Fermentasi Kacang Kedelai

     Tempe yakni produk fermentasi yang amat dikenal oleh masyarakat Indonesia terbuat dari kedelai rebus yang difermentasi.Fermentasi materi pangan yakni hasil kegiatan dari beberapa spesies mikroba menyerupai bakteri, khamir dan kapang. 
     Mikroba yang melaksanakan fermentasi dengan memperlihatkan hasil yang dikehendaki sanggup dibedakan dari mikroba-mikroba penyebab penyakit dan penyebab kerusakan. Mikroba fermentasi mendatangkan hasil final yang dikehendaki, contohnya kuman akan menghasilkan asam laktat, khamir menghasilkan alkohol, kapang menghasilkan tempe.
     Pada dasarnya proses pembuatan tempe merupakan proses penanaman mikroba jenis jamur Rhizopus sp atau disebut juga ragi tempe pada media kedelai, sehingga terjadi proses fermentasi kedelai oleh ragi tersebut. Hasil fermentasi menimbulkan tekstur kedelai menjadi lebih lunak, terurainya protein yang terkandung dalam kedelai menjadi lebih sederhana, sehingga dpat dicerna badan lebih baik dibandingkan produk pangan dari kedelai yang tidak melalui proses fermentasi.
     Kadar protein pada tempe cukup tinggi yaitu 41,4%, kandungan air  61,2% dan kandungan karbohidratnya  29,6%.Tempe juga mengandung superoksida desmutase yang sanggup menghambat kerusakan sel dan proses penuaan.juga menghambat infiltrasi lemak / LDL teroksidasi ke dalam jaringan pembuluh darah, sehingga sanggup mencegah terjadinya penyempitan pembuluh darah yang memicu timbulnya penyakit jantung koroner.
     Dalam sepotong tempe, terkandung banyak sekali unsur yang bermanfaat, menyerupai protein, lemak, hidrat arang, serat, vitamin, enzim, daidzein, genestein serta komponen antibakteri dan zat antioksidan yang berguna sebagai obat, diantaranya genestein, daidzein, fitosterol, asam fitat, asam fenolat, lesitin dan inhibitor protease.
Banyak materi dasar yang sanggup dipakai dalam pembuatan tempe, menyerupai kacang kedelai, kacang hijau dan lain sebagainya.
     Selain jenis tempe kedelai ada jenis tempe yang lain, yakni tempe leguminosa non kedelai dan tempe non leguminosa. Tempe leguminosa non kedelai diantaranya yakni tempe benguk, tempe kecipir, tempe kedelai hitam, tempe lamtoro, tempe kacang hijau, tempe kacang merah, dsb. Sedangkan jenis tempe non leguminosa diantaranya tempe gandum, tempe sorghum, tempe gabungan beras dan kedelai, tempe ampas tahu, tempe bongkrek dan tempe ampas kacang.
     Proses pembuatan tempe dimulai dengan proses menumbuhan spora jamur tempe, yaitu Rhizopus sp  pada biji kacang. Dalam pertumbuhannya Rhizopus sp membentuk benang-benang yang disebut benang hifa. Benang hifa ini membentuk suatu tekstur padat, yang kemudian disebut tempe. 
     Kualitas tempe yang baik juga ditentukan oleh kadar protein dalam kacang, kemurnian starter tempe yang dipakai dalam fermentasi, cara pembuatan dan cara penyimpanan.
Proses pembuatan tempe kedelai melibatkan tiga faktor pendukung, yaitu ;
     1. Bahan Baku Kedelai
     Kedelai yang dikenal kini termasuk dalam famili Leguminosa, subfamili Papilonidae, genus Glycine dan spesies max sehingga nama latinya dikenal sebagi Glycine max. Kedelai merupakan sumber protein yang paling murah didunia. Tanaman ini sanggup tumbuh pada tanah dengan pH 4,5 serta masih memberi hasil yang baik
     Kedelai merupakan sumber gizi yang sangat penting komposisi gizi kedelai bervariasi tergantung varietas yang dikembangkan dan juga warna kulit maupun kotiledonnya.     Kandungan protein dalam kedelai kuning bervariasi antara 31-48% sedangkan kandungan lemaknya bervariasi antara 11-21%. Antosianin kulit kedelai bisa menghambat oksidasi LDL kolesterol yang merupakan awal terbentuknya plak dalam pembuluh darah yang akan memicu berkembangnya penyakit tekanan darah tinggi dan berkembangnya penyakit jantung koroner.

