√ Memahami Indikator Keluarga Sehat

Suatu paradigma gres indikator keluarga sehat dikembangkan sebagai hasil yang diharapkan dari Germas (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat), mulai digalakkan menurut Instruksi Presiden nomor 1 tahun 2017


Menjelang Peringatan HUT Kemerdekaan RI ke 72, tahun 2017, Menteri Kesehatan RI, Ibu Prof Dr dr Nila Farid Moeloek, Sp.M(K) pada pertemuan Indonesia Development Forum di Jakarta menjelaskan 12 indikator keluarga sehat kepada ratusan penerima pertemuan yang terhormat itu. Sungguh sangat menggembirakan bahwa ke 12 indikator tersebut tidak ada yang menyinggung bahwa jikalau sakit harus pergi ke Puskesmas dengan jaminan BPJS secara gratis, suatu paradigma gres bahwa indikator keluarga sehat yang dikembangkan sebagai hasil yang diharapkan dari Germas (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) yang mulai digalakkan menurut Instruksi Presiden nomor 1 tahun 2017.  Sungguh berbeda dengan anggapan dan impian banyak pejabat akhir-akhir ini.


Suatu pergeseran dari “budaya salah kaprah” yang berkembang beberapa tahun terakhir ini, yaitu jikalau sakit akan dirawat di rumah sakit secara gratis. Dalam pertemuan bergengsi yang dilangsungkan di Jakarta itu bertujuan menggebrak upaya mengurangi kesenjangan, dipaparkan empat kelompok penyebab kesenjangan.


Keempat pokok kesenjangan itu yaitu kesenjangan infrastruktur, terusan kesehatan, pelayanan kesehatan dan status kesehatan. Dari uraian itu terang sekali tiga di antaranya sangat erat hubungannya dengan pemeliharaan kesehatan. Karena Germas (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) mengundang kalangan masyarakat luas untuk berpartisipasi, maka gerakan ini harus menghilangkan segala kendala yang “mencegah” atau menghalangsi partisipasi masyarakt luas itu.


Para petugas kesehatan harus banyak mengalah, sangat responsif tidak menonjolkan dirinya atau akomodasi pelayanan kesehatan sebagai “istana” yang sakral yang sukar dijangkau. Setiap petugas dan sarana kesehatan perlu membuka diri dengan lapang dada dan tulus serta mempunyai perilaku faktual melayani masyarakat. Setiap petugas tidak bersikap “pelit” menunjukkan pelayanan kepada masyarakat sehingga masyarakat menyambut dengan “senyum” petugas dengan rasa ikhlas. Jangan terlalu protektif, andaikan kualitas pelayanan kurang sempurna, petugas kesehatan akan dimanfaafkan jikalau dukungan pelayanan itu disertai senyum dan dilakukan dengan ikhlas.


Sikap petugas yang tidak pelit dan tulus itu sangat diharapkan alasannya yaitu kualitas pelayanan yang diberikan hampir pasti, biarpun tidak atau belum sempurna, lebih baik daripada rakyat tidak memperoleh pelayanan petugas kesehatan. Pendekatan pelayanan yang tepat tetapi pelit hanya memperlebar kesenjangan petugas atau daerah pelayanan dengan rakyat banyak. Lebih-lebih lagi jikalau alasannya yaitu alasan kualitas pelayanan yang baik, rakyat “terpaksa” memakai pelayanan yang lebih akrab, tradisionil tetapi sebenarnya jauh lebih jelek dibanding pelayanan modern biarpun belum sempurna. Sikap petugas kesehatan yang lebih toleran sangat diharapkan alasannya yaitu indikator suksesnya Germas ditandai dengan partisipasi dari pasangan usia subur dalam KB.


Para penerima KB bukan orang sakit, sehingga jikalau petugas “jual malal” dengan pelayanan “pelit”, maka pasangan usia subur niscaya tidak mau atau segan bersahabat dengan petugas kesehatan dan lebih bahagia mempunyai anak biarpun harus tiba ke klinik untuk melahirkan. Pilihan indikator KB sebagai prioritas sangat tepat alasannya yaitu ledakan anak muda yang biasa dikenal sebagai bonus demografi akan berlangsung usang sekali dan rombongan kedua yang mengisi angkatan muda sehabis tahun 2020 yaitu ledakan anak muda dari provinsi dan kabupaten yang waktu ini masih sangat tertinggal dengan tingkat kesehatan dan kesertaan KB yang sangat rendah.


