Menemukan buku yang kita suka dengan harga yang murah yaitu hal menyenangkan. Itu yang aku alami ketika mampir ke toko Gudang Buku di Mal Bekasi Square. Walau namanya gudang buku tapi tampak rapi menyerupai toko pada umumnya. Bahkan dilengkapi dengan kursi untuk membaca-baca sebelum membeli.
Bukan hanya harga yang murah, kalau beruntung kita sanggup mendapat buku yang kita suka yang sudah tidak beredar di toko buku besar, yang masih dalam kondisi bagus. Bahkan ada yang masih tersegel plastik. Dan yang unik, jikalau kita sudah menemukan buku yang kita suka dan ketika itu kita tidak membelinya, ketika kembali lagi buku itu sudah dibeli orang lain. Ini menciptakan jadi ingin mampir lagi, siapa tahu mendapat buku yang kita suka dan sanggup pribadi membelinya.
Saat pertama mampir aku mendapatka buku Si Muka Jelek. Catatan Seorang Copywriter 2 (2010) yg ditulis oleh Budiman Hakim, seorang copywriter senior dan pemilik distributor iklan besar. Dan buku Khotbah di atas Bukit (2008) yang ditulis oleh Kuntowijoyo, seorang sastrawan yang mendapat banyak penghargaan di bidang sastra. Dua buku itu hanya aku tebus di bawah Rp 50 ribu. Padahal kondisi buku masih menyerupai gres dan bahkan yg satu lagi msh tersegel plastik.
Datang berikutnya aku mendapat 2 buku yang menarik. Buku Life Story not Job Title (2012) yang ditulis Darwin Silalahi, Predir PT Shell Indonesia. Satunya lagi buku terjemahan The Celestine Propechy (1997) goresan pena James Redfield. Keduanya cukup dibayar Rp 50.000.
Ada beberapa buku lain dan majalah yang aku beli pada ketika mampir lagi. Tapi yang paling menarik yaitu ketika mendapat buku yang tidak mengecewakan tebal. Yaitu terjemahan novel best seller dunia The Name of The Rose (2004) karya Umberto Eco, dengan tebal 730 halaman. Dan buku Aimuna dan Sobori (sebuah novel perihal pemusnahan pohon cengkeh), terbitan 2013 karya Hanna Ranbe yang tebalnya 480 halaman. Seperti biasa kedua buku itu aku bayar Rp 60.000.
Begitulah kalau mampir ke Gudang Buku, terus ada buku yg menarik aku selalu membelinya. Biar nanti tidak dibeli oleh orang lain kalau aku tunda. Seperti pernah kejadian ketika ada buku manis tapi belum dibeli, ketika tiba kembali mau beli ternyata sudah diambil oleh orang lain.
Tidak jarang, istri berkomentar kalau aku selalu beli buku ketika mampir ke sini. Untuk menyiasatinya aku biasanya hanya membeli maksimal 3 buku kalau ada yang menarik. Itu pun dipilih yang paling menarik yang mau dibeli. Akibatnya ada beberapa buku yang aku pending belinya. Semoga ketika aku mau ambil belum dibeli orang. Buku-buku tadi yaitu buku biografi Soebronto Laras (pendiri Indomobil) dan biografi Soekarjo (salah satu pendiri Jaya Ancol).
Suatu ketika ketika membayar buku yang aku beli di kasir, aku bertanya dengan seorang laki-laki berkacamata dan berjanggut perihal kapan biasanya stok buku tiba ke toko ini. "Tidak mesti pak. Kalau lagi banyak ya tiap hari ada buku datang. Atau kalau lagi jarang ya seminggu paling 3 kali" jawab si bapak. Sepertinya si bapak ini pengelola atau pemiliknya. Saya belum konfirmasi langsung.
Maksud aku bertanya begitu yaitu untuk menyesuaikan waktu kalau mau kesana. Biar ketika tiba ke sana, pas tidak usang stok buku-buku itu datang. Kaprikornus sanggup tahu lebih dulu kalau ada buku yang menarik di beli.
Tambahan info, Gudang Buku terletak di Mal Bekasi Square, Bekasi Barat di lantai bawah bersebelahan dengan Breadtalk. Kaprikornus tidak sulit untuk menemukan buku ini kalau kita masuk dari pintu utama. Selain di Bekasi, Gudang Buku juga ada di Pasar Festival, Kuningan, Jakarta. Tapi yang di Kuningan ini tokonya lebih kecil ketimbang yang di Bekasi. Walau pun dulu, seingat aku sekitar 10 tahun lalu, Gudang Buku yang di Pasar Festival ini kiosnya besar dan terletak di depan yang sanggup kita lihat dari Jl. HR Rasuna Said.
