Wish List For My Second Child, Kelvin

Pengalaman yakni guru terbaik. Your best teacher is your last mistakes.

Belajar dari pengalaman dengan anak pertama, Rei, beserta segala kekurangan dan kesalahan yang kami lakukan, saya berharap untuk anak kedua, Kelvin, kami bisa menerapkan pengasuhan yang lebih baik. Bukan berarti dengan Rei gagal ya, tapi semata-mata supaya segala sesuatu yang baik bisa dimulai lebih awal, dan hasilnya juga bisa lebih baik dan optimal.

Karena itu, saya sengaja menciptakan wish list ini untuk Kelvin:
  1. Gak minum susu formula sama sekali. Bayi hanya butuh ASI, bukan susu sapi.
  2. Jangan bilang "Jangan" atau "No no". Hypnoparenting, afirmasi positif.
  3. Baby led weaning (BLW). Yup, pengen banget, supaya si kecil mau makan banyak buah dan sayuran, juga menerima efek-efek positif lainnya.
  4. No TV and gadget until 2 years old. Komunikasi face to face lebih banyak membantu bayi berkembang dan cepat bicara.
Dan berikut ini penjelasannya:



1. Gak Minum Susu Formula Sama Sekali

Sekarang saya percaya satu-satunya susu yang penting dan wajib untuk anak hanyalah ASI. Susu sapi atau yang lain sifatnya hanya sebagai kuliner selingan, dan tidak ada keharusan atau kewajiban sama sekali untuk bayi minum susu sapi sehabis berhenti dari ASI ekslusif, kecuali lanjut dengan ASI itu sendiri (sampai umur 2 tahun). Bahkan konsumsi susu sapi cenderung punya imbas negatif ke anak.

Pengalaman dengan Rei yang sangat heavy konsumsi susu sapinya:
  1. Jadi susah makan. Paradigma jaman dulu, gak apa-apa kalo gak mau makan, yang penting minum susu. Sebetulnya terbalik, anak gak mau makan alasannya yakni sudah kebanyakan susu. Mungkin juga jadi malas makan alasannya yakni susu dengan dotnya lebih praktis dan nyaman buat dia. Indera perasanya juga jadi kurang terlatih, karenanya jadi cenderung picky eater.
  2. Gampang sakit. Masih ingat dulu waktu masih konsumsi susu formula, hampir setiap bulan Rei selalu sakit. Tapi waktu beliau berhenti konsumsi susu formula (karena gak mau lagi), beliau sempat gak sakit selama beberapa bulan. Sayang alasannya yakni lanjut heavy di susu UHT (sampai 2 liter sehari), jadi balik lagi daya tahan tubuhnya turun.
  3. Telat bicara. Sedikit banyak ini mungkin alasannya yakni efek kebanyakan susu, alasannya yakni hingga umur 1 tahunan Rei belum terlatih makan kuliner yang agak keras. Masih sering bubur, dan nasi pun masih harus yang lunak. Padahal umur 1 tahun harusnya makanannya sudah sama dengan orang dewasa. Akibatnya otot mulutnya jadi kurang terlatih, dan imbas juga ke kemampuan bicaranya.
  4. Gampang muntah. Kata dokter, pencernaannya kurang terlatih atau kurang berkembang baik alasannya yakni lebih sering minum susu ketimbang makan.
Perbaikan yang terjadi sehabis Rei dikurangi drastis konsumsi susunya:
  1. Dulu Rei doyan makan paling banter seminggu lamanya, sehabis itu balik lagi susah makan, dan susahnya bener-bener susah. Masih inget hampir tiap hari selalu perjuangan beli mie, daging, atau bubur ta-wan supaya beliau mau makan. Sekarang, Alhamdulillah udah jauh lebih stabil nafsu makannya. Setiap hari udah mau makan banyak, biarpun hanya masakan rumah. Kecuali kalo lagi sakit ya.
  2. Terakhir Rei sakit bulan Januari 2015. Sekarang udah masuk bulan April 2015, Alhamdulillah Rei masih sehat terus, berarti udah 3 bulan. Sebelumnya setiap bulan selalu deg-degan alasannya yakni Rei ada aja sakitnya, paling sering flu dan batuk.
  3. Dulu keselek dikit niscaya muntah. Sekarang biarpun keselek pas lagi makan, Alhamdulillah Rei gak muntah. Paling cuma perlu minum air putih, abis itu pribadi bisa lanjut makan lagi. 
  4. Kalo diperhatiin, dulu waktu masih punya kebiasaan minum susu sebelum tidur, Rei tidurnya sering banget gelisah, bolak balik sana sini, bahkan mengigau. Malah pernah ada suatu masa beliau selalu kebangun malam-malam alasannya yakni mau muntah (muntah susu). Kasihaan banget. Ternyata sehabis kebiasaan minum susu sebelum tidurnya hilang, tidurnya jauuuhhh lebih anteng dan kelihatan lebih nyenyak. Malah kadang semaleman tidurnya satu posisi aja gak ke mana-mana. Alhamdulillah, jadi lebih sehat pastinya. 
Kalo udah begini, masih percaya sama susu sapi?

