Garam merupakan salah satu kebutuhan yang merupakan pemanis dari kebutuhan pangan dan merupakan sumber elektrolit bagi badan manusia. Walaupun Indonesia termasuk negara maritim, namun perjuangan meningkatkan produksi garam belum diminati, termasuk dalam perjuangan meningkatkan kualitasnya. Di lain pihak untuk kebutuhan garam dengan kualitas baik (kandungan kalsium dan magnesium kurang) banyak diimpor dari luar negeri, terutama dalam hal ini garam beryodium serta garam industri.
Kualitas garam yang dikelola secara tradisional pada umumnya harus diolah kembali untuk dijadikan garam konsumsi maupun untuk garam industri.
Digunakan terutama sebagai bumbu penting untuk makanan, materi baku pembuatan logam Na, materi baku NaOH (bahan untuk pembuatan keramik, kaca, dan pupuk), dan sebagai zat pengawet.
Sifat Karakteristik Garam
Proses produksi garam melalui proses evaporasi air bahari mempunyai Mekanisme Reaksi :
Kualitas garam yang dikelola secara tradisional pada umumnya harus diolah kembali untuk dijadikan garam konsumsi maupun untuk garam industri.
Di dalam sejarah kerajaan Mali, para pedagang di kurun ke-12 menghargai garam sehingga rela membelinya untuk harga beratnya bersamaan harga emas; perdagangan ini membawa kepada lagenda kota Timbuktu yang kaya, dan mendorong inflasi di Eropa, yang mengekspor garam.
Garam untuk keperluan masak biasanya diperkaya unsur iodin dengan menambahkan 5 gram NaI per kilogram NaCl, padatan kristal berwarna putih, berasa asin, higroskopis, bila mengandung MgCl2 menjadi berasa agak pahit. Natrium Klorida | |
Natrium Klorida | |
Nama lain | |
Identifikasi | |
[7647-14-5] | |
Sifat | |
58.44 g/mol | |
Penampilan | Tidak berwarna/berbentuk kristal putih |
2.16 g/cm3 | |
801 °C (1074 K) | |
1465 °C (1738 K) | |
35.9 g/100 mL (25 °C) | |
Kecuali dinyatakan sebaliknya, data di atas berlaku pada temperatur dan tekanan standar (25°C, 100 kPa) |
Pembuatan garam sanggup dilakukan dengan beberapa kategori menurut perbedaan kandungan NaCl nya sebagai unsur utama garam.
Jenis garam sanggup dibagi dalam beberapa kategori seperti; kategori baik sekali, baik dan sedang. Dikatakan berkisar baik sekali bila mengandung kadar NaCl >95%, baik kadar NaCl 90–95%, dan sedang kadar NaCl antara 80–90% tetapi yang diutamakan yaitu yang kandungan garamnya di atas 95%.
Menurut penggunaannya, garam sanggup digolongkan menjadi garam proanalisis (p.a), garam industri dan garam konsumsi.
Jenis garam sanggup dibagi dalam beberapa kategori seperti; kategori baik sekali, baik dan sedang. Dikatakan berkisar baik sekali bila mengandung kadar NaCl >95%, baik kadar NaCl 90–95%, dan sedang kadar NaCl antara 80–90% tetapi yang diutamakan yaitu yang kandungan garamnya di atas 95%.
Menurut penggunaannya, garam sanggup digolongkan menjadi garam proanalisis (p.a), garam industri dan garam konsumsi.
Garam proanalisis yaitu garam untuk reagent (senyawa kimia kemurnian tertentu dipakai untuk pengujian dan analisis) di laboratorium, juga untuk keperluan garam farmasetis di industri farmasi.
Garam industri yaitu untuk materi baku industri kimia dan pengeboran minyak, sedangkan garam konsumsi untuk keperluan garam konsumsi dan industri masakan serta garam pengawetan untuk keperluan pengawetan ikan.
Untuk garam proanalisis dan garam farmasi mempunyai kandungan NaCl > 99%, garam konsumsi mempunyai kandungan NaCl > 95% dan garam untuk pengawetan mempunyai kandungan NaCl > 90%.
Semakin besar kandungan NaCl nya akan semakin kompleks dan rumit proses produksi dan pemurniannya
Semakin besar kandungan NaCl nya akan semakin kompleks dan rumit proses produksi dan pemurniannya
Garam industri dengan kadar NaCl >95% hingga ketika ini seluruhnya masih diimpor, hal ini sanggup dihindari mengingat Indonesia sebagai negara kepulauan.
Garam dapur yaitu sejenis mineral yang lazim dimakan manusia. Bentuknya kristal putih, seringkali dihasilkan dari air laut. Biasanya garam dapur yang tersedia secara umum yaitu Natrium Klorida (NaCl).
