Riri, begitu sapaan akrabnya, diminta untuk cuti bersekolah semenjak bulan Maret demi penanganan medis. Sesekali ia bersikeras untuk hadir di sekolah, namun sayangnya hal itu justru memperburuk keadaan. Pasalnya, ia mengalami luka bakar dan benturan yang cukup keras pada bab pinggang. Hal ini yang membuatnya tidak boleh untuk melaksanakan banyak pergerakan dalam beraktivitas lantaran sanggup memperlambat proses penyembuhan. Riri pun mengikuti saran dari orang terdekatnya untuk meninggalkan kursi sekolah selama satu bulan lamanya.
Kejadian yang menimpanya ini tidak lantas menciptakan semangat belajarnya surut. Sekalipun harus berjuang tanpa teman-teman di kelas, ia pertanda bahwa tetap harus lulus ujian. Bulan yang dinantikan pun tiba, ia menghadapi ujian praktek dan ujian sekolah di rumahnya. Saat UN, ia tetap diminta untuk tiba ke sekolah sesuai dengan hukum yang ada. Riri pun ditempatkan pada ruangan tersendiri lantaran alasan kesehatan. Akhirnya alumni siswa Sekolah Menengan Atas Gonzaga ini pun berhasil melewati semua tahapan kelulusan.
Ternyata kisahnya belum berhenti hingga di sini. Saat dihubungi kami beberapa hari lalu, Riri menceritakan bahwa usai kelulusan itu justru awal tantangannya. “Saya ingin berkuliah di Universitas Padjajaran (UNPAD), tapi khawatir tidak bisa mengikuti persiapan dan tes SBMPTN lantaran perlu menjalani perawatan dari rumah sakit,” ucapnya. Ia mengaku, mentalnya sempat turun alasannya teman-temannya bisa mengikuti bimbingan berguru di banyak sekali forum pendidikan. Sementara dirinya tidak bisa menjalani acara apapun di luar rumah.
Hingga hari yang dinanti-nanti pun tiba, Riri mengikuti tes SBMPTN dan mendapat lokasi di tempat Pekayon, Jakarta Timur. Ternyata, ia kembali mengalami hambatan sempurna di hari tes. “Saya ditempatkan di Sekolah Menengan Atas Budhi Warman 2 dan itu cukup jauh dari rumah. Lebih menyulitkan lagi, ruangan saya berada di lantai 3,” tuturnya. Padahal, kondisi fisiknya tidak memungkinkan untuk menaiki belum dewasa tangga. Oleh lantaran itu, ia meminta panitia secara mendadak untuk memindahkannya ke ruangan di lantai 1.
Hambatan yang dialaminya belum juga usai. Walau sudah mengajukan keberatan, ia tetap harus menunggu proses pemindahan yang cukup lama. Riri pun kesannya mengalami kerugian waktu sebanyak 20 menit, semenjak bel tanda SBMPTN dibunyikan. Menurutnya, tidak ada yang mengantar soal dan lembar balasan Tes Kemampuan Potensi Akademik (TKPA) miliknya dari lantai 3 ke lantai 1. “Waktu yang tersisa jadi tinggal sedikit, saya kesannya terpaksa meninggalkan 20 nomor untuk tidak diisi,” ujar Riri.
RG Squad, mau tahu dongeng lengkapnya? Nantikan artikel selanjutnya dari Ruangguru ya! (RE/DR)
Mari berteman dengan saya
Follow my Instagram _yudha58
0 Response to "Kisah Btariany Anindita: Berjuang Lulus Sbmptn Di Sela Perawatan Rumah Sakit"
Posting Komentar