Bentuk hidangan tari tunggal hasil kreasi koreografer sanggup mewujudkan kemampuannya dalam menggerakkan tubuhnya secara luwes, kuat, seimbang, dan menunjukkan sifat bebas. Hal itu sanggup dijumpai pada beberapa pertunjukan tari nonetnik, menyerupai pada program "Lets’ Dance".
Kata kontemporer yang berasal dari “co” (bersama) dan “tempo” (waktu). Dengan demikian, istilah tersebut menegaskan bahwa seni kontemporer yaitu karya yang secara tematik merefleksikan situasi waktu yang dilalui.
Penyajian tari tunggal hanya dilakukan pada ketika tertentu, ketika satu grup dance menantang grup yang lain untuk beradu kemampuan menari dengan energik dan menarik minat penonton. Tarian tersebut harus didukung kekuatan fisik dan mental. Artinya, tidak menjadi pesimis ketika grup lain menari dengan lebih baik dari pada grupnya sendiri.
Namun, berbeda dengan hidangan komposisi tari “Ambigu” karya Lena Guslina, atas ulasan oleh F.X. Widaryanto wacana seorang penata tari muda dari Jawa Barat. Karya tarinya ini menyajikan tarian sendiri, hanya dibantu sebuah layar putih dan sebuah kain bermotif batik di sisi lainnya. Dia mengolah gerakan menjadi rangkaian gerak tari yang tidak melepaskan diri dari kaidah seni.
Namun, berbeda dengan hidangan komposisi tari “Ambigu” karya Lena Guslina, atas ulasan oleh F.X. Widaryanto wacana seorang penata tari muda dari Jawa Barat. Karya tarinya ini menyajikan tarian sendiri, hanya dibantu sebuah layar putih dan sebuah kain bermotif batik di sisi lainnya. Dia mengolah gerakan menjadi rangkaian gerak tari yang tidak melepaskan diri dari kaidah seni.
Sumber http://seputarsenibudaya.blogspot.com
Mari berteman dengan saya
Follow my Instagram _yudha58
0 Response to "Tari Kreasi Tunggal Nonetnik"
Posting Komentar