Selamat Hari Pahlawan Nasional, Squad! Kamu tahu nggak sih asal mulanya peringatan di hari ini? Saat itu, 72 tahun yang kemudian terjadi pertempuran antara tentara Indonesia dengan pasukan Inggris di Kota Surabaya. Pertempuran pertama sesudah proklamasi kemerdekaan Indonesia ini menjadi pertempuran terbesar dalam sejarah revolusi nasional, lho. Nah, bicara wacana hari pahlawan, ternyata banyak lho satria Indonesia yang masih jarang terpublikasikan. Siapa sajakah mereka?
1. Malahayati (Lahir di Kesultanan Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam)
Malahayati (Sumber: nusantara.news.com)
Perempuan andal ini merupakan cucu dari putra pendiri Kerajaan Aceh Darussalam, Sultan Ibrahim Ali Mughyat Syah. Tahun 1585-1604, Malahayati menjadi Kepala Barisan Pengawal Istana Panglima Rahasia dan Panglima Protokol Pemerintah dari Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riayat Syah IV.
Kemudian, pada 11 September 1599, Malahayati memimpin sebanyak 2000 pasukan Inong Balee (janda-janda satria yang telah syahid) untuk berperang melawan kapal-kapal serta benteng-benteng Belanda. Ia juga membunuh Cornelis de Houtman dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal. Atas keberaniannya, Malahayati mendapat gelar Laksamana. Tanggal 6 November kemarin, Presiden Joko Widodo pun menganugerahi Gelar Pahlawan Nasional menurut Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 115/TK/Tahun 2017.
Tan Malaka (Sumber: qerja.com)
Nama lengkapnya yaitu Sutan Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka. Tan Malaka sosok yang cerdas, perhatiannya terhadap pendidikan kaum pribumi pun sangat tinggi. Ia sempat bersekolah dan berguru di Belanda. Setelah kembali ke Indonesia, Tan Malaka mendirikan Sekolah Rakyat di Semarang. Di setiap kurikulumnya, terdapat semangat melawan penindasan dan usaha untuk mendapat hak sebagai insan dan warga negara.
Beberapa kali ia mengevaluasi kondisi dan situasi Republik Indonesia sesudah adanya Perjanjian Linggarjati (1947) dan Renville (1948). Atas kecerdasan pemikirannya, Tan Malaka ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional melalui Keputusan Presiden RI No. 53, yang kemudian ditandatangani Presiden Soekarno pada 28 Maret 1963.
3. Dewi Sartika (Lahir di Bandung, Jawa Barat)
Dewi Sartika (Sumber: kata.co.id)
Raden Dewi Sartika lahir dari keluarga ternama, sehingga semenjak kecil sudah mendapat pendidikan dasar yang layak. Ia merupakan satria Indonesia yang bercita-cita mendirikan sekolah untuk kaum perempuan. Ia merasa miris ketika melihat perempuan-perempuan ketika itu buta abjad dan miskin ilmu pengetahuan. Kebanyakan dari mereka hanya sanggup memasak, menata meja makan, dan melayani suami. Berkat perjuangannya, alhasil sekolah wanita berjulukan Sekolah Isteri berhasil bangun di Pendopo Kabupaten Bandung pada 16 Januari 1904.
Kemudian sekolah ini direlokasi sekaligus berubah nama menjadi Sekolah Kaoetamaan Isteri tahun 1910. Sekolah ini kemudian terus berkembang dan tersebar di seluruh Jawa Barat. Pada tahun 1912 sudah bangun 9 sekolah dan terus bertambah satu di setiap kota maupun kabupaten pada tahun 1920. Selanjutnya sekolah itu berganti nama menjadi Sekolah Raden Dewi pada September 1929. Atas jasanya dalam memperjuangkan pendidikan, ia diberi gelar penghargaan Orde van Oranje-Nassau (bintang emas) pada ulang tahun ke-35 Sekolah Kaoetamaan Isteri. Serta diakui sebagai satria pada 1 Desember 1966.
4. Abdul Kadir (Lahir di Sintang, Kalimantan Barat)
Abdul Kadir (Sumber: apakahitu.info)
Sejak muda, Abdul Kadir sudah mengabdi sebagai pegawai kerajaan Sintang dan ketika ayahnya wafat, ia diangkat menjadi Kepala Pemerintahan Melawi. Kemudian, berhasil mempersatukan suku Dayak dengan Melayu dan berbagi ekonomi tempat Melawi.