Pengennya minimal susu formula gak sama sekali. Kalo memang mau suplemen susu, nanti aja susu UHT sehabis 1 tahun ke atas, itupun hanya sebagai camilan. Lebih baik membiasakan anak doyan makan buah dan sayuran, ketimbang susu sapi.


2. Jangan Bilang "Jangan!"

Udah mencar ilmu hypno-parenting, ya dipraktekin terus donk. Untuk anak kedua, maunya bisa dari awal. Udah terang dan udah mencicipi sendiri kalo hypno-parenting itu bukan sekedar teori. It really works!

Aturannya jelas, orang renta tidak boleh bilang "tidak boleh, jangan, no no" atau bahasa negatif lainnya. Tapi selalu kasih aba-aba atau afirmasi positif ke anak. Fokus pada apa yang BOLEH dilakukan anak, bukan pada apa yang TIDAK BOLEH dilakukan anak. Dengan demikian kita menawarkan pengarahan ke anak, bukan larangan. Otak anak pun konon jadi lebih berkembang baik dengan cara ini, ketimbang pakai kata "jangan" yang cenderung jadi "memasung" pikirian. Terus juga harus rajin kasih sugesti atau afirmasi positif.

Dulu Rei waktu bayi sering banget dibilangin "No no" waktu mulai eksplor sana sini. Efeknya yang paling kelihatan, kata pertama yang bisa dan paling sering beliau ucapkan yakni "No no", tapi jadi nurut sih enggak. Akhirnya kita kerepotan sendiri alasannya yakni beliau jadi punya kata favorit untuk menolak.

Success story paling besar pertama dengan hypno-parenting yakni waktu menyapih Rei dari ASI.  Tanpa kekerasan, tanpa drama, tanpa nangis, tanpa rengekan-rengekan, dan berhasil! Memang butuh waktu hingga 3 minggu. Tapi Yes, it really worked! Dan yang lebih penting yakni tidak merusak bonding antara ibu dan anak.

Banyak pengalaman lain kalo hypno-parenting itu memang bisa. Pengalaman simpel lain waktu Rei suka pegang-pegang kemaluannya sehabis mandi. Mamanya waktu itu biasanya pribadi bilang "No no pegang2 burung", tapi malah justru Rei makin menjadi. Akhirnya saya coba kata-katanya diganti, saya bilang "Tangannya pegangan kasur aja ya" atau "Tangannya di sini aja ya", dan benar Rei pribadi teralihkan.

Memang makin ke sini prakteknya makin susah, alasannya yakni semakin besar, ada kecenderungan anak kadang suka melaksanakan hal yang justru bertentangan dengan yang kita bilang. Tapi bukan berarti hypno-parenting salah dan harus dibuang, tapi memang ada trik-trik lain dalam mempraktekkannya, antara lain harus rajin kasih afirmasi/sugesti positif dikala anak dalam kondisi trance (mis: sedang nonton tv, bermain, mau tidur, dsb.).


3. Baby Led Weaning

Satu kata... pengen, pengen, pengen banget nerapin ini (eh lebih dari satu kata ya).