Garam dapur yaitu sejenis mineral yang lazim dimakan manusia. Bentuknya kristal putih, seringkali dihasilkan dari air laut. Biasanya garam dapur yang tersedia secara umum yaitu Natrium Klorida (NaCl).
Digunakan terutama sebagai bumbu penting untuk makanan, materi baku pembuatan logam Na, materi baku NaOH (bahan untuk pembuatan keramik, kaca, dan pupuk), dan sebagai zat pengawet.
Sifat Karakteristik Garam
Sifat garam atau natrium klorida yaitu sanggup berbentuk kristal atau debu putih dengan sistem isomerik berbentuk kubus, larut dalam air (35,6 gr/100 gr pada 0o C dan 39,2 gr/100 gr pada 100o C). Sifat-sifat garam yang lain yaitu larut dalam alkohol, mencair pada suhu 801oC, dan menguap pada suhu diatas titik didihnya 1413oC, tidak berbau, tidak gampang terbakar dan toksitasnya rendah, serta mempunyai sifat higroskopis sehingga bisa menyerap air dari atmosfir pada kelembapan 78,5%.
Sifat fisik dari setiap garam dipengaruhi oleh zat-zat pengotor dan proses pembuatnya. Pada garam konsumsi selain kandungan NaCl juga ditemukan komponen lain yang bersifat sebagai pengotor yaitu kalsium dan magnesium.
Unsur-unsur Menentukan Kualitas Garam
1) Kualitas Air Unsur-unsur Menentukan Kualitas Garam
Mutu air bahari (terutama dari segi kadar garamnya (termasuk kontaminasi dengan air sungai), sangat mempengaruhi waktu yang diharapkan untuk pemekatan (penguapan).
2) Cara Pembuatan
a. Pengeringan Lahan
b. Pengolahan Air Peminihan
c. Pengolahan Air Tanah
d. Proses Kristalisasi
e. Proses Pungutan
f. Proses Pencucian / penghilangan impuritis
b. Pengolahan Air Peminihan
c. Pengolahan Air Tanah
d. Proses Kristalisasi
e. Proses Pungutan
f. Proses Pencucian / penghilangan impuritis
3) Cara–cara lain yang mempengaruhi Kristalisasi Garam
Pada kristalisasi garam konsentrasi air garam harus antara 25–29°Be. Bila konsentrasi air renta belum mencapai 25°Be maka gips (Kalsium Sulfat) akan banyak mengendap, bila konsentrasi air renta lebih dari 29°Be Magnesium akan banyak mengendap.
Kadar air suatu materi memperlihatkan sejumlah air bebas dan terikat yang terkandung di dalam suatu bahan. Kadar air merupakan faktor kritis dalam penanganan garam alasannya garam bersifat higroskopis. Faktor suhu dan kelembapan memperlihatkan imbas faktual terhadap imbas kadar air garam yang disimpan
Air Bittern yaitu air sisa kristalisasi yang sudah banyak mengandung garam-garam magnesium (pahit). Air ini sebaiknya dibuang untuk mengurangi kadar Mg dalam hasil garam, meskipun masih sanggup menghasilkan kristal NaCl. Sebaiknya kristalisasi garam dimeja terjadi antara 25–29°Be, sisa bittern ≥ 29°Be dibuang. 4) Kadar Air
Air dalam suatu materi menurut keadaannya sanggup dibedakan menjadi air bebas, air yang terikat secara fisik, terikat secara kimia dan terikat secara biologi. Kadar air suatu materi memperlihatkan sejumlah air bebas dan terikat yang terkandung di dalam suatu bahan. Kadar air merupakan faktor kritis dalam penanganan garam alasannya garam bersifat higroskopis. Faktor suhu dan kelembapan memperlihatkan imbas faktual terhadap imbas kadar air garam yang disimpan
5) Magnesium
Magnesium sebagai pengotor (impurities) terdapat dalam bittern (limbah hasil penggaraman) sehingga menempel dibagian luar kristal NaCl. Senyawa magnesium yang terbentuk berupa magnesium klorida dan magnesium sulfat yang mengendap 27 – 35 oBe dan tidak dikehendaki didalam garam alasannya mengakibatkan rasa pahit. 6) Kalsium