     Kandungan lemak kedelai sebesar 18-20 % sebagian besar terdiri atas asam lemak (88,10%). Selain itu, terdapat senyawa fosfolipida (9,8%) dan glikolipida (1,6%) yang merupakan komponen utama membran sel. Kedelai merupakan sumber asam lemak essensial linoleat dan oleat.
     Protein kedelai mengandung asam amino yang paling lengkap dibandingkan dengan jenis kacang-kacangan lainnya.Protein kedelai mengandung 18 asam amino, yaitu 9 jenis asam amino esensial dan 9 jenis asam amino nonesensial. Asam amino esensial mencakup sistin, isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenil alanin, treonin, triptofan dan valin. Asam amino nonesensial mencakup alanin, glisin, arginin, histidin, prolin, tirosin, asam aspartat dan asam glutamat. Selain itu, protein kedelai sangat peka terhadap perlakuan fisik dan kemis, seperti pemanasan dan perubahan pH sanggup menimbulkan perubahan sifat fisik protein menyerupai kelarutan, viskositas dan berat molekul. Perubahan-perubahan pada protein ini memperlihatkan peranan sangat penting pada pengolahan pangan.
Syarat mutu biji kedelai yang baik adalah :
     - Bebas dari sisa tumbuhan (kulit polong, potongan batang atau ranting), kerikil krikil, tanah atau biji-biji lainnya.
     - Biji kecipir tidak terkena serangan hama dan penyakit.
     - Biji kecipir tidak rusak dan tidak kecil.
     - Kulit biji tidak keriput.

     2. Mikroorganisme (ragi tempe)
     Ragi tempe merupakan sediaan fermentasi atau dikenal dengan stater yang mengandung mikroorganisme yang mempunyai tugas penting dalam fermentasi tempe, mikroorganisme tersebut berasal dari jenis kapang Rhizopus diantaranya Rhizopus oligosporus, Rhizopus oryzhae, dan Rhizopus stolonifer/arrhizus.
     Tempe yang bermutu baik dihasilkan oleh R. oligosporus. Untuk menghasilkan tempe yang baik diharapkan strain Rhizopus dengan sifat sebagai berikut : sanggup tumbuh dengan cepat pada suhu 370C, mempunyai aktifitas proteolitik dan lipolitik yang tinggi, sanggup menghasilkan cita rasa, aroma dan tekstur yang baik, tidak sanggup memfermentasi sukrosa dan sanggup menghasilkan antioksidan yang kuat.
     Semakin besar konsentrasi ragi yang dipakai pada ketika fermentasi besar lengan berkuasa besar pada hasil final pembuatan tempe. Banyaknya ragi yang diberikan maka tempe akan cepat jadi, namun apabila ragi yang diberikan melebihi batas maksimal akan menimbulkan tempe lebih cepat busuk. Penambahan atau pengurangan jumlah inokulum/ ragi akan mempersingkat atau memperpanjang waktu fermentasi. 
     Pemilihan media pembungkus sangat penting yang sanggup mensugesti tempe yang dihasilkan. Media pembungkus tempe biasanya memakai daun pisang, daun jati, daun waru ataupun plastik. Tempe yang dihasilkan dari media pembungkus alami akan lebih baik balasannya lantaran daun mempunyai lubang berpori yang alami. 
     Ragi tempe sanggup dijumpai dalam banyak sekali bentuk contohnya bentuk tepung atau yang menempel pada daun waru atau daundan dikenal dengan nama Usar. pembuatan Ragi dalam bentuk tepung dibentuk dengan cara menumbuhkan spora kapang pada bahan, dikeringkan dan kemudian ditumbuk. Bahan yang akan dipakai untuk sporulasi sanggup majemuk menyerupai tepung terigu, beras, jagung, atau umbi-umbian.
Tahapan pembuatan Ragi Tempe ;
     BAHAN
1. Beras sebanyak 300 gram 
2. Tepung tempe 3 gram atau sebanyak 1% dari jumlah beras yang digunakan 
3. Tepung beras yang telah digoreng sangrai.
     PROSES PEMBUATAN
     1. Beras dicuci hingga bersih, kemudian ditanak hingga menjadi nasi dan didinginkan.
     2. Pada nasi tersebut kemudian ditaburkan tepung tempe sebanyak 1% dari berat beras yang dipakai dan diaduk ampai merata. 
     3. Simpan nasi yang telah ditaburi bubuk tempe di atas tampah yang higienis dan diatasnya ditutupi dengan lembaran plastik atau daun pisang. 
     4. Simpanlah tampah yang berisi nasi tadi di daerah pemeraman yang higienis hingga seluruh nasi ditumbuhi dengan jamur tempe. Jamur tempe yang telah menghasilkan spora akan tampak berwarna hitam. Tutup plastik atau daun pisang seaktu-waktu harus dibuka.
     5. Jemurlah nasi yang telah ditumbuhi jamur tadi di bawah terik matahari hingga kering merata. 
     6. Tumbuk atau giling nasi yang telah kering hingga halus dan selanjutnya diayak. Bagian yang halus dari hasil saringan ini merupakan starter tempe. 
     7. Encerkan starter tempe ini dengan tepung beras yang telah disangrai. Untuk setiap 10 gram starter tempe tambahkan 50-100 gram tepung beras. 
     8. Simpanlah starter yang telah diencerkan dalam kantong-kantong plastik.