Mau mampir ke sini? Siapa tahu ada buku yang disuka yang sudah tidak ada di pasaran masih sanggup ketemu di sini. Sumber http://akamali.blogspot.com
Bukan hanya harga yang murah, kalau beruntung kita sanggup mendapat buku yang kita suka yang sudah tidak beredar di toko buku besar, yang masih dalam kondisi bagus. Bahkan ada yang masih tersegel plastik. Dan yang unik, jikalau kita sudah menemukan buku yang kita suka dan ketika itu kita tidak membelinya, ketika kembali lagi buku itu sudah dibeli orang lain. Ini menciptakan jadi ingin mampir lagi, siapa tahu mendapat buku yang kita suka dan sanggup pribadi membelinya.
(gambar: sebagian hasil perburuan) |
Saat pertama mampir aku mendapatka buku Si Muka Jelek. Catatan Seorang Copywriter 2 (2010) yg ditulis oleh Budiman Hakim, seorang copywriter senior dan pemilik distributor iklan besar. Dan buku Khotbah di atas Bukit (2008) yang ditulis oleh Kuntowijoyo, seorang sastrawan yang mendapat banyak penghargaan di bidang sastra. Dua buku itu hanya aku tebus di bawah Rp 50 ribu. Padahal kondisi buku masih menyerupai gres dan bahkan yg satu lagi msh tersegel plastik.
Datang berikutnya aku mendapat 2 buku yang menarik. Buku Life Story not Job Title (2012) yang ditulis Darwin Silalahi, Predir PT Shell Indonesia. Satunya lagi buku terjemahan The Celestine Propechy (1997) goresan pena James Redfield. Keduanya cukup dibayar Rp 50.000.
Ada beberapa buku lain dan majalah yang aku beli pada ketika mampir lagi. Tapi yang paling menarik yaitu ketika mendapat buku yang tidak mengecewakan tebal. Yaitu terjemahan novel best seller dunia The Name of The Rose (2004) karya Umberto Eco, dengan tebal 730 halaman. Dan buku Aimuna dan Sobori (sebuah novel perihal pemusnahan pohon cengkeh), terbitan 2013 karya Hanna Ranbe yang tebalnya 480 halaman. Seperti biasa kedua buku itu aku bayar Rp 60.000.
Begitulah kalau mampir ke Gudang Buku, terus ada buku yg menarik aku selalu membelinya. Biar nanti tidak dibeli oleh orang lain kalau aku tunda. Seperti pernah kejadian ketika ada buku manis tapi belum dibeli, ketika tiba kembali mau beli ternyata sudah diambil oleh orang lain.
Tidak jarang, istri berkomentar kalau aku selalu beli buku ketika mampir ke sini. Untuk menyiasatinya aku biasanya hanya membeli maksimal 3 buku kalau ada yang menarik. Itu pun dipilih yang paling menarik yang mau dibeli. Akibatnya ada beberapa buku yang aku pending belinya. Semoga ketika aku mau ambil belum dibeli orang. Buku-buku tadi yaitu buku biografi Soebronto Laras (pendiri Indomobil) dan biografi Soekarjo (salah satu pendiri Jaya Ancol).
Suatu ketika ketika membayar buku yang aku beli di kasir, aku bertanya dengan seorang laki-laki berkacamata dan berjanggut perihal kapan biasanya stok buku tiba ke toko ini. "Tidak mesti pak. Kalau lagi banyak ya tiap hari ada buku datang. Atau kalau lagi jarang ya seminggu paling 3 kali" jawab si bapak. Sepertinya si bapak ini pengelola atau pemiliknya. Saya belum konfirmasi langsung.
Maksud aku bertanya begitu yaitu untuk menyesuaikan waktu kalau mau kesana. Biar ketika tiba ke sana, pas tidak usang stok buku-buku itu datang. Kaprikornus sanggup tahu lebih dulu kalau ada buku yang menarik di beli.
Tambahan info, Gudang Buku terletak di Mal Bekasi Square, Bekasi Barat di lantai bawah bersebelahan dengan Breadtalk. Kaprikornus tidak sulit untuk menemukan buku ini kalau kita masuk dari pintu utama. Selain di Bekasi, Gudang Buku juga ada di Pasar Festival, Kuningan, Jakarta. Tapi yang di Kuningan ini tokonya lebih kecil ketimbang yang di Bekasi. Walau pun dulu, seingat aku sekitar 10 tahun lalu, Gudang Buku yang di Pasar Festival ini kiosnya besar dan terletak di depan yang sanggup kita lihat dari Jl. HR Rasuna Said.
Mau mampir ke sini? Siapa tahu ada buku yang disuka yang sudah tidak ada di pasaran masih sanggup ketemu di sini. Sumber http://akamali.blogspot.com
Mari berteman dengan saya
Follow my Instagram _yudha58
0 Response to "Berburu Buku Menarik Di Gudang Buku"
Posting Komentar