Lima sosok ini menunjukan bahwa guru benar-benar jagoan tanpa tanda jasa. Tanpa rasa takut dan ragu, mereka mengorbankan diri demi merampungkan kiprah mulia untuk mengajar. Siapa saja dan bagaimana kisah guru-guru inspiratif tersebut? Keep reading :)
1. Donor ginjal untuk siswa
Seorang guru Sekolah Dasar Oakfield di Amerika Serikat berjulukan Jodi Schmidt rela mendonorkan ginjal untuk salah satu siswanya. Kejadian ini berawal dikala salah seorang siswanya yang berjulukan Natasha Fuller sudah berhari-hari tidak hadir di sekolah. Jodi pun mencari tahu kabar dari banyak sekali macam sumber. Ternyata, Natasha tengah berada dalam perawatan karena kondisinya menurun dan membutuhkan donor ginjal segera. Saat itu, gadis berusia 8 tahun ini dirawat di Children’s Hospital, Wisconsin.
Sejak lahir Natasha telah didiognosis mengidap Prune Belly Syndrome. Sindrom ini membuatnya berisiko tinggi mengalami benjol kanal kemih dan pengembangan otot perut. Selama ini memang Natasha wajib menjalani serangkaian pengobatan, yakni tiga kali seminggu ke rumah sakit guna basuh darah. Nah, karena penyakit inilah akibatnya lama-kelamaan merusak ginjalnya.
Setelah mengetahui kabar tersebut, Jodi mempunyai rencana mulia untuk membantu Natasha. Usai berdiskusi terlebih dulu dengan suami dan keluarganya, ia membulatkan tekadnya. Ia memanggil nenek Natasha, Chris Burleton selaku wali dari Natasha untuk tiba ke sekolah. Beberapa tahun belakangan gadis itu tinggal bersama kakek dan neneknya.
Pada awalnya, Chris menyangka panggilan tersebut merupakan teguran dari pihak sekolah karena cucunya tak kunjung menampakkan diri. Namun, ia justru dikejutkan dengan sebuah hadiah yang sangat menggugah. Jodi memberikannya sebuah kotak berwarna merah jambu. Saat kotak tersebut dibuka, seketika Chris histeris dan menangis terharu. Di dalamnya, terdapat sebuah pesan yang menyatakan bahwa Jodi berniat untuk mendonorkan ginjalnya bagi Natasha. Sontak Chris memeluk Jodi sambil mengucap terima kasih tiada henti.
2. Mengajar dengan seutas tali
Menjalani profesi sebagai guru butuh pengabdian dan kecintaan yang sangat tinggi. Hal ini sanggup kau lihat pada sosok guru dari dataran Cina yang berjulukan Zhu Youfang. Guru berusia 49 tahun ini mengajar Sekolah Dasar di provinsi Hubei, Cina. Selama tiga tahun ke belakang, ia menderita penyakit Spinocerebella Ataxia (SCA). SCA ini penyakit langka yang membuat koordinasi tangan, bicara, serta gerak mata terganggu. Biasanya, disebabkan karena faktor genetik. Nah, ayah Zhu pun mengidap penyakit ini, smart buddies.
Dalam kondisi yang sangat memprihatinkan, Zhu sering kali kesulitan untuk beraktivitas. Mulai dari mengangkat tangan, bangun berdiri, serta memutar kepala untuk menghadap siswa-siswinya. Ketika mengajar, ia sering kali harus berhenti dan istirahat sejenak untuk memijat kepalanya yang pusing. Untuk membantu Zhu mengajar, sang suami yang bekerja di daerah sama mengikatkan seutas tali pada papan tulis yang dipakai Zhu. Zhu jadi lebih bisa menjaga keseimbangan berkat dukungan tali tersebut.
Dari pihak sekolah sendiri pun bekerjsama telah meminta Zhu biar lebih banyak beristirahat. Mereka berjanji akan tetap membayar Zhu dengan honor penuh. Namun, Zhu tidak mendapatkan penawaran tersebut karena tekadnya yang kuat untuk mengajar. Ia tetap tiba dengan penuh semangat untuk menyebarkan ilmu di sekolah tempatnya mengajar selama 31 tahun belakangan. Para anak didiknya yang mengetahui penyakit langka yang diidap gurunya pun sering menjenguk dan mendoakan biar lekas sembuh. Well, perhatian dan kasih sayang dari para siswa inilah yang menjadi sumber kekuatannya. Tidak hanya itu, dukungan tidak pernah putus tiba dari rekan sesama guru, keluarga, juga wali siswa. Selama kemampuan berbicaranya tidak hilang, Zhu akan terus memantapkan dirinya untuk menjadi pengajar yang berdedikasi tinggi.
