Balasan Bagi Penghianatan Seorang Sobat Karib





Di sebuah bak milik masyarakat desa sopan santun Tulung Harapan yang airnya cukup dalam, lokasinya persis dibelakang Pura Puseh. Hiduplah tujuh ekor ikan Nila yaitu  Slamet, Dika, Ucok, Elli, Yuska, Bella dan Deni.   Seekor yuyu yang berjulukan Jaye, dan seekor bangau yang berjulukan Cangak mereka semua  bersahabat. Mereka sudah usang tinggal dan menetap di bak itu. Mereka bahagia hidup di bak itu alasannya selain airnya yang jernih dan sejuk juga persediaan kuliner yang melimpah. Mereka tidak pernah kekurangan kuliner sehingga mereka sanggup hidup dengan nyaman.

Akan tetapi tiba masa kemarau yang sangat panjang, yang belum pernah mereka alami sebelumnya. Air bak yang dulunya jernih, penuh kuliner bagi semua penghuni bak kini airnya menjadi surut, kering dan berlumpur.  Tentu saja ketujuh ikan nila dan yuyu kesulitan dalam mencari makanan, bahkan untuk bernapas saja ikan-ikan itu sangat kesulitan. Lumpur menciptakan mata ikan-ikan itu pedih,  tidak sanggup melihat dengan terang dan pernapasan mereka tidak sanggup berfungsi dengan baik. Yuyu masih sedikit beruntung alasannya ia lebih sanggup bertahan pada keadaan yang jelek itu.

Ketika keadaan semakin memburuk, datanglah Cangak si burung bangau sahabat mereka. Bangau memang tidak selalu ada di bak itu. Seringkali  ia pergi selama berhari-hari, bahkan berminggu-minggu ke tempat-tempat lain untuk berkumpul bersama dengan teman-temannya sesamaa bangau. Melihat keadaan sahabat-sahabatnya, segera ia memperlihatkan bantuan. Kemudian ia bertanya kepada ketujuh ikan nila dan yuyu, 

“Maukan kalian kutolong untuk pergi dari kawasan yang sudah menyerupai neraka ini?”

“Tentu saja” sahut ketujuh ikan nila serempak. Mereka sudah sangat tersiksa dengan mengeringnya air kolam.

“Bagaimana caranya?” tanya Jaye si yuyu.

“Tidak jauh dari sini ada  sungai yang sangat dalam, Kali Lempuing namanya. Airnya sangat bening dan juga penuh dengan makanan.” Kata Cangak sambil menunjuk ke arah  Timur yang sangat jauh.

“Aku akan menerbangkan kalian ke sana. Agar kalian tidak mengalami tragedi kekeringan ini”.  Cangak yang bahwasanya sedang kelaparan itu tersenyum licik. Rupanya Ia telah merencanakan sesuatu yang jahat.

“Tapi ada tujuh ekor ikan nila dan seekor yuyu yang harus kau pindahkan. Bagaimana mungkin?” tanya Jaye.

“Mudah saja bagiku, saya akan membawa kalian terbang satu per satu. Aku akan mulai dengan ikan-ikan ini dulu.” Kata Cangak sambil memandang kepada ketujuh ikan nila yang sedang sekarat itu.

“Baiklah kalau demikian. Memang benar, ikan-ikan nila ini perlu didahulukan, daripada aku.  Keadaanya sudah sangat payah. Bawalah terlebih dulu mereka.” sahut Jaye. 

Maka demikianlah, Cangak mulai mengambil Nyoman Slamet. Ia melakukannya dengan sangat hati-hati. Paruhnya yang panjang dan berpengaruh itu sanggup saja melukai tubuh Si Slamet. Ia tersenyum licik dan segera terbang. Ia terbang dengan sangat cekatan. Tetapi ternyata Cangak tidak membawa Slamet ke Kali Lempuing melainkan dibawanya Slamet ke pinggir kebun karet, kemudian Cangak tertawa terbahak-bahak. 

“Kalian memang goblok. Seebenarnya, saya telah mengambil laba dari petaka yang kalian alami. Aku tidak akan melepaskanmu ke Kali Lempuing itu. Tetapi saya justru akan memakanmu” kata Cangak.

