Menurut Teguh Baroto (2002), perencanaan dan pengendalian produksi (PPC) yaitu kegiatan bagaimana mengelola proses produksi tersebut. PPC merupakan tindakan administrasi yang sifatnya ajaib (tidak sanggup dilihat secara nyata). Sistem komputer barangkali merupakan analogi yang sempurna untuk sistem produksi. Proses produksi yaitu perangkat kerasnya (hardware) dan PPC yaitu perangkat lunaknya (software). Perencanaan dan pengendalian produksi (PPC) pada industri manufaktur apapun akan mempunyai fungsi yang sama. Fungsi atau aktivitas-aktivitas yang ditangani oleh departemen PPC atau PPIC secara umum yaitu sebagai berikut :
1. Mengelola pesanan (order) dari pelanggan. Para pelanggan memasukkan pesanan- pesanan untuk banyak sekali produk. Pesanan-pesanan ini dimasukkan dalam jadwal produksi utama, ini kalau jenis produksinya make to order.
2. Meramalkan permintaan. Perusahaan biasanya berusaha memproduksi secara lebih independent terhadap fluktuasi permintaan. Permintaan ini perlu diramalkan supaya skenario produksi sanggup mengantisipasi fluktuasi usul tersebut. Permintaan ini harus dilakukan kalau tipe produksinya yaitu make to stock.
3. Mengelola persediaan. Tindakan pengelolaan persediaan berupa melaksanakan transaksi persediaan, membuat kebijakan persediaan pengaman, kebijakan kuantitas pesanan, dan mengukur performansi keuangan dari kebijakan yang dibuat.
4. Menyusun planning agregat (penyesuaian usul dengan kapasitas). Pesanan pelanggan dan atau ramalan usul harus dikompromikan dengan sumber daya perusahaan (fasilitas, mesin, tenaga kerja, keuangan, dan lain-lain). Rencana agregat bertujuan untuk membuat skenario pembebanan kerja untuk mesin dan tenaga kerja (reguler,lembur, dan subkontrak)
5. Membuat Jadwal Induk Produksi (JIP). JIP yaitu suatu planning terang mengenai apa dan berapa unit yang harus diproduksi pada suatu periode tertentu untuk setiap item produksi. JIP dibentuk dengan cara (salah satunya) memecah (disagregat) planning agregat kedalam planning produksi (apa, kapan, dan berapa) yang akan direalisasikan JIP ini apabila telah dikoordinasikan dengan seluruh departemen akan jadi dasar dalam PPC. JIP ini akan di-”review” secara periodik atau kalau ada kasus..
6. Merencanakan kebutuhan. JIP yang telah berisi apa dan berapa yang harus dibentuk selanjutnya harus diterjemahkan ke dalam kebutuhan komponen, sub-assembly, dan materi penunjang untuk penyelesaian produk. Perencanaan kebutuhan material bertujuan untuk menentukan, apa, berapa, dan kapan komponen, sub- assembly, dan materi penunjang yang harus disiapkan. Untuk membuat perencanaan kebutuhan diharapkan warta lain berupa struktur produk (Bill of Material) dan catatan persediaan. Bila hal ini belum ada, maka kiprah departemen PPC untuk membuatnya.
7. Melakukan penjadwalan pada mesin atau akomodasi produksi. Penjadwalan ini meliputi urutan pengerjaan, waktu penyelesaian pesanan, kebutuhan waktu penyelesaian, prioritas pengerjaan, dan lain-lainnya.
8. Monitoring dan pelaporan pembebanan kerja dibanding kapasitas produksi.
Kemajuan tahap demi tahap dimonitor dan dibentuk laporannya untuk dianalisis. Apakah pelaksanaan sesuai planning yang telah dibuat?
9. Evaluasi skenario pembebanan dan kapasitas. Bila realisasi tidak sesuai rencana, maka planning agregat, JIP, dan penjadwalan sanggup diubah/disesuaiakan kebutuhan. Untuk jangka panjang, penilaian ini sanggup dipakai untuk mengubah (menambah) kapasitas produksi.