Kalsium yang terkandung dalam garam dalam bentuk kalsium sulfat (CaSO4) dan kalsium karbonat (CaCO3). Kalsium sulfat mengendap sangat lambat sehingga pada pembentukan kristal NaCl, kalsium sulfat ikut mengendap. Kalsium karbonat mengendap pada 3-16oBe sedangkan kalsium sulfat mengendap pada 17-27oBe. 7) Sulfat
Ion sulfat (SO42-) merupakan sejenis anion poliatom terdiri dari atom pusat welirang dan dikelilingi oleh empat atom oksigen. Kebanyakan sulfat sangat larut dalam air kecuali dalam kalsium sulfat, stronsium sulfat, dan barium sulfat. Ion sulfat mulai mengendap ketika konsentrasi air garam 20oBe hingga 30oBe.Proses produksi garam melalui proses evaporasi air bahari mempunyai Mekanisme Reaksi :
1. Air bahari yang dijemur / dievaporasi maka akan terbentuk kristal-kristal garam
NaCl (s) + H2O(l) →NaCl (s) + H2O(g)
MgSO4 (s) + H2O(l) →MgSO4 (s) + H2O(g)
CaSO4 (s) + H2O(l) →CaSO4 (s) + H2O(g)
CaCl2 (s) + H2O(l) →CaCl2 (s) + H2O(g)
MgCl2 (s) + H2O(l) →MgCl2 (s) + H2O(g)
NaCl (s) + H2O(l) →NaCl (s) + H2O(g)
MgSO4 (s) + H2O(l) →MgSO4 (s) + H2O(g)
CaSO4 (s) + H2O(l) →CaSO4 (s) + H2O(g)
CaCl2 (s) + H2O(l) →CaCl2 (s) + H2O(g)
MgCl2 (s) + H2O(l) →MgCl2 (s) + H2O(g)
2. Garam yang baik harus mempunyai kandungan NaCl yang tinggi dan impuritas yang rendah, untuk itu dilakukan proses pembersihan dengan penambahan NaOH dan Na2CO3:
CaSO4 (s) + Na2CO3(aq) →CaCO3 (s) + Na2SO4 (aq)
putih
MgSO4 (s) + 2NaOH(aq)→Mg(OH)2 (s) + Na2SO4 (aq)
NaCl (s) + KIO3 (l) →NaIO3(s) + KCl (l)
1) Konstruksi Tangga (getrapte)
1) Pengeringan Lahan
a) Pengeringan lahan pemenihan dilaksanakan pada awal trend kemarau.
Lokasi pembuatan garam harus memenuhi persyaratan antara lain lokasi landai, kedap air, air bahari sanggup naik ke lahan garam (dengan atau tanpa derma alat), lokasi juga higienis dari sumber air tawar dengan curah hujan sedikit dan banyak sinar matahari untuk optimalnya penguapan air laut.
b) Pemasukan air bahari ke lahan kristalisasi, kepekatan air renta yang masuk ke meja kristalisasi akan mempengaruhi mutu hasil.
c) Pengaturan air di peminian.
d) Pengeluaran brine (air garam atau air tua) ke meja kristal dan sehabis habis dikeringkan selama seminggu.
e) Pengeluaran brine ke meja kristal dan sehabis habis dikeringkan, untuk pengeluaran brine selanjutnya dari peminian tertua melalui Brine Tank.
f) Pengembalian air renta ke waduk. Apabila air peminihan cukup untuk memenuhi meja kristal, selebihnya dipompa kembali ke waduk.
3) Pengolahan Air dan Tanah
a) Pekerjaan Kesap Guluk (K/G) dan pengeringan :
i. Pertama K/G dilakukan sehabis air meja 4–6°Be (Baume merupakan ukuran konsentrasi larutan).
ii. Kedua K/G dilakukan sehabis air meja 18–22°Be dan meja di atasnya dilakukan K/G dengan perlakuan sama.
b) Lepas air renta dilakukan pada siang hari dengan konsentrasi air garam 24–25°Be dan ketebalan air 3–5 cm.
4) Proses Kristalisasi
a) Pemeliharaan meja bergaram
b) Aflak (perataan permukaan dasar garam)
5) Proses Pungutan
a) Umur kristal garam 10 hari secara rutin
b) Pengaisan garam dilakukan hati-hati dengan ketebalan air meja cukup atau 3–5 cm.
c) Angkutan garam dari meja ke timbunan membentuk profil (ditiriskan), kemudian diangkut ke gudang atau siap untuk proses pencucian.
6) Proses Pencucian
a) Pencucian bertujuan untuk meningkatkan kandungan NaCl dan mengurangi unsur Mg, Ca, SO42- dan kotoran lainnya.
b) Air pencuci garam semakin higienis dari kotoran akan menghasilkan garam cucian lebih baik atau bersih.
