Di kala Revolusi Industi 4.0 yang ditandai dengan perpaduan teknologi yang mengaburkan garis antara bidang fisik, digital, dan biologis atau dikenal dengan istilah internet of things, Presiden Indonesia Joko Widodo meluncurkan “Making Indonesia 4.0”, sebuah peta jalan yang terintegrasi untuk mengimplementasikan sejumlah strategi.
Strategi lainnya yakni diterbitkannya Inpres no 9 tahun 2016 wacana Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia. Kondisi ini pun mau tidak mau menciptakan Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) harus bebenah.
Inpres tersebut dikeluarkan pada tanggal 9 September 2016 di Jakarta dan ditujukan kepada 12 Menteri Kabinet Kerja (termasuk Menteri Pendidikan dan Kebudayaan), 34 Gubernur, dan Kepala Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Perihal Gubernur, salah satu tugasmya yakni menciptakan peta jalan provinsi. Daerah spesial Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu provinsi yang sudah menciptakan peta jalan revitalisasi SMK.
Menurut Prof. Buchory, Wakil Ketua Dewan Pendidikan DIY, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) DIY dan sekolah kejuruan.
“Dinas dan sekolah harus meningkatkan kolaborasi dengan dunia industri baik dalam proses penyusunan kurikukum maupun dalam praktik industri,” ucap Buchory, Selasa (29/1/2019).
Selain itu, berdasarkan Buchory, semoga siswa Sekolah Menengah kejuruan bisa bersaing, Sekolah Menengah kejuruan dengan bidang keahlian apa pun perlu diberi kemahiran dalam bahasa ajaib dan penguasaan warta teknologi. Terlebih pembangunan New Yogyakarta International Airport (NYIA) akan segera selesai. Kondisi ini harus dijadikan pacuan semoga Sekolah Menengah kejuruan di DIY segera berbenah alasannya yakni akan banyak tenaga kerja yang dibutuhkan, khususnya dari lulusan SMK.
Kepala Seksi Sekolah Menengah kejuruan Bidang Pendidikan Menengah, Disdikpora DIY, Heru Santosa mengungkapkan kurikulum Sekolah Menengah kejuruan mengacu pada perkembangan teknologi terkini. “Kami berusaha mengikuti tuntutan dunia industri, biasanya per sekolah punya kawan industri masing-masing,” ucap Heru.
Perihal standar SMK, Buchroy yang juga merupakan Guru Besar Program Pascasarjana Universitas PGRI Yogyakarta (UPY) mengungkapkan bila Sekolah Menengah kejuruan di DIY sudah memenuhi standar nasional pendidikan dan terakreditasi A semestinya sudah bisa bersaing.
Di sisi lain, salah satu hambatan pengembangan Sekolah Menengah kejuruan di DIY antara lain para lulusan mengalami hambatan budaya. Para lulusan Sekolah Menengah kejuruan di DIY kebanyakan tidak bersedia mendapatkan anjuran kerja di kawasan lain lantaran mbok-mbokan atau enggak mau pisah dengan orang tua. Buchory mengungkapkan semoga siswa tetap tertarik masuk Sekolah Menengah kejuruan bisa dilakukan dengan santunan beasiswa, keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan kerja dan ketersediaan kerja.
Sumber artikel : https://psmk.kemdikbud.go.id
Sumber http://blogomjhon.blogspot.com
Mari berteman dengan saya
Follow my Instagram _yudha58
0 Response to "Smk Wajib Kuasai Bahasa Abnormal Dan Teknologi Hadapi Revolusi Industri 4.0"
Posting Komentar