Demi Mengantongi Gelar Sarjana, 5 Anak Muda Ini Rela Menjadi Sopir Angkot Sampai Pemulung

Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan tinggi, tidak peduli dari mana dan bagaimana latar belakangnya. Akan tetapi, nyatanya hingga kini masih banyak pelajar yang kesulitan untuk melanjutkan pendidikan alasannya keterbatasan ekonomi. Dengan begitu, mereka pun harus memikirkan jalan keluar semoga bisa menjadi seorang sarjana pujian bangsa. Salah satu caranya yaitu dengan bekerja. Berbagai jenis pekerjaan pun disambangi demi meraih pendidikan terbaik. Inilah lima sosok anak muda yang rela melaksanakan apapun demi mengantongi gelar sarjana.

1. Kakak tukang ojek dan adik tukang sampah

Abdurrahman, salah seorang anak muda yang tinggal di ibu kota, sehari-hari harus membagi waktunya antara kuliah dan menjadi tukang ojek online. Ia merupakan mahasiswa di salah satu perguruan tinggi tinggi swasta Jakarta. Tiap hari, ia bekerja hingga pukul 12 atau 1 dini hari. Abdurrahman mulai dikenal masyarakat ketika seorang pengguna Facebook menceritakan pengalamannya waktu berbincang dengan sang driver ojek online.

Abdurrahman, menjadi driver ojek online untuk biayai kuliah
Abdurrahman, menjadi driver ojek online untuk biayai kuliah. (Sumber: tribunnews.com)

Abdurrahman tetapkan bekerja sebagai tukang ojek online alasannya butuh biaya untuk biaya kuliah. Nampaknya, ia berasal dari keluarga pekerja keras. Pasalnya, adiknya, mahasiswa di Universitas Negeri Jakarta pun turut melaksanakan pekerjaan sambilan dikala tidak kuliah, yaitu tukang sampah. Tukang sampah di sini yaitu pasukan oranye yang sering bertugas menyapu jalan. Kini, sudah diberi honor UMR. Jadi, sekiranya cukup untuk biaya kuliah. Menurut Abdurrahman, ia dan adiknya bahagia melaksanakan pekerjaan yang mereka jalani.

2. Menjual gorengan selepas kuliah

Namanya Asnawi. Selama ini ia menentukan untuk mencari nafkah dengan cara berjualan gorengan guna membiayai kuliahnya di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Pekerjaan ini sudah semenjak 2006 ia lakoni untuk membantu orang tuanya. Bahkan, ia sempat putus sekolah lho, smart buddies. 

Asnawi, menjual gorengan untuk menjadi sarjana
Asnawi, menjual gorengan untuk menjadi sarjana. (Sumber: detiknews.com)

Pria asal Bangka itu selalu memulai acara sehari-harinya dengan belanja ke pasar seusai shalat subuh. Ia pun terjun pribadi untuk menciptakan campuran hingga menjadi gorengan yang siap dinikmati. Kemudian, sepulang kuliah, di siang hari ia mulai berjualan dengan memikul dagangan keliling kampung. Biasanya, ia akan kembali pukul 18.00 untuk merampungkan tugas-tugas kuliahnya. Inilah rutinitas yang tiap hari ia lakukan hingga berhasil menerima gelar Sarjana Ekonomi dengan IPK 3,39.

"Saya pernah bernazar dulu, jikalau saya lulus, saya akan pakai toga dengan membawa dagangan ke kampus. Saya ingin menunjukkan, penjual gorengan juga bisa merampungkan kuliah. Saya membayar kuliah dan membiayai hidup saya juga pakai ini," ujarnya.

Ketika hari wisudanya tiba, Asnawi nenggenapi nazarnya. Dengan menggunakan toga kebanggaan, ia memikul gorengan dagangannya. Tapi, kali ini bukan untuk dijual, melainkan untuk dibagi-bagikan pada orang di sekitar. Mulai dari sesama mahasiswa, orang renta mahasiswa, termasuk satpam, hingga tukang parkir.

3. Rela jadi sopir angkot hingga kuli bangunan

Brenda Trivena Grace Salea, seorang mahasiswa anggun yang menentukan untuk melaksanakan pekerjaan laki-laki demi mendapatkan pemanis biaya kuliah. Dara asal Manado ini sudah dikenal sebagai seorang sopir angkot di kawasan Likupang, Minahasa Utara. 

