Tiga Hal Yang Belum Banyak Diketahui Terkait Perkara Jessica-Mirna

 

Jessica-Mirna Foto: megapolitan.kompas.com

 Tanggal 5 Oktober yang lalu, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memperlihatkan tuntutan kurungan penjara selama 20 tahun kepada Jessica Kumala Wongso. Siapa sih yang tidak kenal dengan perempuan berusia 28 tahun ini? Semenjak ia menjadi terdakwa kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin di Januari 2016 lalu, wajahnya jadi sering terlihat di media cetak maupun elektronik. Kasus pembuhan yang dilakukan dengan cara memasukkan sianida ke dalam kopi korbannya ini meraih perhatian besar dari masyarakat. Nama Jessica dan Mirna kerap menjadi trending topic. Tidak hanya di Indonesia, media di luar negeri pun ikut meliput perkembangan kasus tersebut. Meski terus menerus diliput media, ada tiga hal yang belum banyak diketahui terkait kasus Jessica-Mirna, lho. Simak selengkapnya di sini.

 

Apa itu sianida dan mengapa berbahaya?

Mirna diduga meninggal tanggapan keracunan zat kimia berjulukan sianida. Zat kimia tersebut berada dalam minuman Kopi Vietnam yang diberikan kepadanya. Zat sianida dapat muncul dalam banyak sekali bentuk, menyerupai kristal, serbuk, dan cair. Ciri-ciri lainnya ialah tidak berwarna dan mempunyai anyir menyerupai kacang almond. Penggunaan sianida banyak ditemukan pada industri pertambangan untuk proses ekstraksi. Namun, semenjak zaman dahulu penggunaan zat ini sudah disalahgunakan, salah satunya oleh Hitler. Ia memakai sianida untuk membunuh para tawanannya. Bahkan Hitler pun bunuh diri dengan menenggak sianida dan menembak kepalanya sendiri.

 

Jessica-Mirna
Foto: merdeka.com

 

Zat sianida memang merupakan racun yang sangat mematikan. Waktu reaksinya sangat singkat yaitu hanya dalam hitungan detik. Zat yang juga terdapat pada rokok ini akan menyerap oksigen yang ada pada darah. Akibatnya, tidak ada cukup oksigen yang mengalir dalam sel-sel darah. Hal tersebut yang menjadikan ajal pada seseorang yang menelan ataupun menghirup sianida.

 

Kasus Jessica-Mirna "Menginspirasi"

Dulu, bencana ini sempat dikaitkan dengan dongeng di komik Conan. Namun, ternyata kasus pembunuhan memakai sianida pernah terjadi sebelumnya pada kehidupan nyata, tepatnya di Pennsylvania pada tahun 2013. Seorang laki-laki membunuh istrinya dengan cara memasukkan sianida ke dalam minuman sang istri. Pria tersebut berjulukan Robert Joseph Ferrante. Ferrante memperlihatkan sianida kepada istrinya melalui minuman berenergi. Tidak usang sehabis menenggak minuman tersebut, Dr. Autumn Klein, istri Ferrante, pingsan dan meninggal dunia tiga hari kemudian.

 

Jessica-Mirna Foto: newsth.com

 

Selain bencana yang dilakukan oleh Ferrante dan Jessica, baru-baru ini seorang laki-laki berjulukan Anton Herdiyanto membunuh dua orang korbannya dengan metode yang sama. Anton memperlihatkan minuman yang telah dicampur dengan potasium sianida kepada Sanusi dan Shendy. Mereka meninggal dunia sesaat sehabis menenggak minuman tersebut. Menurut keterangan polisi, Anton terinspirasi oleh metode pembunuhan yang diduga dilakukan oleh Jessica kepada Mirna. Kasus yang sedang booming ini memang terus menerus disorot dan dibahas secara mendalam oleh media. Akibatnya, masyarakat mempunyai informasi yang cukup untuk sanggup melaksanakan teladan pembunuhan yang sama.

Praktik sejenis ini, di mana pelaku kejahatan terinspirasi oleh kasus kejahatan yang telah terjadi sebelumnya atau kasus kejahatan pada dongeng fiksi, dikenal dengan istilah copycat crime. Sudah cukup banyak kasus kejahatan di dunia yang tergolong sebagai copycat crime. Kalau kau ingat, di tahun 2015 yang lalu, di tempat Jakarta, Depok, dan Tangerang ramai muncul gosip perihal begal. Nah, maraknya agresi pembegalan itu sanggup digolongkan juga sebagai copycat crime, lho.

 

Persidangan Jessica dikritik oleh pengacara luar negeri

Saking hebohnya kasus Jessica dan Mirna, masyarakat dari banyak sekali kalangan menjadi tertarik untuk mengikuti jalannya persidangan. Tidak hanya disiarkan secara live di televisi, ada juga pihak-pihak yang turut tiba ke pengadilan. Di antara pihak-pihak tersebut terdapat ibu rumah tangga dan siswa SMA. Siswa Sekolah Menengan Atas tersebut tiba dalam rangka menuntaskan kiprah sekolah mereka. Sebetulnya, hal tersebut tidak menyalahi hukum persidangan. Jika sidang yang dilakukan ialah sidang terbuka, maka siapa pun sanggup mengikutinya. Namun, terdapat beberapa hukum yang perlu diketahui ketika menyaksikan persidangan secara langsung. Salah satunya ialah dilarang membawa kamera, sound recorder, dan video recorder tanpa persetujuan Majelis Hakim. Para pengunjung juga dilarang berbicara dengan pendukung lainnya, apalagi menciptakan kegaduhan. Sayangnya, para pengunjung di persidangan Jessica sangat tidak tertib. Mereka kerap kali bersorak, bertepuk tangan, dan bersahutan sehabis mendengar pernyataan dari akseptor sidang. Kegaduhan di ruang persidangan ini sempat menjadi perhatian dari pengacara-pengacara di luar negeri yang disampaikan oleh pengacara Jessica, Otto Hasibuan. Persidangan kasus Jessica sekarang menjadi sebuah tontonan yang disertai dengan drama, tidak menyerupai persidangan kasus pembunuhan lainnya.

 

Jessica-Mirna Foto: wartakota.tribunnews.com

 

Kasus pembunuhan Mirna belum berakhir di sini, smart buddies! Tuntutan yang diberikan oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) kepada Jessica harus melalui persutujuan hakim terlebih dahulu. Jika hakim sudah setuju, maka Jessica akan resmi diberikan eksekusi tersebut. Semoga eksekusi sanggup dijatuhkan seadil-adilnya, ya. (AZN/TN)

Mari berteman dengan saya

Follow my Instagram _yudha58

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

0 Response to "Tiga Hal Yang Belum Banyak Diketahui Terkait Perkara Jessica-Mirna"

Posting Komentar