Teknologi.id – Taipei 101 kini masih mempertahankan gelar gedung tertinggi di dunia dalam konsep green skyscraper atau gedung hijau berkonsep hemat energi. Meski Burj Khalifa sekarang sudah dinobatkan sebagai skyscraper tertinggi di dunia, namun Taipei 101 masih dinobatkan sebagai green skyscraper tertinggi di dunia.
Membuat gedung pencakar langit dengan konsep hemat energi dan efisiensi sumber daya menjadi tantangan untuk para desainer. Arsitek, teknisi, bahkan sampai ilmuwan turut berpartisipasi dalam pembuatan gedung berkonsep green skyscraper ini.
Sebenarnya apa saja tantangan yang harus dihadapi oleh mereka dikala akan membuat gedung berkonsep hemat energi ini?
Green Skyscraper Wajib Didesain Untuk Tahan Bencana Alam
Dalam membuat gedung pencakar langit, mereka sekarang wajib didesain untuk bertahan dari segala peristiwa alam. Angin topan, puting beliung, gempa bumi, bahkan bahaya tsunami sekalipun. Burj Al-Arab yakni gedung pencakar langit pertama yang paling berisiko terkena peristiwa alam, terutama tsunami.
Arsitek, teknisi, dan ilmuwan bekerja sama untuk membuat teknologi di mana gedung dapat bertahan dari peristiwa alam. Tentunya dalam pra-rekonstruksi, mereka mengetes metode apa yang paling cocok untuk menghadapi musibah ini.
Baca juga: 3 Tantangan Membangun Smart City di Indonesia
Pembangunan secara fisik itu sendiri hanya dapat dilaksanakan sesudah uji coba material sukses. Karena yang akan dibentuk yakni gedung pencakar langit, arsitek dan ilmuwan harus mencari cara bagaimana gedung tersebut dapat meminimalisir gangguan alam.
Self-Sustain Menjadi Salah Satu Ketentuan Wajib
Kalau kita pernah melihat film The Avengers, kita niscaya pernah melihat bagaimana Tony Stark memasang Reaktor di bawah laut. Hal itu biar dikala sumber listrik dari luar dimatikan, gedung ini masih dapat menyuplai untuk dirinya sendiri.
Gedung berkonsep green skyscraper wajib mengurangi penggunaan listrik dari luar dan menghemat air. Oleh sebab itu, teknologi penyulingan air serta penyimpanan listrik dalam jumlah besar menjadi salah satu standar dasar. Apalagi dalam penggunaan air harus dihemat sebab sumber air di bumi ini semakin menipis. Belum adanya teknologi penyulingan air bahari yang efisien membuat teknisi dan ilmuwan harus berpikir keras bagaimana mereka dapat membuat air tetap ada jikalau ada krisis nanti.
Baca juga: Lyfe, Platform Gaya Hidup Sehat Pertama di Indonesia
Tantangan ke depan
Meski pengembang sekarang berlomba-lomba membuat gedung berkonsep green skyscraper, tentunya tetap ada tantangan ke depan. Ke depan nanti, mungkin saja kita akan melihat gedung harus dapat menyesuaikan diri dengan perubahan. Kalau kita melihat peninggalan menyerupai Candi Borobudur dan Candi Prambanan, kita melihat bagaimana teknologi masa kemudian dapat membuat Candi itu tetap berdiri. Tidak peduli diterjang badai, gempa, maupun letusan gunung, candi peninggalan di Indonesia masih tetap berdiri.
Hal itupun sama dengan gedung berkonsep green skyscraper ini. Mereka juga harus berpikir bagaimana gedung tersebut dapat bertahan lebih dari satu kala ke depannya nanti.
(AMS)
Sumber https://teknologi.id
Mari berteman dengan saya
Follow my Instagram _yudha58
0 Response to "√ Tantangan Menciptakan Gedung Green Skyscraper Yang Irit Energi Dan Tahan Bencana"
Posting Komentar