Berkaca pada pencapain Rei kini yang menerima rujukan asuh makan konvensional, alias berawal dengan makan puree dan disuapin hingga sekarang, hasilnya:
  1. Sangat picky eater, gak mau buah dan sayuran sama sekali.
  2. Susah sekali diajak mencoba kuliner baru. Mau makannya yang udah familiar aja.
  3. Meskipun kini bicaranya udah banyak, sempat terpikir mungkin Rei agak telat bicara alasannya yakni otot rahang dan mulutnya kurang terlatih alasannya yakni hingga umur 1 tahun lebih  masih makan yang lunak-lunak. Memang sih, mulai bicara umur 1,5 tahun itu jamak di bawah umur lain juga. Tapi masalahnya butuh waktu usang untuk Rei bisa bicara dengan pengucapan jelas, bahkan hingga kini di umur 3 tahunan.
  4. Sampai kini Rei kalo dikasih makan sendiri masih suka bermain-main dengan makanannya. Misalnya diremas-remas dengan tangan, atau dimain-mainkan dengan sendok. Kalau ada orang lain makan juga sering curious dan ingin ambil alih sendok/garpunya. Ini sebetulnya alasannya yakni selama ini Rei tidak/kurang dikasih kesempatan untuk mengeksplorasi sendiri makanannya. Karena paradigma orang renta jaman dulu: makan harus rapi, bersih, dan habis. Akhirnya Rei tidak punya kesempatan. Padahal sebetulnya anak butuh untuk eksplorasi makanannya sendiri. Selain supaya lebih mengenal makanan, juga melatih motoriknya.
Metode Baby Led Weaning membiarkan bayi mengikuti nalurinya sendiri dalam hal makan. Bayi itu sendiri yang akan makan dan memilih kapan mulai, apa, seberapa banyak, dan kapan beliau harus berhenti makan. Kaprikornus bukan dengan disuapi dan makan puree. Banyak referensinya kalo kita googling.

Harapannya dengan menjalankan BLW:
  1. Anak gak jadi picky eater, mau makan apa aja (yang sehat), termasuk biasa makan buah dan sayuran.
  2. Gak takut untuk mencoba kuliner baru, alasannya yakni udah terbiasa mengeksplor dan menghadapi kuliner gres sendiri.
  3. Otot rahang dan lisan lebih terlatih semenjak dini, semoga bisa bikin lebih luwes untuk berbicara.
  4. Motorik halus lebih terlatih, alasannya yakni dari kecil sudah terbiasa mencar ilmu menyentuh, memegang, menggenggam, dan mencicipi banyak sekali tekstur. Efeknya ini bisa banyak dan besar banget.
  5. Bisa lebih mandiri. Dari bayi udah bisa makan sendiri, kan enak, gak repot.
  6. Makan jadi acara menyenangkan buat si anak. Kaprikornus gak perlu lagi ada drama susah nyuapin makan ke anak.
  7. Makan dan nyiapin makanannya jadi lebih gak repot, alasannya yakni sajian BLW tampaknya lebih sederhana. Setelah umur 1 tahun malah mungkin makanannya bisa sama dengan yang ortunya makan, jadi gak perlu masak terpisah.
Tapi memang tantangannya besar untuk jalanin BLW ini. Tantangan pertama, niscaya dapet saingan dari orang yang biasa mengasuh Kelvin di rumah. Tapi masuk akal sih, alasannya yakni untuk jalanin BLW ini ortu musti sedikit "tega" sama anak. Metode ini memang belum terkenal di Indonesia.

