Pada 1817, Belanda juga berusaha menguasai Maluku dengan monopoli perdagangan. Rakyat Maluku yang dipimpin Thomas Matulessy (Pattimura) menolaknya dan melaksanakan perlawanan terhadap Belanda. Pertempuran sengit terjadi di benteng Duurstede, Saparua. Belanda mengerahkan pasukan secara besar-besaran, rakyat Maluku terdesak. Perlawanan rakyat Maluku melemah akhir tertangkapnya Pattimura dan Martha Christina Tiahahu.
Perang Diponegoro
Pangeran Diponegoro (Sumber: pinterest.com)
Perang Diponegoro yaitu perang terbesar yang dialami Belanda. Perlawanan ini dipimpin Pangeran Diponegoro yang didukung pihak istana, kaum ulama, dan rakyat Yogyakarta. Perang ini terjadi alasannya yaitu Belanda memasang patok-patok jalan yang melalui makam leluhur Pangeran Diponegoro. Perang ini terjadi tahun 1825 – 1830. Pada tahun 1827, Belanda menggunakan siasat perang berjulukan Benteng Stelsel, yaitu setiap kawasan yang dikuasai didirikan benteng untuk mengawasi kawasan sekitarnya. Antara satu benteng dan benteng lainnya dihubungkan pasukan gerak cepat, sehingga ruang gerak pasukan Diponegoro dipersempit.
Benteng Stelsel belum bisa mematahkan serangan pasukan Diponegoro. Belanda kesannya menggunakan tipu budi anyir dengan cara mengajak berunding Pangeran Diponegoro, padahal sesungguhnya itu berupa penangkapan. Setelah penangkapan, gerak pasukan Diponegoro mulai melemah. Belanda sanggup memenangkan perang tersebut, namun dengan kerugian yang besar alasannya yaitu perang tersebut menguras biaya dan tenaga yang banyak.
Perang Jagaraga Bali
I Gusti Ketut Jelantik (Sumber: pahlawanindonesia.com)
Perang ini terjadi akhir protes Belanda terhadap Hak Tawan Karang, yaitu hukum yang memberik hak kepada kerajaan-kerajaan Bali untuk merampas kapal abnormal beserta muatannya yang terdampar di Bali. Protes ini tidak menciptakan Bali menghapuskan Hak Tawan Karang, sehingga perang puputan (habis-habisan) antara kerajaan-kerajaan Bali yang dipimpin I Gusti Ketut Jelantik dengan Belanda terjadi. Belanda berhasil menguasai Bali alasannya yaitu kekuatan militer yang lebih unggul.
Perang Banjar
Pangeran Antasari (Sumber: infobiografi.com)
Perang ini dilatarbelakangi oleh Belanda yang ingin menguasai kekayaan alam Banjar, serta keikut-campuran Belanda dalam urusan kesultanan. Akibatnya, rakyat yang dipimpin Pangeran Hidayatullah dan Pangeran Antasari melaksanakan perlawanan terhadap Belanda sekitar tahun 1859. Serangkaian pertempuran terus terjadi hingga Belanda menambahkan kekuatan militernya. Pasukan Pangeran Hidayatullah kalah, alasannya yaitu pasukan Belanda lebih unggul dari segi jumlah pasukan, keterampilan perang pasukannya, dan peralatan perangnya. Perlawanan rakyat Banjar mulai melemah ketika Pangeran Hidayatullah tertangkap dan dibuang ke Pulau Jawa, sementara itu Pangeran Antasari masih melaksanakan perlawanan secara gerilya hingga ia wafat.
Perang Aceh
Cut Nyak Dien (Sumber: merdeka.com)
Perang Aceh dilatarbelakangi Traktat Sumatra (1871) yang menyebutkan bahwa Belanda bebas meluaskan wilayah di Sumatera termasuk Aceh. Hal ini ditentang Teuku Cik Ditiro, Cut Mutia, Teuku Umar, Cut Nyak Dien, dan Panglima Polim. Belanda mendapat perlawanan sengit dari rakyat Aceh. Rakyat Aceh berperang dengan jihad, sehingga semangatnya untuk melawan Belanda sangat kuat.
Untuk menghadapinya, Belanda mengutus Snouck Hurgronje untuk meneliti budaya dan huruf rakyat Aceh. Ia menyarankan supaya pemerintah Belanda menggempur pertahanan Aceh bertubi-tubi supaya mental rakyat semakin terkikis, dan memecahbelah rakyat Aceh menjadi beberapa kelompok.
Perlawanan Rakyat Batak
Sisingamangaraja XII (Sumber: wordpress.com)
Perlawanan rakyat Batak dipimpin Sisingamangaraja XII. Latar belakang perlawanan ini yaitu bangsa Belanda berusaha menguasai seluruh tanah Batak dan disertai dengan penyebaran agama Kristen. Sisingamangaraja XII masih melawan Belanda hingga simpulan kurun ke-19. Namun, gerak pasukan Sisingamangaraja XII semakin menyempit. Pada akhirnya, Sisingamangaraja XII wafat ditembak serdadu Marsose, dan Belanda menguasai tanah Batak.
Tidak gampang 'kan Squad usaha rakyat Indonesia demi meraih kemerdekaan. Ayo, jangan mau kalah dan terus semangat berguru supaya kita semakin terpelajar dan tidak dijajah oleh bangsa lain lagi. Mau mencicipi berguru seru? Yuk, berlangganan ruangbelajar.
Mari berteman dengan saya
Follow my Instagram _yudha58
0 Response to "7 Seni Administrasi Perlawanan Indonesia Terhadap Belanda Hingga Awal Periode 20"
Posting Komentar