Sumber http://equatornusantara.blogspot.comCaSO4 (s) + Na2CO3(aq) →CaCO3 (s) + Na2SO4 (aq)
putih
MgSO4 (s) + 2NaOH(aq)→Mg(OH)2 (s) + Na2SO4 (aq)
putih
3. Setelah proses pembersihan didapatkan garam dengan kadar NaCl yang tinggi, garam ini kemudian ditambah dengan larutan KIO3 dengan cara disemprotNaCl (s) + KIO3 (l) →NaIO3(s) + KCl (l)
4. Semakin usang waktu evaporasi air bahari semakin banyak kristal garam NaCl yang terbentuk sehingga semakin besar konversi yang dihasilkan.
5. Untuk memperoleh kualitas garam dapur yang baik perlu dilakukan pembersihan garam dengan penambahan NaOH dan Na2CO3 untuk menghilangkan impuritas
6. Kondisi operasi proses produksi garam dapur dilakukan pada T = 30oC yang merupakan suhu lingkungan dan tekanan 1 atm.
PROSES PRODUKSI PEMBUATAN GARAM
Pada dasarnya pembuatan garam dari air bahari terdiri dari langkah-langkah proses pemekatan (dengan menguapkan airnya) dan pemisahan garamnya (dengan kristalisasi), mengingat cara ini masih sempurna untuk diterapkan di Indonesia.1) Konstruksi Tangga (getrapte)
Konstruksi yang terancang khusus dan teratur dimana suatu petak penggaraman merupakan suatu unit penggaraman yang komplit terdiri dari peminihan-peminihan (penampungan) dan meja-meja garam dengan konstruksi tangga, sehingga fatwa air berjalan secara alamiah (gravitasi).
2) Konstruksi Kompleks Meja (tabel complex) Konstruksi penggaraman dimana suatu kompleks (kelompok-kelompok) penggaraman yang luas yang letaknya teratur (alamiah) dijadikan suatu kelompok peminihan secara kolektif, yang kemudian air pekat (air tua) yang dihasilkan di alirkan ke suatu meja untuk kristalisasi.
Adapun tahapan proses pembuatan garam sesuai pedoman Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP) sebagai berikut: 1) Pengeringan Lahan
a) Pengeringan lahan pemenihan dilaksanakan pada awal trend kemarau.
Lokasi pembuatan garam harus memenuhi persyaratan antara lain lokasi landai, kedap air, air bahari sanggup naik ke lahan garam (dengan atau tanpa derma alat), lokasi juga higienis dari sumber air tawar dengan curah hujan sedikit dan banyak sinar matahari untuk optimalnya penguapan air laut.
b) Pengeringan lahan kristalisasi.
2) Pengolahan Air Peminian atau Waduk a) Pemasukan air bahari ke peminian. b) Pemasukan air bahari ke lahan kristalisasi, kepekatan air renta yang masuk ke meja kristalisasi akan mempengaruhi mutu hasil.
c) Pengaturan air di peminian.
d) Pengeluaran brine (air garam atau air tua) ke meja kristal dan sehabis habis dikeringkan selama seminggu.
e) Pengeluaran brine ke meja kristal dan sehabis habis dikeringkan, untuk pengeluaran brine selanjutnya dari peminian tertua melalui Brine Tank.
f) Pengembalian air renta ke waduk. Apabila air peminihan cukup untuk memenuhi meja kristal, selebihnya dipompa kembali ke waduk.
3) Pengolahan Air dan Tanah
a) Pekerjaan Kesap Guluk (K/G) dan pengeringan :
i. Pertama K/G dilakukan sehabis air meja 4–6°Be (Baume merupakan ukuran konsentrasi larutan).
ii. Kedua K/G dilakukan sehabis air meja 18–22°Be dan meja di atasnya dilakukan K/G dengan perlakuan sama.
b) Lepas air renta dilakukan pada siang hari dengan konsentrasi air garam 24–25°Be dan ketebalan air 3–5 cm.
4) Proses Kristalisasi
a) Pemeliharaan meja bergaram
b) Aflak (perataan permukaan dasar garam)
5) Proses Pungutan
a) Umur kristal garam 10 hari secara rutin
b) Pengaisan garam dilakukan hati-hati dengan ketebalan air meja cukup atau 3–5 cm.
c) Angkutan garam dari meja ke timbunan membentuk profil (ditiriskan), kemudian diangkut ke gudang atau siap untuk proses pencucian.
6) Proses Pencucian
a) Pencucian bertujuan untuk meningkatkan kandungan NaCl dan mengurangi unsur Mg, Ca, SO42- dan kotoran lainnya.
b) Air pencuci garam semakin higienis dari kotoran akan menghasilkan garam cucian lebih baik atau bersih.
Persyaratan air pencuci :
i. Air garam (brine) dengan kepekatan 20–24°Be
i. Air garam (brine) dengan kepekatan 20–24°Be
Mari berteman dengan saya
Follow my Instagram _yudha58
0 Response to "Proses Pembuatan Garam [Bagian 1]"
Posting Komentar