Mula Operasi PlastikBermula dari kebutuhan untuk memperbaiki luka para korban perang, operasi plastik lalu juga memperindah belahan tubuh. 26 March 2019 Tiddo Reddingius (duduk paling kiri) bersama rekan-rekannya di CBZ. (A Brief History of the Development of Plastic Surgery in the Netherlands East-Indies). KRISDAYANTI, Mpok Atiek, dan Nikita Mirzani mengaku melaksanakan operasi plastik. Para selebriti tersebut menjalani bedah estetis (kosmetik) untuk memperindah penampilan. Operasi plastik juga dilakukan pasien penderita tumor kulit, bibir sumbing, atau luka bakar. Operasi plastik golongan terakhir ini disebut bedah konstruktif. Tujuannya untuk menangani belahan badan yang cedera. Praktik operasi plastik di Indonesia bermula dari masuknya pengetahuan medis Barat. Mulanya, bedah plastik ditujukan hanya untuk perbaikan, khususnya pada korban perang yang mengalami luka bakar atau kerusakan di belahan wajah. Pengetahuan perihal mekanisme rekonstruksi ini dibawa oleh para jago bedah Austro-Hungaria yang tinggal di Hindia-Belanda. Mereka tiba sebab bergabung dengan Korps Medis Angkatan Darat (KNIL) sesudah Perang Dunia I. Mereka berpengalaman melaksanakan operasi pada korban perang selama beberapa tahun. Kasus-kasus yang mereka temui waktu itu umumnya kerusakan wajah yang sudah parah sebab dibiarkan, luka bakar, kanker kulit, dan bibir sumbing. Sayangnya, publikasi perihal operasi plastik di Hindia Belanda sangat minim, namun jejaknya dapat ditelusuri dari kedatangan para dokter bedah. Barend Haesekaer dalam “A Brief History of the Development of Plastic Surgery in the Netherlands East-Indies” menyebut Robert Lesk sebagai profesor bedah (diangkat 1927) dan ortopedi pertama di Batavia. Lesk, seorang Austro-Hongaria yang lahir di Trautenau (kini Trutnov di Republik Ceko), berguru kedokteran di Wina, Austria. Di Wina pula Lesk dilatih sebagai jago bedah. Pada 1909, Lesk masuk (KNIL) dan ditugaskan di Jawa. Dia diminta untuk mengajar bedah dan dermatologi di sekolah kedokteran, STOVIA, hingga 1914. Selama mengajar, Lesk menerbitkan goresan pena perihal bedah plastik untuk menangani kanker kulit, operasi kepala dan leher, serta pengobatan bibir sumbing dan langit-langit lisan di Jurnal Medis Hindia Belanda Timur. Lesk juga bertugas keliling mengikuti pasukan Belanda yang berperang di Ambon, Manado, dan Aceh. Seperti dimuat dalam obituari Lesk di De Sumatra Post pada 1937, Lesk setidaknya mengoperasi 30 orang di tiap kota yang dikunjunginya. Saking terkenalnya sebagai dokter bedah, sampai-sampai ada kalimat penyemangat: “Jangan takut perang, bila usus putus, Dr. Lesk samboeng!". Kasus lain yang jamak ditemui ialah pencangkokan kulit dan rekonstruksi wajah. Operasi kasus ini banyak ditangani oleh Tiddo Reddingius, yang menjadi profesor sesudah Lesk meninggal dan bertugas di Centrale Burgerlijke Ziekenhuis (CBZ, sekarang RS Cipto Mangunkusumo). Selain berkontribusi pada pengobatan para tentara yang membutuhkan operasi bedah serta perawatan luka bakar, Reddingius berjasa memperkenalkan anestesi dengan gas tawa (nitro oksida) di klinik bedah Batavia. Reddingius juga berjasa dalam menyiapkan tenaga medis (baik kulit putih maupun pribumi) untuk keperluan perang. Sebelum 1930-an, dokter bedah berkutat pada duduk kasus perbaikan anggota badan yang rusak dan pengobatan yang dianggap mendesak. Belum ada catatan perihal operasi plastik untuk tujuan estetis, yang ada hanya sebatas meminimalisasi bekas operasi. Bibit bedah kosmetik gres keluar pada 1915 saat Herman Cornelis van den Vrijhoef menulis perihal aspek kosmetik dari bekas luka bedah. Ia memberi hukum dasar operasi plastik perihal materi jahitan halus, juga teknik menyambung kulit biar tidak mengakibatkan bekas luka parah. Bedah estetis gres mulai diperbincangkan sesudah 1930. Adalah Suzanne Noel, dokter asal Paris yang pernah berkunjung ke Batavia untuk tur dunia, yang memperkanlkannya. Pada 19 Mei, Suzanne berbicara di pertemuan medis di Batavia perihal bedah estetika. Isi ceramah Suzanne menarik perhatian Annie Mulder van de Graaf, seorang neurolog dan psikiatris lulusan Universitas Utrecht. Annie yang tinggal di Surabaya pada tamat tahun 1920-an hingga 1930-an, lalu menemui Suzanne di Paris dan berguru bedah kosmetik padanya. Pada 1936, Annie menerbitkan buku perihal bedah estetika dan efek psikologisnya yang dedikasikan untuk Suzanne. Sejauh itu, bedah kosmetik yang paling sering ditemui yaitu perawatan bedah keloid daun pendengaran pada pasien Jawa. T. Rado dalam tulisannya “Cosmetische operaties in Indie” menyebut kasus yang ia tangani di Hindia-Belanda, menyerupai pengangkatan benjolan di permukaan kulit (kista sebaceous), perawatan pada pendengaran caplang dan hidung pesek orang Jawa. Ia mengoperasi hidung pesek dengan mengebor lubang hidung untuk mencangkok tulang rawan. Meski demikian, di zaman itu jarang sekali pasien minta dioperasi. |
Mari berteman dengan saya
Follow my Instagram _yudha58
0 Response to "√ Mula Operasi Plastik"
Posting Komentar