Saat Belanda ingin memperluas wilayah kekuasaan di Melawi tahun 1820-an, ia segera menciptakan seni administrasi tugas ganda untuk menggagalkannya. Maksudnya, sebagai pejabat pemerintah Melawi ia tetap setia kepada Raja Sintang, secara otomatis juga harus setia pada pemerintah Belanda. Akan tetapi, rahasia Abdul Kadir mengumpulkan kekuatan rakyat untuk melawan Belanda dengan mendirikan kesatuan-kesatuan bersenjata di Melawi juga sekitarnya.
Pada alhasil terjadi gangguan keamanan terhadap Belanda. Akhhirnya terjadi pertempuran antara pasukan Belanda dengan pasukan Abdul Kadir. Ia terus mengatur seni administrasi perlawanan terhadap Belanda melalui aneka macam gosip wacana rencana-rencana operasi militer pemerintah Belanda. Hingga di tahun 1999, dirinya dianugerahkan sebagai Pahlawan Nasional menurut SK Presiden Republik Indonesia Nomor 114/TK/Tahun 1999 tertanggal 13 Oktober 1999.
5. Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi (Lahir di Tondano, Sulawesi Utara)
Sam Ratulangi (Sumber: i.pinimg.com)
Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi (Sam Ratulangi) yaitu Gubernur pertama Sulawesi. Ia juga orang Indonesia pertama yang menduduki jabatan guru di masanya. Sam Ratulangi pernah bersekolah di Jakarta, Belanda, dan Universitas Zurich, Swiss. Demi menaikkan taraf hidup rakyat Minahasa, ia berhasil menghapus kerja paksa (rodi), kemudian menyelenggarakan transmigrasi, juga mendirikan yayasan dana belajar.
Ia pun merupakan penggerak kemerdekaan yang sangat keras melawan penjajahan Belanda dan Jepang. Ia tidak ingin masyarakat Indonesia berada di bawah penguasaan penajajah. Demi mempertahankan Republik Indonesia, Gubernur Ratulangi membentuk tubuh usaha rakyat berjulukan Pusat Keselamatan Rakyat. Pemerintah pun memutuskan Ratulangi sebagai Pahlawan Nasional dan tiga kali dianugrahkan gelar Anumerta.
6. Dr. Johanes Leimena (Lahir di Ambon, Maluku)
Johanes Leimena (Sumber: pahlawancenter.com)
Ia merupakan seorang dokter yang mendirikan Bandung Plan tahun 1951, sesudah itu ditingkatkan menjadi Leimena Plan pada 1954. Karyanya ini kemudian menjadi cikal bakal PUSKESMAS. Leimena juga termasuk salah satu tokoh yang mempersiapkan Kongres Sumpah Pemuda. Sejak ketika itu, perhatiannya terhadap pergerakan nasional semakin berkembang.
Ia pun menjadi Menteri Kesehatan terlama sepanjang 21 tahun dalam 18 kabinet yang berbeda. Dr. Johanes Leimena mendapat gelar Pahlawan Nasional melalui Keputusan Presiden No 52 TK/2010 pada tahun 2010.
7. Silas Papare (Lahir di Serui, Papua)
Silas Papare (Sumber: niadilova.wordpress.com)
Silas Papare berjuang menyatukan Irian Jaya (Papua) ke dalam wilayah Indonesia. Ia pernah dipenjara alasannya yaitu terus menghipnotis Batalyon Papua untuk terus memberontak Belanda. Saat menjadi tahanan di Serui, ternyata ia bertemu dengan Sam Ratulangi yang sedang diasingkan oleh Belanda. Pertemuan dengan Sam Ratulangi, membuatnya menjadi semakin yakin kalau Papua harus bebas.
Saat aktif dalam Front Nasional Pembebasan Irian Barat (FNPIB), ia diminta Presiden Soekarno menjadi delegasi Indonesia di New York Agreement yang mengakhiri konflik antara Belanda dengan Indonesia perihal Irian Barat. Namanya pun diabadikan pada salah satu Kapal Perang Korvet kelas Parchim Tentara Nasional Indonesia AL KRI Silas Papare dengan nomor lambung 386. Selain itu, didirikan pula Monumen Silas Papare di erat pantai dan pelabuhan Laut Serui. Di Jayapura, namanya diabadikan sebagai nama Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Politik (STISIPOL) Silas Papare. Sedangkan di Kota Nabire, nama Silas Papare dikenang dalam wujud nama jalan.
Itulah ia tujuh nama Pahlawan Nasional yang jasa-jasanya begitu banyak, Squad! Kamu pun sanggup menjadi menyerupai mereka. So, jangan malas berguru dan buatlah karya sebanyak-banyaknya. Supaya semakin seru belajarmu, gabung di ruangbelajar yuk!
Mari berteman dengan saya
Follow my Instagram _yudha58
0 Response to "7 Hero Indonesia Under Cover"
Posting Komentar