Kepiting Sang Penyelamat



Di  desa  Karya Bakti, tersebutlah sepasang suami istri yang bernama  Putu Zamrud  dan istrinya yang berjulukan Komang Etik.  Mereka belum usang menikah, gres  sekitar 4 bulan yang lalu. Mereka masih dalam suasana pengantin baru. Sedang mesra-mesranya memadu asmara.  Dan kini istri Putu Zamrud sedang mengandung 3 bulan. Seperti pada umumnya orang yang sedang  hamil muda Komang Etik ngidam ingin sekali makan daging kepiting.  Di desa Karya Bakti kepiting merupakan makanan yang mahal dan langka sebab harus didatangkan dari luar daerah. Tapi biar istrinya tidak kecewa dan demi calon buah hatinya biar selalu sehat. Putu Zamrud  rela merogoh dompetnya lebih dalam dan segera berangkat ke pasar untuk membeli kepiting.
Singkat cerita, tak berapa usang kemudian sampailah Putu Zamrud di Pasar  Tugumulyo. Ia segera menuju pasar ikan. Di tempat ini dijual aneka macam jenis ikan. Ada ikan Mas, Lele Sangkuriang, Patin, Nila, Belut, Gabus dan masih banyak lagi ikan lainnya. Ada juga pedagang yang khusus menjual kepiting. Sedang asyik ia tawar menawar dengan penjualnya tiba-tiba datanglah Luh Koncreng mantan pacarnyanya sewaktu sekolah Sekolah Menengah Pertama dulu.
Karena sudah puluhan tahun tidak bertemu kedua mantan kekasih ini setuju pergi ke  warung makan di pasar ikan itu biar lebih leluasa ngobrolnya. Di warung nasi itu mereka asyik ngobrol  kangin kauh menceritakan kembali kisah-kisah elok mereka selama pacaran sambil minum es dan makan gorengan. Mereka  juga saling membuatkan dongeng ihwal teman-teman sekolah mereka yang kini tersebar dibeberapa tempat dengan aneka macam profesi pula. Putu Zamrud jadi lupa niatnya semula  membeli kepiting untuk istrinya yang lagi ngidam.  Saking asyiknya ngobrol tanpa terasa hari sudah menjelang sore.
Putu Zamrud gres sadar sesudah melihat beberapa pedagang ikan mulai  ada yang pulang,  meninggalkan pasar ikan itu. Ia jadi ingat tujuannya semula akan  membeli kepiting untuk istrinya. Lantas ia segera mengakhiri pertemuan tanpa sengaja itu dengan Luh Koncreng. Dengan terburu-buru ia menghampiri pedagang yang menjual  kepiting  tadi. Untunglah nasibnya masih mujur kepiting yang ingin dibelinya masih ada tersisa.  Putu Zamrud menentukan 10 ekor kepiting yang paling besar. Setelah membayarnya Putu Zamrud segera pulang.
Dalam perjalanan pulang Putu Zamrud merasa bersalah kepada istrinya. Ia sangat menyesal sebab tidak segera membeli kepiting dan malah asyik ngobrol denga Luh Koncreng, mantan pacarnya. Bahkan hingga hari menjelang sore. Selain itu ia takut istrinya nanti akan marah. Karena orang yang sedang ngidam perasaanya jadi sensitif dan lebih gampang marah. Apalagi  ia pergi berbelanja ke pasar  terlalu lama. Ia yakin istrinya niscaya sangat kecewa, sebab bosan menunggunya.
Setelah hingga di halaman rumahnya. Putu Zamrud segera melepas semua kepiting-kepiting itu. Kemudian beliau mengambil sebatang kayu untuk menggiring kepiting-kepiting itu sambil berteriak-teriak lantang.
 “Hayo  kepiting-kepiting yang baik  cepatlah jalannya…!!! Sebentar lagi kita sudah hingga di rumah….”
Mendengar teriakan suaminya Komang Etik segera keluar rumah. Setelah melihat suaminya yang sedang menggiring kepiting-kepiting itu dengan tongkat, tertawalah Komang Etik terbahak-bahak.
“Hahahaha….. Ada-ada saja Bli Zamrud ini. Membawa kepitingnya kok  dengan  cara digiring. Pantas saja berangkat dari pagi, sore hari gres hingga di rumah”.
Mendengar ucapan istrinya yang polos itu legalah hati Putu Zamrud.
“selamat……  selamat……. selamat……”  batinnya.



Sumber http://blijengah.blogspot.com

Mari berteman dengan saya

Follow my Instagram _yudha58

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kepiting Sang Penyelamat"

Posting Komentar