Menurut Vincent Gaspersz (1998) produksi merupakan fungsi pokok dalam setiap organisasi, yang meliputi aktifitas yang bertanggung jawab untuk membuat nilai tambah produk yang merupakan output dari setiap organisasi industri itu. Kebutuhan produksi untuk beroperasi dengan biaya yang lebih rendah, meningkatkan kualitas dan produktifitas, dan membuat produk gres telah menjadi kekuatan yang mendorong teknologi untuk melaksanakan banyak sekali terobosan dan inovasi baru. Produksi dalam sebuah organisasi pabrik merupakan inti yang paling dalam, spesifik serta berbeda dengan bidang fungsional lain seperti: keuangan, personalia, dan lain-lain. Sistem produksi merupakan sistem integral yang mempunyai komponen struktural dan fungsional. Dalam sistem produksi modern terjadi suatu proses transformasi nilai tambah yang mengubah input menjadi output yang sanggup dijual dengan harga kompetitif di pasar. Sistem produksi mempunyai beberapa karakteristik berikut:
a. Mempunyai komponen-komponen atau elemen-elemen yang saling berkaitan satu sama lain dan membentuk satu kesatuan yang utuh. Hal ini berkaitan dengan komponen struktural yang membangun sistem produksi itu.
b. Mempunyai tujuan yang mendasari keberadaannya, yaitu menghasilkan produk (barang dan/atau jasa) berkualitas yang sanggup dijual dengan harga kompetitif di pasar.
c. Mempunyai aktifitas berupa proses transformasi nilai tambah input menjadi output secara efektif dan efisien.
d. Mempunyai prosedur yang mengendalikan pengoperasiannya, berupa optimalisasi pengalokasian sumber-sumber daya.
Proses transformasi nilai tambah dari input menjadi output dalam sistem
produksi modern selalu melibatkan komponen struktural dan fungsional yang berperan penting dalam menunjang kontinuitas operasional sistem produksi itu. Komponen structural yang membentuk sistem produksi terdiri dari: materi (material), mesin dan peralatan, tenaga kerja, modal, energi, informasi, tanah, dan lain-lain. Sedangkan komponen fungsional terdiri dari: supervisi, perencanaan, pengendalian, koordinasi, dan kepemimpinan, yang kesemuanya berkaitan dengan administrasi dan organisasi. Komponen-komponen yang disebutkan di atas merupakan elemen-elemen utama dalam sistem produksi yaitu berupa input. Selain input, elemen utama lainnya yaitu: proses, output, serta adanya suatu prosedur umpan balik untuk pengendalian sistem produksi itu supaya bisa meningkatkan perbaikan terus-menerus (continous improvement). Suatu proses dalam sistem produksi sanggup didefinisikan sebagai integrasi sekuensial dari tenaga kerja, material, informasi, metode kerja, dan mesin atau peralatan dalam suatu lingkungan guna menghasilkan nilai tambah bagi produk, supaya sanggup dijual dengan harga kompetitif di pasar. Proses itu mengkonversi input terukur ke dalam output
terukur melalui sejumlah langkah sekuensial yang terorganisasi. Definisi lain dari proses yaitu suatu kumpulan kiprah yang dikaitkan melalui suatu pedoman material dan warta yang mentransformasikan banyak sekali input ke dalam output yang bermanfaat atau bernilai tambah tinggi. Suatu proses mempunyai kapabilitas atau kemampuan untuk menyimpan material (yang diubah menjadi barang setengah jadi) dan warta selama transformasi berlangsung.
Perencanaan dan pengendalian proses produksi merupakan metode yang dipakai dalam menghasilkan produk yang melewati proses dimana produk dibentuk menurut warta perihal cita-cita konsumen (pasar) yang diperoleh dari riset pasar yang komprehensif, selanjutnya didesain produk sesuai dengan cita-cita pasar itu. Desain produk telah memutuskan model dan spesifikasi yang harus diikuti oleh bab produksi. Bagian produksi harus meningkatkan efisiensi dari proses dan kualitas produk, supaya diperoleh produk-produk berkualitas sesuai dengan desain yang telah ditetapkan menurut cita-cita pasar itu, dengan biaya yang serendah mungkin.
Dengan perencanaan dan pengendalian proses produksi semua hal tersebut sanggup dicapai dengan menghilangkan pemborosan (waste) yang terjadi dalam proses produksi itu
Baca Juga : DEFINISI PERENCANAAN PENGENDALIAN PRODUKSI
Sumber http://indonugraha.blogspot.comBaca Juga : DEFINISI PERENCANAAN PENGENDALIAN PRODUKSI
Mari berteman dengan saya
Follow my Instagram _yudha58
0 Response to "Perencanaan Pengendalian Produk"
Posting Komentar