Orang renta harus siap menghadapi hal-hal berikut kalo jalanin BLW:
  1. Makan niscaya awut-awutan dan berceceran. Jangan harap si anak bisa duduk bagus dan makan dengan rapi. Tapi ini wajar, namanya juga bayi masih belajar, dan kita gak boleh melarang atau memarahi anak. Salah satu tipsnya, makan di high chair dan di bawahnya dikasih koran-koran yang banyak, biar bersihinnya gampang.
  2. Awal-awal anak tampaknya hanya bermain-main saja dengan makanan, dan makannya mungkin sangat sedikit. Jangan harap si anak pribadi makan dan habis dengan cepat. Tapi jangan khawatir, alasannya yakni itu potongan dari eksplorasi si bayi akan makanan. Dan konon 2 bulan pertama fase MPASI (umur 7-8 bulan) sebetulnya bayi gres dalam fase mencar ilmu makan jadi belum perlu makan yang banyak. Asupan utama bayi di umur itu masih lah ASI. Yang penting jangan dipaksa anak memasukkan kuliner ke mulutnya. Konon dengan nalurinya bayi akan tahu kapan beliau lapar dan butuh makan, dan kapan beliau kenyang dan berhenti makan.
  3. Anak mungkin kerap tersedak di awal-awal proses mencar ilmu makannya. Tapi ortu harus percaya bahwa itu yakni potongan dari si bayi mencar ilmu makan, dan bayi sebetulnya punya kemampuan yang luar biasa untuk belajar. Konon bayi itu sangat pintar, sekali tersedak beliau akan mencar ilmu bagaimana semoga tidak tersedak lagi selanjutnya. Tantangannya yakni ortu musti "tega" untuk memberi kesempatan pada anak. Jika tidak diberi kesempatan, tentu bayi tidak akan pernah belajar.
Kalo orang renta jaman dulu niscaya udah gak tahan dan maunya pribadi nyuapin anaknya biar cepat selesai, makannya banyak, dan rapi. Memang harus ada perubahan paradigma besar-besaran dalam hal ini. Tapi mencar ilmu dari pengalaman Rei dulu, ahad pertama MPASI malah demam, dan diagnosa dokter pencernaannya kaget alasannya yakni pribadi dikasih makan banyak. Masih ingat dulu hari-hari pertama makan Rei pribadi disuapi banyak kuliner dan harus habis. Tidak ada kesempatan baginya untuk pembiasaan dan bereksplorasi dulu. Kasihan.

Benar-benar berharap bisa lebih baik untuk anak kedua dalam hal ini. Efek positif BLW tidak hanya dalam hal makan, tapi juga efek dalam hal kemampuan bicara, motorik, kemandirian, dan perkembangan otaknya.


4. No TV and Gadget

Waktu mengasuh Rei dulu, sebetulnya kita udah tahu kalo tontonan tv punya efek jelek ke perkembangan anak. Dan kita sempet gak memberi tontonan tv hingga umur Rei sekitar 1 tahunan. Tapi yang kita gak tahu yakni kalo gadget ternyata punya efek yang lebih buruk. Salahnya kita (saya) justru mengenalkan iPad terlalu dini ke Rei waktu beliau gres umur beberapa bulan saja. Alhasil di umur 1 tahunan beliau sudah jadi addicted dengan iPad, dan imbas buruknya Rei jadi kurang terlatih motorik dan juga kemampuan berkomunikasi/bicaranya.

Sampai suatu hari kita dibentuk cukup shock dikala Rei ditolak masuk ke salah satu sekolah alasannya yakni dianggap perkembangannya masih kurang, terutama komunikasinya, dan gadget dituding sebagai penyebabnya. We learned the hard way!

Kaprikornus untuk Kelvin rencananya adalah:

  1. Tidak menawarkan tontonan TV, minimal hingga umur 1 tahun atau hingga bisa berjalan.
  2. Tidak menawarkan gadget, terutama iPad, hingga batas yang tidak ditentukan. Minimal hingga komunikasinya jelas.
  3. Mengutamakan aktifitas yang interaktif, banyak melibatkan komunikasi dua arah dan bertatap muka. Karena ternyata bayi mencar ilmu bicara bukan hanya dari mendengar, tapi dari melihat gerakan bibir orang dewasa.
  4. Mencari aktifitas yang banyak melatih motorik halus dan kasar. Mungkin lebih sering ajak ke playground, atau menggambar.

Penutup

Itu semua di atas yakni harapan-harapan saya untuk anak kedua, Kelvin. Yang menjadi duduk kasus yakni bagaimana menyamakan visi dengan orang-orang yang nanti menjadi pengasuhnya, alasannya yakni sayangnya ujung tombak pelaksanaan bukan ada di saya. Mungkin juga akan banyak kompromi pada pelaksanaannya. Tapi saya benar-benar berharap ini bukan hanya sekedar menjadi wish list belaka.


Sumber http://ortubelajar.blogspot.com/

Mari berteman dengan saya

Follow my Instagram _yudha58

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Wish List For My Second Child, Kelvin"

Posting Komentar