3. Mengajar siswa meski terbaring lemah di rumah sakit
Guru dan siswa tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Setiap guru niscaya sangat mengasihi siswanya, bahkan sudah menyerupai buah hatinya sendiri. Guru selalu mengupayakan segala hal biar siswanya mendapatkan hal yang terbaik, meski sedang sakit keras sekalipun.
Liu Shengping, seorang guru Seni dan Ilmu Sosial di Sichuan Normal University, Cina melaksanakan suatu hal yang membuat haru. Sejak bulan April, Liu didiagnosis menderita gagal hati akut dan sirosis hati yang membuat kondisi tubuhnya semakin hari semakin lemah. Meskipun ia telah menjalani perawatan di rumah sakit sepanjang dua bulan terakhir, tapi tidak kunjung membuat tubuhnya berangsur baik. Agar sanggup perawatan yang lebih baik dan juga donor hati, tentu membutuhkan biaya besar. Namun apa daya, Liu hanya bisa bersabar dengan kondisinya karena tidak ada biaya perawatan.
Oleh karena keadaan inilah, Liu meminta biar siswanya tiba ke rumah sakit daerah ia dirawat untuk memberikan bahan pelajaran bagi mereka untuk terakhir kalinya. Sekitar 20 siswa hadir dan terlihat menangis menyaksikan Liu. Dari tempatnya berbaring, ia memberikan banyak hikmah penting untuk siswanya. Sepanjang hampir 13 menit, Liu menekankan wacana pentingnya rasa syukur dan hidup tenang untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. Semua yang disampaikan bertujuan biar siswa lebih tegar dalam menghadapi setiap ujian hidup. Dengan demikian, hidup akan lebih nyaman berdampingan satu dengan yang lain.
Sebagai penghargaan dan memberi semangat untuk melawan penyakitnya, para siswa menyanyikan sebuah lagu Cina berjudul A Grateful Heart. Lagu ini merupakan lagu murung yang didedikasikan untuk orang yang paling penting dan kuat dalam kehidupan seseorang.
4. Menyeberangi sungai berarus deras
Dikarenakan rasa cintanya yang amat besar pada profesinya, Abdul Malik rela berenang menyeberangi sungai berarus deras setiap harinya. Menurut guru asal India ini, tidak ada satu pun yang bisa memisahkan ia dan para siswanya. Pria asal kota Malappuram ini sudah dua dekade lamanya nekad berenang di air yang mencapai setinggi lehernya.
Hal ini dilakukan karena jarak antara daerah tinggalnya dengan sekolah lebih erat ditempuh melalui sungai. Bisa-bisa saja ia memakai bus, namun jaraknya sekitar 12 kilometer dan butuh waktu 3 jam lamanya. Menurutnya, berenang melintasi sungai akan lebih cepat dan membuatnya sempurna waktu hingga di sekolah. Saat berenang, ia mengganti baju kerjanya dan dimasukkan ke dalam kantong plastik. Setibanya di seberang, barulah ia mengganti dan meneruskan perjalanan ke sekolah dengan berjalan kaki.
5. Mengajar tanpa lengan
Terakhir, sosok guru inspiratif ini tiba dari negeri tercinta, Indonesia. Pak Untung sudah 24 tahun lamanya mengabdi sebagai guru honorer di sebuah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Miftahul Ulum di Sumenep, Madura, Jawa Timur. Ia memiki keterbatasan fisik, yakni tidak mempunyai lengan. Namun hal ini tentu tidak kunjung membuatnya pesimis dalam menjalani profesi mulia tersebut.
Hal ini dibuktikan dengan opini dari para siswa yang mengaku sangat betah, senang, bahkan sayang dengan Pak Untung. Meskipun tanpa lengan, bukan berarti ia tidak bisa melaksanakan tugas-tugas yang dilakukan guru pada umumnya. Ia sangat profesional dalam mengajar. Menulis di papan tulis, menawarkan nilai, dan sebagainya. Bahkan, jari-jari kakinya amat lihai dalam menulis abjad Arab lho, smart buddies. Ia pun tidak canggung mengoperasikan laptop.
Akan tetapi, sungguh disayangkan profesionalitasnya sebagai guru belum menerima penghargaan yang sepadan. Upahnya dalam sebulan pun ‘hanya’ 300 ribu rupiah. Demi memenuhi biaya hidup sehari-hari Pak Untung beternak ayam dan juga mengajar pengajian dengan bayaran seikhlasnya. Kita doakan semoga Pak Untung sehat selalu dan diberi rezeki ya, smart buddies.
Itulah tadi lima sosok guru yang mengorbankan dirinya sepenuh hati demi mencerdaskan dunia. Semoga bisa menjadi ide kau ke depannya. Apa kau punya kisah inspiratif lainnya? Ceritakan di kolom komentar ya! (TN)
Mari berteman dengan saya
Follow my Instagram _yudha58
0 Response to "5 Guru Inspiratif Yang Menunjukan Tugas Pendekar Tanpa Tanda Jasa"
Posting Komentar