Adapun Tahapan pembuatan Ragi dari Daun Waru (Hibiscus tiliaceus) sebagai berikut ;  
     a. Melubangi Daun waru (Hibiscus tiliaceus) dengan jarak antarlubang sekitar 0,5 cm atau bisa juga dengan parutan
     b. Menaburi Daun waru (Hibiscus tiliaceus) yang dilubangi dengan kedelai yang telah siap menjadi tempe
     c. Menumpuk Daun Waru (Hibiscus tiliaceus) dan membiarkan kurang lebih dua hari hingga menjamur putih
    d. Memisahkan satu per satu kemudian dijemur hingga kering
    e. Menumbuk atau mengremas Daun Waru (Hibiscus tiliaceus) yang telah kering semoga menjadi bubuk.

     3. Keadaan lingkungan tumbuh (suhu, pH, dan kelembaban)
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pembuatan tempe yakni sebagai berikut:
     1.Oksigen
     Oksigen dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur pada tempe. Aliran udara yang terlalu cepat menimbulkan proses metabolisme akan berjalan cepat sehingga dihasilkan panas yang sanggup merusak pertumbuhan jamur. Oleh lantaran itu apabila dipakai kantong plastik sebagai materi pembungkusnya maka sebaiknya pada kantong tersebut diberi lubang dengan jarak antara lubang yang satu dengan lubang lainnya sekitar 2 cm.
     2.Uap air.
     Uap air yang berlebihan akan menghambat pertumbuhan jamur. Hal ini disebabkan lantaran setiap jenis jamur mempunyai acara air optimum untuk pertumbuhannya.
     3.Suhu.
     Jamur tempe sanggup digolongkan ke dalam mikroba yang bersifat mesofilik, yaitu sanggup tumbuh baik pada suhu ruang (25-27°C). Oleh lantaran itu, maka pada waktu didiamkan, suhu ruangan daerah tempe didiamkan perlu diperhatikan.
     4.Keaktifan Ragi.
     Ragi yang disimpan pada suatu periode tertentu akan berkurang keaktifannya. Karena itu pada pembuatan tempe sebaiknya dipakai ragi yang belum terlalu usang disimpan semoga dalam pembuatan tempe tidak mengalami kegagalan.
     PROSES PEMBUATAN TEMPE KEDELAI
Pembuatan tempe sanggup dilakukan dengan banyak sekali cara dan diantaranya yakni sebagai berikut:
     1. Cara Tradisional
Cara sederhana yakni cara pembuatan tempe yang biasa dilakukan oleh para pengrajin tempe di Indonesia. Kedelai sesudah dilakukan pemilih kedelai yang baik dan higienis kemudian dicuci hingga bersih, kemudian direbus dengan waktu perebusannya berbeda-beda tergantung dari banyaknya kedelai dan biasanya berkisar antara 60-90 menit.
Kedelai yang telah direbus tadi kemudian direndam semalam.Setelah perendaman, kulit kedelai dikupas dan dicuci hingga bersih. Untuk tahap selanjutnya kedelai sanggup direbus atau dikukus lagi selama 45-60 menit, tetapi pada umumnya perebusan yang kedua ini jarang dilakukan oleh para pengrajin tempe. Kedelai sesudah didinginkan dan ditiriskan diberi laru tempe, dicampur rata kemudian dibungkus dan didiamkan selama 36-48 jam.
     2. Cara Baru
Pada prinsipnya cara pembuatan tempe dengan cara gres sama dengan cara yang usang atau tradisional hanya perbedaannya yakni terletak pada tahap pengupasan kulit kedelai. Dimana pada cara usang (tradisional) kedelai direbus dan direndam bersama kulitnya atau masih utuh sedangkan pada cara yang gres sebelumnya kedelai telah dikupas kulitnya (kupas kering) dengan memakai alat pengupasan kedelai. Tahap-tahap selanjutnya sama dengan cara tradisional.Tempe yang dibentuk dengan cara gres warnanya (warna kedelai) lebih pucat bila dibandingkan dengan cara lama. Hal ini disebabkan lantaran pada cara gres kedelai direbus dan direndam dalam keadaan sudah terkupas kulitnya sehingga ada zat-zat yang larut.