Secara teoritis anak muda yang akan tiba itu tidak menghasilkan bonus tetapi justru merupakan persoalan yang berat sekali. Indikator kedua, ketiga, keempat dan kelima bekerjasama dengan bayi, ibu hamil, menyusui bayi, anak balita dan penanganan palmonary TB yang harus dilakukan dengan tuntas berkelanjutan guna mendapat hasil yang maksimal. Pilihan ini sangat tepat alasannya yaitu anak balita hari ini akan menjadi calon pemimpin pada dikala Indonesia memasuki masa keemasan tahun 2045.


Kalau kita tidak menunjukkan perhatian kepada bayi, balita dan ibunya sekarang, pada tahun 2045 tidak yakin pada masa SDM kita sanggup melanjutkan memimpin bangsa yang menghadapi dunia yang jauh berbeda dengan dunia remaja ini. Terus terang, selama tujuh belas tahun terakhir, utamanya selama pelaksanaan MDGs, kita lengah. Akibatnya kegiatan KB dan Kesehatan mengalami kegagalan yang fatal alasannya yaitu semua indikator global dalam hal KB, maut bayi, maut ibu hamil dan melahirkan serta kasus penyakit paru-paru mengalami goncangan yang menyedihkan. Sangatlah tepat dikala Menteri Kesehatan menggariskan enam pokok kegiatan Germas yang diharapkan prioritasnya sama. Namun perlu diwaspadai, pendidikan kesehatan yang di tempatkan pada posisi terakhir sanggup menyebabkan kesan prioritasnya rendah. Untuk enam indikator pertama, apabila tidak diberikan komunikasi yang dekat kepada masyarakat, jadinya sangat fatal. Tenaga andal Ilmu Kesehatan Masyarakat perlu dilibatkan semoga informasi perihal tujuan utama Germas tidak menakutkan. Jaringan pelayanan yang luas dan gampang perlu dikembangkan, sehingga Pelayanan tidak dilihat sebagai sesuatu yang resikonya tinggi.


Pelayanan dipandang ibarat pecahan hidup sejahtera biasa, contohnya setiap orang makan, kadang tidak kenyang, jadi tidak sanggup tidur. Atau kekeyangan terasa sakit di perut. Tetapi tidak perlu kita makan harus lapor dokter atau tukang masaknya harus lulusan fakultas kedokteran. Cukup ibu atau siapa saja, jikalau masakannya tidak lezat pindah ke juru masak lainnya. Indikator ke 11 dan 12 yang bekerjasama dengan air higienis dan jamban sebaiknya diutamakan semoga masyarakat ndeso segera menikmati hidup sehat. Indikator darah tinggi, mental disorder dan rokok telah mendapat perhatian tinggi. Indikator terakhir, untuk perlindungan perlu asuransi yang diperkenalkan dengan hati-hati semoga penduduk tidak salah kaprah, dan merasa lebih baik sakit alasannya yaitu obat gratis dibayar asuransi atau disubsidi pemerintah, dibanding hidup sehat dengan perlindungan kesehatan preventif yang rumit, lebih sulit pelayanannya.


Usaha untuk tetap hidup sehat perlu kemudahan, pelayanan ada di mana-mana dan dilindungi pemerintah. Hidup sehat dengan pelayanan prima mendorong setiap warga lebih mempunyai kegunaan bagi keluarga dan menyumbang pembangunan bangsa. Germas yang sukses kunci keberhasilan pembangunan bangsa. ***


Penulis : Prof. Dr. Haryono Suyono, Mantan Menko Kesra dan Taskin RI di suarakarya.id



Sumber aciknadzirah.blogspot.com

Mari berteman dengan saya

Follow my Instagram _yudha58

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "√ Memahami Indikator Keluarga Sehat"

Posting Komentar