Brenda, sopir angkot anggun di Manado
Brenda, sopir angkot anggun di Manado. (Sumber: tribunnews.com)

Gadis yang kerap disapa Brenda ini mengaku bahwa ia tidak merasa segan melaksanakan pekerjaan "kasar" demi membantu perekonomian keluarganya. Selain menjadi sopir angkot, anak kedua dari tiga bersaudara ini juga mempunyai pekerjaan lainnya. Mulai dari menjadi tukang angkat kardus air mineral untuk dipasok ke warung-warung, hingga kuli bangunan yang mengangkut semen dan pasir. Kalau judge dari perawakannya yang kurus, mungkin tidak ada yang menyangka jikalau Brenda bisa memikul tiga kardus air mineral di pundaknya.

Brenda memang sudah biasa bekerja membantu orang tuanya semenjak SD. Setiap pulang sekolah, ia berjualan ikan dan pisang goreng. Hal yang sangat menginspirasi juga, ia tidak pernah aib dengan pekerjaan tersebut selama hasil yang diperoleh halal. Tidak heran, ia dikenal dengan sosok yang tidak sombong dan sangat humanis.

4. Menjadi office boy di kampus

Dodi, mahasiswa yang berhasil merampungkan pendidikan jurusan Administrasi Keuangan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik di Universitas Padjajaran. Apa yang unik? Agar bisa menerima gelar ini, Dodi bekerja sebagai office boy di kampusnya. Profesi ini telah dijalankannya selama kurang lebih tujuh tahun. 

Dodi, menjadi office boy dan sukses jadi sarjana Unpad
Dodi, menjadi office boy dan sukses jadi sarjana Unpad. (Sumber: jadiberita.com)

“Saya kerja sebagai OB semenjak tahun 2005 hingga kini tahun 2012. Sudah hampir 7 tahun. Lalu masuk DIII FISIP Unpad angkatan 2008. Saya merampungkan studi diploma 3 ini, selama 3 tahun setengah,” dongeng Dodi.

Tiap hari, sehabis menunaikan shalat subuh, ia pribadi berangkat ke tempat kerjanya. Segala pekerjaannya harus dikerjakan sebelum ia masuk kelas. Tugas sehari-harinya yaitu menyapu lantai, membersihkan sampah, melayani seruan fotokopi, merapikan meja serta kursi, dan sebagainya. Ia dikenal sebagai sosok yang sangat rajin. Oleh karenanya, tidak heran orang di sekitarnya selalu memberi semangat pada Dodi untuk terus fokus kuliah.

5. Menghabiskan waktu di antara tumpukan sampah

Kisah inspiratif terakhir tiba dari Wahyudi, cowok asal Bekasi, Jawa Barat. Ia rela menjadi seorang pemulung guna mengumpulkan biaya untuk kuliah. Anak dari pasangan petani ini sudah melakoni pekerjaan ini semenjak duduk di dingklik SD. Ia melihat tetangganya bisa bertahan hidup dari hasil memulung. Nah, di dikala itulah Wahyu tergerak untuk mengikuti jejak tetangganya semoga jangan hingga putus sekolah menyerupai kakaknya. Kerap kali ia mendapatkan olok-olokan dari teman-temannya alasannya bekerja di antara tumpukan sampah. Selain memulung, Wahyu juga pernah menjajal pekerjaan lain, yaitu menjual hasil ternak dan gorengan. 

Dodi, pemulung tampan yang kini sukses S2 ITB
Dodi, pemulung tampan yang kini sukses S2 ITB. (Sumber: tribunnews.com) 

Kini, hasil perjuangannya sudah bisa dipetik. Berkat tumpukan sampah, ia berhasil membanggakan orang tuanya dengan wisuda. Bahkan, kini ia yaitu mahasiswa pascasarjana di ITB lho! Wah, salut!

Selain inspiratif, lima kisah di atas cukup menerangkan bahwa dengan niat dan keinginan yang kuat, siapa pun bisa menggapai cita-cita. Selama mau berusaha, duduk masalah ekonomi sudah bukan menjadi penghalang untuk raih pendidikan tinggi. Ayo tularkan semangat belajarmu dengan teman-teman se-Indonesia dalam group chat ruanglesonlineSemangat, smart buddies! (TN)

New Call-to-action

Mari berteman dengan saya

Follow my Instagram _yudha58

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Demi Mengantongi Gelar Sarjana, 5 Anak Muda Ini Rela Menjadi Sopir Angkot Sampai Pemulung"

Posting Komentar