     PEMBUATAN TEMPE RAGI KOMERSIL
ALAT DAN BAHAN
 ALAT
     1. Baskom
     2. Ayakan
     3. Dandang
     4. Kipas
     5. Cukil kayu
     6. Tampah
     7. Kompor
     8. Peralatan lain yang diperlukan
BAHAN
     1. Kacang kedelai = 1 kg.
     2. Ragi tempe atau biakan murni Rhizopus sp = 1 gr.
     3. Kantong plastik, atau daun pisang, atau daun jati.
TAHAPAN PROSES KERJA
1. Bersihkan kacang kedelai dari bahan-bahan lain yang tercampur, kemudian basuh hingga bersih.
penyortasian materi bertujuan untuk memperoleh produk daging kedelai yang bagus, padat dan berisi.
Karena biasanya kedelai akan tercampur bersama kotoran yang kemudian dilakukan pembersihan untuk menghilangkan kotoran tersebut yang menempel di kedelai
2.Setelah higienis kedelai direbus selama 30 menit,lalu biarkan terendam dalam air perebus selama 18-22 jam,
pemasakan ( perebusan / pengukusan ) mensugesti kehilangan protein selama proses pembuatannya. Semakin usang pengukusan semakin banyak protein yang hilang. Antara pengukusan dan perebusan tidak jauh berbeda dalam kehilangan proteinnya. Dengan cara pengukusan akan lebih cepat kering dibandingkan dengan perebusan.
proses perendaman bertujuan untuk melunakkan biji kedelai dan memudahkan dalam pengupasan kulit serta untuk menonaktifkan tripsin inhibitor yang ada pada kedelai. Selama proses perendaman, biji mengalami proses hidrasi, sehingga kadar air biji naik sebesar kira-kira dua kali kadar air semula yaitu mencapai 62-65%.
3.Setelah direndam, kulit ari kedelai dibuang, kemudian dicuci dengan air higienis yang mengalir.
penghilangan ini memakai air mengalir semoga memudahkan kulit kedelai terkelupas dan dicuci kembali semoga kulit kedelai yang mengapung sanggup terbuang dan di upayakan kulit kedelai sudah tidak ada pada calon tempe. Proses pengelupasan dimaksudkan untuk mempercepat proses fermentasi semoga berjalan dengan baik lantaran adanya kulit kedelai yang sanggup menghambat proses penetrasi miselium Rhizopus.
Hal ini memperlihatkan bahwa perendaman dan pembersihan sangat penting untuk menghilangkan komponen penghambat acara enzim proteolitik dari jamur tersebut.
4.Kukus atau rebus biji kedelai kembali dengan air gres dan higienis selama 40-90 menit atau hingga terasa empuk.
Kemudian rebusan kedelai ditiriskan pada tampah/alas beralaskan daun pisang, kemudian didinginkan sambal diaduk dan diratakan.
Proses pengeringan sanggup dilakukan pada ruang terbuka kemudian diinokulasi kalau suhu telah dibawah 40oC.
Proses pengeringan ini dimaksudkan untuk menghilangkan kandungan air yang terdapat dalam kedelai. Bila masih ada cukup banyak air akan mengakibatkan berkembang biaknya kuman Bacillus subtitis yang menghambat pertumbuhan kapang sehingga menghasilkan tempe yang kurang baik.
5.Taburkan ragi tempe yang telah disiapkan bertahap sambil diaduk-aduk supaya merata.
6.Siapkan kantong plastik atau daun pisang atau daun jati atau daun waru untuk pembungkus. Bila kantong plastik yang dipakai sebagai pembungkus, berilah lubang-lubang kecil pada kantong tersebut dengan memakai jarum.

