√ Orang Indonesia Di Kamp Konsentrasi Pertama Nazi

Orang Indonesia di Kamp Konsentrasi Pertama Nazi

Dia mati di kamp konsentrasi Nazi yang paling ditakuti.

22 March 2019

 Orang Indonesia di Kamp Konsentrasi Pertama Nazi √ Orang Indonesia di Kamp Konsentrasi Pertama Nazi
 Orang Indonesia di Kamp Konsentrasi Pertama Nazi √ Orang Indonesia di Kamp Konsentrasi Pertama Nazi Heinrich Himmler, kepala SS, menginspeksi Kamp Konsentrasi Dachau pada 8 Mei 1936. (Friedrich Franz Bauer/Bundesarchiv).
Pada 22 Maret 1933 Kamp Konsentrasi Dachau dibuka. Inilah kamp konsentrasi pertama yang dibangun Nazi-Jerman. Kamp ini juga beroperasi terlama hingga 29 April 1945. Jumlah tahanan diperkirakan mencapai 188.000 orang. Korban meninggal yang tercatat sebanyak 32.000, namun ribuan lainnya tak tercatat. Sekitar 10.000 dari 30.000 tahanan dalam keadaan sakit pada dikala pembebasan. Salah satu korban meninggal berasal dari Indonesia: R.M. Sidartawan.
Sidartawan, mahasiswa aturan di Universitas Leiden semenjak 1929. Dia menjabat sekretaris Perhimpunan Indonesia, organisasi mahasiswa Indonesia di Belanda. Dia juga menjadi anggota Bond van Sociaal-Democratische Studieclubs (Perserikatan Klub-klub Studi Sosial Demokrat).
Menurut sejarawan Harry A. Poeze dalam Di Negeri Penjajah, banyak orang Indonesia terutama di Leiden menjadi anggota perserikatan itu. Perserikatan itu akrab sekali hubungannya dengan SDAP (Sociaal Democratische Arbeiders Partij atau Partai Buruh Sosial-Demokrat), tapi tidak ada kekerabatan organisatoris.
“Bahkan Sidartawan pernah menjadi redaktur majalah perserikatan klub studi itu sekitar tahun 1935,” tulis Poeze.

Ketika Nazi-Jerman menduduki Belanda pada 10 Mei 1940, Sidartawan dan anggota Perhimpunan Indonesia ikut melaksanakan verzet atau perlawanan. Mereka pun menjadi sasaran Nazi-Jerman.
Pada pagi 25 Juni 1941, polisi politik Nazi-Jerman, Sicherhetisdienst, menggeledah tempat-tempat tinggal mahasiswa Indonesia di Leiden. Mereka mencari empat pemimpin Perhimpunan Indonesia. Dua di antaranya tertangkap, yaitu Sidartawan dan Parlindoengan Loebis, sedangkan Setiadjit dan Ilderem sanggup meloloskan diri.
Sidartawan dan Loebis dimasukan ke kamp konsentrasi secara berpindah-pindah. Loebis dimasukkan ke empat kamp konsentrasi: Schoorl dan Amersfoort di Belanda, kemudian Buchenwald dan Sachenhausen di Jerman.

“Di kamp Buchenwald saya boleh dikatakan beruntung juga. Pekerjaanku tidak terlalu berat. Selama kira-kira enam ahad saya menjadi Stubendienst, kemudian selama kurang lebih dua bulan menjadi komando Schreiber (juru tulis komando),” kata Loebis dalam otobiografinya, Orang Indonesia di Kamp Konsentrasi Nazi.
Loebis selamat dan kembali ke Indonesia. Dia meninggal dunia pada 1994. Sedangkan Sidartawan menjadi anggota Perhimpunan Indonesia pertama korban Nazi-Jerman.
Loebis mendapatkan kabar dari seorang Belanda yang gres dibebaskan dari kamp bahwa Sidartawan akan dipindahkan lagi ke kamp Dachau untuk Erholung yang artinya beristirahat biar kekuatannya pulih kembali.

“Akan tetapi Kamp Dachau sudah tersohor sebagai Vernichtungslager, artinya kamp di mana para tawanan dibunuh bila ia kelihatan sudah tidak ada tenaga lagi untuk bekerja,” kata Loebis.
Nama Dachau kemudian populer dan ditakuti sehingga muncul pameo di Jerman bila seseorang ditangkap dan dijebloskan ke dalam kamp konsentrasi orang selalu menyampaikan “dia di-Dachau-kan.”
“Sampai simpulan perang,” kata Loebis, “aku sama sekali tidak mengetahui di mana dan kapan Sidartawan meninggal dunia. Tidak ada seorang pun yang menerima kabar.”

Dalam inmemoriam yang terbit di majalah Indonesia, 21 Juli 1945, disebutkan Sidartawan berturut-turut menempati kamp konsentrasi di Scheveningen, Schoorl, Amersfoort, Hamburg, Neuengamme, dan Dachau.
Inmemoriam itu menulis “para penyintas dari kamp konsentrasi yang mengerikan kini mengalir ke negara masing-masing itu, membawa sukacita bagi keluarga mereka. Tetapi berapa banyak keluarga yang terbenam dalam sedih yang dalam, alasannya ialah salah satu dari anggota keluarganya telah mengalah pada kehidupan yang sulit di kamp-kamp itu. Sidartawan termasuk yang tidak akan kembali. Sidartawan ialah salah satu orang Indonesia yang menjadi korban lembaga-lembaga Nazi yang jelek itu.”
Sidartawan meninggal dunia jawaban sakit dan siksaan di Kamp Konsentrasi Dachau pada November 1942.


Sumber http://penulissnazzily.blogspot.com

Mari berteman dengan saya

Follow my Instagram _yudha58

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "√ Orang Indonesia Di Kamp Konsentrasi Pertama Nazi"

Posting Komentar