Kaget sekali ikan mas itu mendengar kata-kata Cangak. tetapi ia tidak berdaya. Dengan perasaan duka dan putus asa, ia berkata,

“Sungguh tega dirimu hai Cangak.... teganya....teganya... teganya... , menipu sahabat-sahabatmu sendiri.”

Cangak hanya tertawa pendek. Ia membawa Slamet ke sebuah kawasan yang agak lapang. Lalu menyantap Ikan mas itu tanpa perasaan bersalah sedikitpun. 

Beberapa ketika kemudian, Cangak telah kembali ke kolam, ia kemudian mengambil Made Dika. Tentu Cangak tidak mengantarkannya ke Kali Lempuing, tetapi justru memangsanya di pinggir kebun karet itu. Demikian seterusnya sampai Ucok, Elli, Yuska, Bella dan Deni dimakan oleh si Cangak. 

Kini tibalah giliran Jaye.

“Mari Jaye, kini giliranmu. Naiklah dan berpegangan pada leherku.”

Jaye segera naik. Ia besar hati sekali. Ia membayangkan akan segera berkumpul dengan sahabat-sahabatnya, ketujuh ikan nila itu. Tetapi alangkah terkejutnya Jaye ketika mereka tiba  di pinggir kebun karet. Dari ketinggian Ia melihat banyak tulang-tulang ikan berserakan. ia kemudian bertanya kepada Cangak,

“Hai Cangak, tulang-tulang siapakah ini? Mengapa begitu banyak dan acak-acakan di sini?”

Cangak tertawa dengan kerasnya.

“Itu yaitu tulang-belulang Slamet, Dika, Ucok, Elli, Yuska, Bella dan Deni teman-teman kita. Aku telah memakan mereka semua. Tahukah kau Jaye, bahwa kini yaitu giliranmu untuk menjadi santapanku?”

Menyadari apa yang telah  terjadi, dengan cepat Jaye yang masih bergantung di  leher Cangak menjepit leher Bangau yang jahat itu dengan sekuat-kuatnya. Jaye mengerahkan seluruh tenaganya. Cangak menjerit-jerit dan melompat-lompat kesana kemari dengan kesakitan. Cangak lupa kalau Jaye tidaklah selemah ketujuh ikan nila Slamet, Dika, Ucok, Elli, Yuska, Bella dan Deni.

“Lepaskan leherku Jaye. Bukankah kita bersahabat?” Kata Cangak sambil menjerit-jerit kesakitan dan berusaha melepaskan diri.

“Kamu bukan sahabat ku Cangak. Kamu memanfaatkan kesulitan teman-temanmu. Itukah yang kau namakan sahabat? Tidak ada ampunan untukmu Cangak!” Kepiting sangat murka dan semakin memperkuat jepitannnya.

“Lepaskan aku!!! lepaskan aku....  Percayalah saya tidak akan memakan mu. Aku akan benar-benar membawamu ke Kali Lempuing menyerupai yang kujanjikan” kata Cangak sambil mengelepar-gelepar alasannya menahan rasa sakit. Suaranya makin parau dan melemah alasannya tenaganya sudah habis.

Tetapi Jaye tidak memperdulikan ucapan si Cangak, alasannya sudah tidak peraya lagi pada si Cangak. Sekali pembohong tetaplah pembohong piker si Jaye. Dia tidak ingin tertipu dua kali, maka  terus saja menjepit leher si Cangak.

Akhirnya, Si Cangak mati alasannya tidak sanggup bernapas jawaban jepitan Jaye yang sangat kuat. Ia roboh di antara tulang-tulang ketujuh ikan nila.  Dengan duka Jaye berjalan menuju sungai Kali Abang. Ia telah kehilangan sahabat-sahabatnya.


Pesan Moral:

Jangan gampang percaya dengan ucapan manis, sanggup saja itu tipu muslihat.
Janganlah mengambil laba dari kesusahan orang lain, apalagi mereka yaitu sahabatmu sendiri.
Jangan menyia-nyiakan kepercayaan orang lain, sekali engkau berbohong selamanya tidak akan dipercaya lagi.

(Disadur dan terinspirasi dari geguritan Cangak)


Sumber http://blijengah.blogspot.com

Mari berteman dengan saya

Follow my Instagram _yudha58

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Balasan Bagi Penghianatan Seorang Sobat Karib"

Posting Komentar