Pada pandangan dominan manusia, banyak harta dan keturunan di dunia ialah hal yg diidam-idamkan. Bagi mereka, kedua hal itu yaitu standar kesuksesan. Lalu betulkah hal tersebut?
Untuk menjawabnya, marilah kita memperhatikan kisah seorang kafir yang diceritakan dalam surah Al Kahfi
Orang yang satu ini mempunyai kekayaan dan harta yg banyak. Kekayaannya tergambar dari firman Allah Subhanahu wa Ta'ala berikut:
Dan berikanlah (Muhammad) kepada mereka sebuah perumpamaan, dua orang laki-laki, yang seorang (yang kafir) Kami beri dua buah kebun anggur dan Kami kelilingi kedua kebun itu dengan pohon-pohon kurma dan di antara keduanya (kebun itu) Kami buatkan ladang. Kedua kebun itu menghasilkan buahnya, dan tidak berkurang (buahnya) sedikit pun, dan di celah-celah kedua kebun itu Kami alirkan sungai, (QS. Al-Kahfi: 32-33)
Itulah kekayaannya, berupa kebun-kebun yang menghasilkan buah-buahan. Tapi ternyata, kekayaan bukanlah semata-mata standar sukses. Hal itu menjadikannya sombong, menzhalimi dirinya sendiri, bahkan sampai mendustakan hari akhir. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman
dan beliau mempunyai kekayaan besar, maka beliau berkata kepada kawannya (yang beriman) dikala bercakap-cakap dengan dia, “Hartaku lebih banyak daripada hartamu dan pengikutku lebih kuat.” Dan beliau memasuki kebunnya dengan perilaku merugikan dirinya sendiri (karena arogan dan kafir); beliau berkata, “Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan saya kira hari Kiamat itu tidak akan datang, dan sekiranya saya dikembalikan kepada Tuhanku, niscaya saya akan menerima kawasan kembali yang lebih baik dari pada ini.”(QS. Al-Kahfi: 34-36)
Yah begitulah, kalau banyak harta namun tidak beriman, zholim, atau sombong maka bersama-sama beliau tidaklah sukses. Adapun kesudahan atau karenanya ialah kebinasaan.
Dan harta kekayaannya dibinasakan, kemudian beliau membolak-balikkan kedua telapak tangannya (tanda menyesal) terhadap apa yang telah beliau belanjakan untuk itu, sedang pohon anggur roboh bersama penyangganya (para-para) kemudian beliau berkata, “Betapa sekiranya dahulu saya tidak mempersekutukan Tuhanku dengan sesuatu pun.” (QS. Al Kahfi: 42)
Sumber http://paksabda.blogspot.com/
Untuk menjawabnya, marilah kita memperhatikan kisah seorang kafir yang diceritakan dalam surah Al Kahfi
Orang yang satu ini mempunyai kekayaan dan harta yg banyak. Kekayaannya tergambar dari firman Allah Subhanahu wa Ta'ala berikut:
Dan berikanlah (Muhammad) kepada mereka sebuah perumpamaan, dua orang laki-laki, yang seorang (yang kafir) Kami beri dua buah kebun anggur dan Kami kelilingi kedua kebun itu dengan pohon-pohon kurma dan di antara keduanya (kebun itu) Kami buatkan ladang. Kedua kebun itu menghasilkan buahnya, dan tidak berkurang (buahnya) sedikit pun, dan di celah-celah kedua kebun itu Kami alirkan sungai, (QS. Al-Kahfi: 32-33)
Itulah kekayaannya, berupa kebun-kebun yang menghasilkan buah-buahan. Tapi ternyata, kekayaan bukanlah semata-mata standar sukses. Hal itu menjadikannya sombong, menzhalimi dirinya sendiri, bahkan sampai mendustakan hari akhir. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman
dan beliau mempunyai kekayaan besar, maka beliau berkata kepada kawannya (yang beriman) dikala bercakap-cakap dengan dia, “Hartaku lebih banyak daripada hartamu dan pengikutku lebih kuat.” Dan beliau memasuki kebunnya dengan perilaku merugikan dirinya sendiri (karena arogan dan kafir); beliau berkata, “Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan saya kira hari Kiamat itu tidak akan datang, dan sekiranya saya dikembalikan kepada Tuhanku, niscaya saya akan menerima kawasan kembali yang lebih baik dari pada ini.”(QS. Al-Kahfi: 34-36)
Yah begitulah, kalau banyak harta namun tidak beriman, zholim, atau sombong maka bersama-sama beliau tidaklah sukses. Adapun kesudahan atau karenanya ialah kebinasaan.
Dan harta kekayaannya dibinasakan, kemudian beliau membolak-balikkan kedua telapak tangannya (tanda menyesal) terhadap apa yang telah beliau belanjakan untuk itu, sedang pohon anggur roboh bersama penyangganya (para-para) kemudian beliau berkata, “Betapa sekiranya dahulu saya tidak mempersekutukan Tuhanku dengan sesuatu pun.” (QS. Al Kahfi: 42)
Mari berteman dengan saya
Follow my Instagram _yudha58
0 Response to "Betulkah Kaya Ialah Standar Sukses?"
Posting Komentar