Pelubangan media pembungkus dilakukan secara teratur untuk mendorong pertumbuhan jamur tempe dengan baik secara aerasi untuk mendapat cukup udara.
7. Masukan kedelai yang telah diberi ragi ke dalam pembungkusnya, atur ketebalannya
8.inkubasi pada fermentasi tempe dilakukan lebih dari dua hari pada suhu ruang 30-35oC, hingga massa miselium berkembang bersama biji kacang kedelai.
Pemilihan suhu inkubasi sangat memilih kecepatan fermentasi.Tempe yang dihasilkan kurang baik kalau temperaturnya dibawah 25oC atau diatas 40oC. Pada suhu 37-38oC akan dihasilkan tempe dalam waktu 48 jam.
Diantara 16-20 jam proses fermentasi akan dihasilkan miselium pada tempe tapi belum terlalu banyak, kemudian sesudah fermentasi 12-16 jam,fermentasi akan menghasilkan panas.
Selama fermentasi, pH naik menjadi sekitar 7 dan selama proses fermentasi terdapat banyak sekali komponen kacang kedelai. Rhizopus oligosporus diketahui mempunyai acara proteolitik pada pH optimum 3,0-3,5 dengan suhu optimum 50-55,5oC.Aktivitas proteolitik akan mengubah protein kedelai tidak larut air menjadi protein sanggup larut air dan akan meningkatkan kadar gizi yaitu kandungan asam amino triptofan serta alanin meningkat hingga 20%
9.Bila tempe yang dihasilkan tidak beraroma dan berasa manis mengindikasikan adanya kontaminasi bakteri. Sedangkan bila dihasilkan aroma berarti proses fermentasi terlalu lama. Apabila di sekitar lubang aerasi terdapat warna hitam, membuktikan terjadinya sporulasi jamur /fungus.
10.indikasi bahwa tempe mempunyai kualitas yang baik.antara lain :
Warna kuning khas tempe merupakan hasil biosintesis β-carotene dan Rhizopus oligosporus yang membuktikan proses fermentasi berjalan cukup baik.
Tekstur : lembut dan antar kedelai terikat dekat menjadi satu dalam miselium putih
Aroma : tidak menghasilkan ammonia berlebihan, aroma khas tempe
Warna : kuning yang merupakan biosintesis β-carotene
Rasa : tidak menghasilkan rasa manis berlebihan, khas Tempe


PEMBUATAN TEMPE RAGI DAUN WARU
a. Merendam kedelai ± 2 jam dan merebusnya ± 1,5 jam
b. Memecah kedelai hingga menjadi 2 bagian
c. Merendam kembali kedelai ± 1 malam kemudian mengukusnya kedelai ± 1,5 jam
d. Mendiamkan kedelai yang telah dikukus hingga tidak panas
e. Mencampur kedelai yang telah dikukus dengan Ragi Tempe atau Ragi Daun Waru secara merata
f. Membungkus kedelai yang siap menjadi tempe
Kadar protein yang lebih tinggi berasal dari tempe yang dibentuk memakai ragi dari daun waru dibandingkan dengan tempe konvensional yang dibentuk memakai ragi tempe.
Keawetan tempe yang dibentuk dengan memakai ragi dari daun waru lebih usang dan terjamin dibandingkan dengan tempe konvensional.
Keawetan akan menunda busuknya tempe dari masa penggunaan. Tempe yang gampang bacin akan menimbulkan banyak kerugian terutama bagi penjual tempe dan penggunanya yang menggunkan tempe. Penundaan yang berbeda akan lebih memanfaatkan banyak tempe untuk dikonsumsi.




 

Sumber http://equatornusantara.blogspot.com

Mari berteman dengan saya

Follow my Instagram _yudha58

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Fermentasi Kacang Kedelai"

Posting Komentar