Mantra Sakti Dari Pak Gede Putra




Pak Gede  Putra adalah seorang guru Sekolah Dasar, anak seorang petani  yang berasal dari Bali dan gres sebulan bertugas di Merauke. Di Merauke Pak Gede Putra ditempatkan tempat pedalaman, daerah  terpencil  yang sangat terisolir. Sarana transportasi  yang tersedia masih memakai perahu. Karena tempat itu itu dikelilingi sungai-sungai  dan hutan rimba yang sangat lebat. Di tempat itu hampir semua  penduduknya masih buta huruf, tidak sanggup baca tulis. 

Tentu saja kehadiran Pak Gede Putra disambut dengan antusias oleh masyarakat di desa itu.
Pak Gede Putra untuk sementara  tinggal di perumahan yang ada di kantor kepala desa. Pak Gede Putra orangnya sangat ramah sehingga segera bersahabat dengan masyarakat di sekitarnya.  Setiap hari ada saja masyarakat yang tiba ke rumah Pak Gede Putra untuk sekedar ngobrol atau ada juga yang tiba untuk mendapat pengetahuan perihal cara-cara bercocok tanam yang benar. Tentu saja Pak Gede Putra sanggup membagi pengetahuannya alasannya yaitu di Bali ia juga sudah terbiasa membantu orang tuanya menggarap sawah.

Karena ia sering membantu masyarakat Pak Gede Putra dianggap serba tahu dan  jadi sangat dihormati desa itu. Terlebih lagi murid-muridnya di sekolah. Mereka sangat bahagia diajarkan menulis, membaca, berhitung dan menggambar. Murid-murid Pak Gede Putra menganggapnya sebagai guru yang menguasai banyak sekali keahlian.

Sampai  pada suatu hari sore David  anak Merauke yang masih duduk di kelas 5 SD  datang menemui Pak Gede Putra di rumahnya. David  datang  dengan berlari-lari sambil menangis.

Gede: “Ada apa David? Mengapa kamu lari-lari sambil menangis?”

David: “Tolong  saya pak… Anjing kesayangan saya sakit”.

Gede: “Dimana anjing mu?”

David: “Ada di rumah pak. Kasihan sudah beberapa hari ia tidak mau makan dan keadaannya sudah sangat lemah”

Gede: “Baiklah mari kita lihat keadaannya”

Sesampainya di rumah David,  Pak Gede Putra melihat keadaan anjing itu sudah sangat parah. Pak Gede Putra tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Karena ia tidak mempunyai pengetahuan untuk mengobati anjing yang sakit. Tapi agar David tidak kecewa Pak Gede Putra minta diambilkan segelas air putih kemudian memegang  kepala anjing itu sambil berkata dalam bahasa Bali.

“Hei… Cicing…. Yening  cai mekite urip encol lah seger.  Nanging yening cai mekite mati encol lah mati”

Selesai menyampaikan itu ia menyemburkan air putih  dari mulutnya ke kepala anjing itu sebanyak tiga kali. David mendengarkan semua yang diucapkan Pak  Gede Putra dengan secama dan rahasia menghapalkannya dalam hati. Karena tidak mengerti Bahasa Bali, David mengira Pak Gede Putra membacakan mantra-mantra sakti  untuk mengobati anjingnya.

Lima  hari kemudian David datang ke rumah Pak Gede Putra melaporkan bahwa anjingnya sudah sembuh. David  membawa makanan sambil  mengucapkan terima kasih alasannya yaitu anjingnya sudah sembuh dan sudah mau makan lagi menyerupai biasa. Pak Gede Putra tentu saja terkejut dan menganggap itu hanya kebetulan belaka alasannya yaitu ia tidak melaukan apa-apa.
Tapi tidak demikian halnya  dengan David, kekagumannya kepada Pak Gede Putra semakin bertambah alasannya yaitu ia mengangggap selain sebagai guru yang berakal mengajarkan murid-muridnya baca tulis hitung dan menggambar, Pak Gede Putra juga orang sakti yang sanggup meneyembuhkan penyakit dengan mengucapkan mantra-mantra sakti.

Tiga hari kemudian  Pak Gede Putra tidak berangkat sekolah untuk mengajar alasannya yaitu sakit. Mendengar informasi itu David segera ke rumah Pak Gede Putra sambil membawa air putih dan menempelkan tangannya ke kepala Pak Gede Putra sambil berkata: “Hei… Cicing…. Yening  cai mekite urip encol lah seger.  Nanging yening cai mekite mati encol lah mati”

Mendengar kata-kata David  itu, Pak Gede Putra terkejut dan tertawa. Seketika itu juga Pak Gede Putra eksklusif sembuh.




Sumber http://blijengah.blogspot.com

Mari berteman dengan saya

Follow my Instagram _yudha58

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Mantra Sakti Dari Pak Gede Putra"

Posting Komentar